“Bukan begitu nak, perempuan yang kamu lihat tadi cuman mau nengok ibu masak apa, setelah itu dia pergi, bukannya ibu ninggalin perempuan tadi, tapikan ini udah jamnya teletubbies tayang, makanya ibu buru-buru ajak kamu kesini biar bisa nonton sama-sama.”
Sikecil Pandhita berlari ke arah televisi dan menyalakannya,
“Oooo iya bu Teletubbies nya udah mulai.”Siyah hanya tersenyum tipis melihat anaknya yang senang menonton acara favoritnya.
Siyah bersyukur karena anaknya percaya dengan alasan yang ia buat.Tapi rasa takut juga menyelimutinya tatkala dia mengingat apa yang diucapkan Pandhita padanya.
----------------------------------------------
Waktu makan siang telah tiba, sebelumnya siyah berhasil merampungkan masakannya, dengan mengajak Pandhita kedapur untuk menemaninya memasak.
“Pandhita, Teletubbiesnya kan sudah selesai, mau temenin ibu kedapur?Tadi masakan ibu belum selesai, nanti tempe kesukaan Pandhita gak ada buat makan siang, tapi semisal nanti waktu didapur liat ada orang siapapun itu Pandhita diem aja ya.
Gak usah di lihatin orangnya, gak usah omong ke ibu juga kalo ada orang biarin aja ya. Itu orang-orang cuman mau liat ibu masak, jadi biarin aja mereka, ok sayang?” pinta Siyah pada Pandhita sebelum mereka beranjak ke dapur.
“Siap bu.” Pandhita mengiyakan apa yang diperintahkan ibunya sambil tersenyum dengan sikap hormat layaknya mengiyakan komando dari komandan.
Saat sedang makan siang Pandhita kecil mulai berulah lagi, tiba-tiba dia terkekeh sendiri saat disuapin sang ibu.
“Ada apa sayang kok ketawa? N anti kesedak loh.”
“Itu bu ada ibu-ibu pakaian jelek yang terbang-terbang.”
Entah apa yang ada dipikiran Pandhita kecil, melihat sosok perempuan yang melayang membuatnya terkekeh-kekeh.
Mendengar ucapan anaknya, Siyah kembali merinding. Kali ini dia mencoba untuk tidak bereaksi berlebihan seperti sebelumnya, dia mulai mengatur nafas, dan membaca doa-doa yang terpintas dikepalanya didalam hatinya.“Sayang, hayo sekarang lagi apa? Lagi makan kan? Ingat makanan ini rezeki dari Allah-kan, ayah kan pernah bilang kalo makan gak boleh ngomong, gak boleh main-main, harus cepet dihabisin, kalo makanannya gk dihabisin nanti Allah marah sama Pandhita, Pandhita mau dimarahin Allah? Entar ya kalo Allah marah, Pandhita dihukum gak boleh mainan mobil-mobilan lagi, gimana hayo?”
Pandhita segera menutup mulutnya dengan kedua tangan mungilnya setelah mendengar ucapan Siyah.
“ehem ehem ehem” Pandhita mengunyah sambil mengeluarkan suara, setelah habis makanan yang dikunyahnya.
“Ya Allah jangan hukum Pandhita, Pandhita masih suka main mobil-mobilan Ya Allah, Pandhita janji gak akan ketawa lagi”
Tetapi setelah berucap seperti itu, Pandhita menutup mulutnya dengan kedua tangannya lagi, sambil terdengar suara tawa kecil yang ia coba tahan. Seperti Pandhita masih melihat sosok perempuan yang melayang-layang yang membuatnya tak bisa menahan tawa.
“Hayoo Sssssstttt.” Siyah menyambut tingkah anaknya.
Dan mereka berdua bergegas menyelesaikan makan siang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandhita (The Beginning Of a Journey)
HorrorDiangkat dari kisah nyata, pengalaman seorang anak laki-laki dan keluarganya menghadapi hari-hari yang penuh kejutan yang tak pernah diharapkan sebelumnya