Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun, dengan rambut bergelombang, kulit sawo matang, mata besar yang terlihat sendu, berbadan kurus dan tinggi badan diatas rata-rata anak seusianya. Dia adalah Pandhita peranakan dari kedua orang tuannya yang bersuku Jawa, ayahnya yang bernama Waluyo berprofesi sebagai abdi negara, dan ibunya bernama Siyah adalah seorang ibu rumah tangga, yang sangat menyayangi anak semata wayangnya.Pandhita, anak yang tertutup, tidak pandai bergaul, hanya sedikit teman yang ia miliki, dia selalu malu ketika berbicara dengan orang lain dan tidak berani menatap mata lawan bicaranya, dia lebih suka menyendiri, bermain didalam rumah, dalam kesendiriannnya. Meskipun Pandhita berada dikeluarga yang bisa dibilang cukup harmonis dan hangat, entah kenapa Pandhita selalu merasa kesepian, dan sedih, perasaanya sangat sensitif, bahkan karena terbawa perasaan dia bahkan sering menyalahkan dirinya sendiri, dan terjerat dalam kegelapan pikirannya, selain itu dia memiliki pengalaman-pengalaman yang berbeda dengan anak seusianya, Pandhita memiliki suatu kelebihan atau mungkin juga bisa menjadi sebuah kutukan, karena terkadang hal itu juga membuat Pandhita kesal, jengkel, dan makin tenggelam dalam kesepian dan kesendiriannya, karena ketidak pandaiannya dalam mengutarakan apa yang ia rasakan.
Ya...... Pandhita seorang anak indigo dengan emosinya yang sangat labil, Pandhita kecil sering mengatakan melihat orang-orang aneh yang berkeliaran di sekelilingnya, dan mengutarakan kepada ibunya Siyah tentang apa yang dia lihat, Siyah yang tidak mengertipun sedikit kebingungan awalnya, karena apa yang dibicarakan Pandhita tidak pernah ia melihat sekalipun. Akan tetapi lambat laun Siyah mulai memahami perilaku anaknya, dan sadar bahwa anaknya berbeda dengan anak anak lainnya. Siyah dengan sabar menjelaskan tentang apa yang dilihat anaknya dengan cerita-cerita fiktif yang ia karang sekenanya agar anak yang ia sayangi tidak merasa takut.
Waluyo, karena tugasnya sebagai abdi negara, menyebabkan waktu untuk berkumpul dengan keluarga kecil yang sangat disayangi sangatlah minim, mungkin bisa dihitung dengan jari berapa kali dalam satu bulan dia bisa berkumpul dengan keluarganya, berbeda dengan Siyah, Waluyo lebih dulu menyadari ada yang berbeda dari anak semata wayangnya itu, karena memang dikeluarga Waluyo, ada beberapa sanak keluarganya yang memiliki kemampuan serupa dengan anaknya, termasuk Waluyo sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandhita (The Beginning Of a Journey)
TerrorDiangkat dari kisah nyata, pengalaman seorang anak laki-laki dan keluarganya menghadapi hari-hari yang penuh kejutan yang tak pernah diharapkan sebelumnya