SECOND DAY.

13 1 0
                                    

Senin datang lagi.
Youra terlambat pagi ini. Dia berlari secepat mungkin ke halte, dan berharap masih ada bus tersisa jam segini. Dia memperhatikan sampai sudut jalan, tak ada roda bus yang terlihat. Ia mengetik sesuatu di ponselnya, yap dia ingin order taxi. Saat ingin meng-klik tombol pesan, mobil berhenti di depan tubuhnya. Awalnta Youra tidak menggubrisnya dan berfikir itu adalah mobil yang sedang berhenti di pinggir jalan. Tapi, kaca mobil itu bergerak turun. Ada lelaki yang duduk didalam sana. Memakai masker putih, dan topi biru tua. Youra melihat tangannya yang masih berpegang ke setir mobil dan belum menoleh sama sekali. Jamnya, Youra sangat familiar dengan itu. "Masuk." Ucap lelaki itu tanpa melihatnya. Youra menggeleng, "Tidak apa-apa, aku menunggu taxi." Lelaki itu membuka maskernya, Taehyung. Aish, dia lagi. "Yakin? Sudah jam berapa ini?" Tanya taehyung yang kedua. Youra melihat jam tangan pinknya, benar sudah sangat terlambat. Akhirnya Youra menerima ajakan Taehyung. Youra masuk kedalam mobil Taehyung dengan hati-hati dan duduk di samping Taehyung. "Pasang sabukmu." Perintah Taehyung. Perasaan Youra tidak enak. "Nah kan ngebut dia" batin Youra. Taehyung terlihat dingin hari ini, mulutnya bungkam saat perjalanan. "Kau kenapa?" Ucap Youra. "Tak perlu tau." Youra membungkam mulutnya sendiri, menurunkan pandangannya.

Saat sampai depan gerbang, Youra langsung membuka pintu mobil. "Tunggu, aku mengantarmu sampai dalam. Biar tak perlu berlari lagi." Kali ini dia menatap Youra. Matanya, sayup. Seperti orang kurang tidur. Youra kembali duduk dan menunggu diantar sampai depan loby sekolah. "Terimakasih atas tumpangannya hari ini. Aku akan bersekolah." Ucap Youra dengan tersenyum. Saat menutup pintu mobil, Youra membungkuk lagi. Tapi, mobilnya belum beranjak pergi. Youra melihat Taehyung lagi. Sesaat kemudian, kaca mobil turun lagi. "Ingat kan? Sepulang sekolah kau akan ke bighit." Tanyanya. Youra memberikan senyuman dan mengangguk semangat. Lalu Youra berlari menuju kelasnya.

Hari ini terasa melelahkan.
Bukan fisik, tapi pikiran. Saat sekolah tadi, tiba-tiba ada tes psikotes. Lalu jam berikutnya, ada ujian matematika dan kimia. Semuanya serba logika dan menghitung. Saat berjalan pulang menuju gerbang sekolah, ponsel Youra berdering. "Kenapa eomma(13) menelfon?" Lalu ada sebuah jawaban di seberang sana. Raut muka Youra datar. Matanya berair, tatapannya kosong. "Youra? Kau baik-baik saja?" Ucap Yemi sambil menepuk bahu Youra. Lalu kedua temannya membawa Youra duduk di kursi trotoar. "Ibuku akan pindah ke Namhae(14). Aku disuruh ikut bersamanya, tapi sekolah ini impianku. Aku sulit memutuskan keputusan." Setitik air jatuh dari mata Youra. Teman-temannya mengantar Youra pulang naik taksi. Sepanjang perjalanan, Youra hanya bersandar di bahu Roh Sun dan tidak berbicara sama sekali. Ia lelah berpikir.

Dia melangkahkan kaki ke rumahnya, membuka pintu perlahan. Dia mendapati dirinya acak-acakan di kaca dekat pintu. Selangakah lagi, dia melihat kardus kardus besar yang sedang di lem oleh ibunya. "Oh? Kau disini? Bergegaslah membereskan barangmu. Malam nanti kita dijemput." Kata ibu Youra. Youra memasang wajah datarnya, "Bisakah aku tetap disini? Impianku ada disini, temanku, kebahagiaanku, cita-citaku. Aku tak mau kehilangan itu semua." Jelasnya. Ibu Youra berdiri menghampiri anak keduanya itu. "Sudah ibu duga kau akan berkata seperti ini nak. Ibu tidak marah, tapi kau tau kan ini rumah dinas yang diberikan perusahaan ibu? Kau tidak bisa tinggal disini lagi." Ucap ibunya sambil mengusap pipi anaknya. Airmata Youra tumpah lagi. "L-lalu a-ku harus b-bagaimana?" Youra terisak. Ibu Youra mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu disana. Ia menelfon seseorang. Youra berjalan gontai ke kamarnya, lantainya serasa semakin dingin. Terasa menusuk tulang di kakinya. Ia duduk di meja belajarnya, menangis lagi. Ibu Youra membula pintu kamarnya "Youra-ah. Ibu telah memkontrakkanmu apartemen. Dan itu dekat dari sekolahmu, kau hanya perlu berjalan kaki 15menit. Apakah kau bisa tinggal sendirian? Kakakmu akan sering berkunjung ke apartemenmu." Youra berbalik badan. Dia memeluk erat ibunya itu "I know you are the greatest eomma!" Pelukan itu semakin erat. Ibu mengusap punggung anak perempuannya itu. Dan setitik airmatanya jatuh.

Youra teringat akan sesuatu. Wajahnya kaget "Eomma! Aku kan harus kerja part time!" Youra tidak menunggu jawaban ibunya. Ia langsung ganti baju dan touch up dengan cepat. Ia memesan kendaraan sepeda motor, agar lebih cepat sampai ke gedung Bighit. Youra memakai helmnya, "Ahjussi(15), tolong cepat. Aku sudah sangat terlambat." Ucap Youra pada pengemudi. Motornya berjalan sangat cepat. Poni Youra sudah tidak karuan lagi bentuknya. Sesampainya di gedung bighit dia berlari menuju lobby. Youra berjalan ke meja di depan gedung bighit, "Annyeonghaseyo, bisakah saya bertemu dengan Kim Taehyung?" Tanya Youra. Youra merasa sudah membuat janji dan dipersilahkan duduk disudut gedung. Wanita itu datang kearah Youra, "Permisi, kau sudah ditunggu di lantai 4." Youra berterimakasih dan jalan menuju lift. Pintu lift terbuka. BTS. Mereka didepan Youra. Youra membungkuk kepada mereka dan BTS pun membalas membungkuk Youra. Demi apa aku bertemu mereka disini. Youra memandang punggung para lelaki itu hingga menjauh dari pintu kaca gedung Bighit. Youra tersadar dari lamunannya, tidak ada Taehyung disana. Dimana dia? Dia tidak ikut keluar bersama member lain?. Youra menekan tombol 4. Saat pintu lift terbuka, Taehyung berdiri disamping lift dan menyandarkan kepalanya di dinding. "Um, hai. Maaf aku sangat terlambat, ada sedikit masalah dirumah." Youra menghancurkan kesunyian. "Eoh? Tidak apa-apa. Ayo ikut aku." Taehyung membawa Youra ke ruangan latihan. Di pojok ruangan ada sofa besar. Youra sering melihat mereka berkumpul disini di video youtube. Mereka duduk disana. "Kenapa kau tak ikut bersama yang lain? Kulihat mereka pergi ke suatu tempat." Tanya Youra. Taehyung menatapnya sendu. "Aku sedang tidak enak badan." Kepala Taehyung bersandar di sofa. Dia meregangkan lehernya dan bisa terlihat jelas jakun lelaki itu. "Kau pendiam daritadi pagi. Kau bisa menceritakannya padaku jika kau mau." Youra menepuk pelan bahu Taehyung. Taehyung menegakkan duduknya, "Baiklah aku akan cerita. Aku malu fans melihat perutku saat aku kembali dari Bandara. Aku berusaha diet dan gym. Aku kelelahan, jadi saat aku berlatih aku tampak lemas dan tidak bersemangat. Pelatih beberapa kali menegurku, tapi aku sudah tidak tahan lagi. Aku pergi berkendara mencari udara segar. Saat kembali, aku dipanggil keruangan PDnim. Dia memarahiku, aku sangat lelah Youra." Dia menunduk. Kepalanya bersandar di bahu Youra. Memang, ada foto tersebar saat baju taehyung terangkat sebab gerakan dancenya. Dan itu memperlihatkan bentuk perutnya. Youra membaca semua komentar di Twitter, semuanya mengatakan bahwa perut Taehyung sangat menggemaskan. Tapi mengapa ia malu?. Youra mengusap lembut rambut lelaki itu. "Tenangkan dirimu. Fansmu tidak marah ataupun malu melihat perutmu. Aku yakin mereka menyukainya. Bahkan, mereka menganggap perutmu itu menggemaskan. Percaya padaku." Ujar pelan Youra. Taehyung mengangkat wajahnya. Mampus aku. Wajahnya dan wajah Taehyung sangat dekat. Tapi, Taehyung kembali menundukkan kepalanya. "Carikan aku baju di lemari kamarku. Kita akan keluar sebentar cari udara segar. Kau mau kan?" Taehyung berdiri."Eoh." Youra mengiyakan ajakan Taehyung.

Taehyung menuntun Youra jalan menuju kamarnya. Semua kamar bts dan studio musik ada di lantai 6. Mereka naik lift untuk keatas. Ada lorong untuk setiap ke kamar member. Kamar Taehyung terletak di pojok gedung. Taehyung memasukkan sandinya dan pintu otomatis terbuka. Saat masuk ke kamarnya, ada jendela besar tepat disamping pintu. Jendela itu menampilkan gedung-gedung pencakar langit Seoul. Langit yang begitu indah. Youra melihat kearah bawah gedung, tepat disamping gedung Bighit ada sebuah taman bermain. Hanya dibatasi oleh pagar besi. "Aku mau bermain ayunan disana."Gumamnya. Dia berbalik badan, tak ada Taehyung. "Taehyung-ah?" Youra mengelilingi sudut kamar Taehyung. Ada dapur kecil juga ternyata. Banyak bungkus mie instan. Makanannya tidak sehat, pantas perutnya buncit.

Taehyung keluar dari kamar mandi. Dia melihat Youra membersihkan dapur kecil kotornya itu. "Sedang apa kau?" "Omo kkamjagiya(16)!" Youra terperanjak. Youra menampilkan wajah kesalnya ketika dikagetkan. "Membersihkan dapurmu, sangat kotor dan berantakan. Apa kau suka hidup ditempat seperti ini?" Taehyung jalan mendekati Youra. "Terimakasih. Akan aku bersihkan, tapi jangan kau. Kau hanya akan memilihkanku baju bagus untuk setiap hari. Bukan membersihkan kamarku." Taehyung tersenyum. Senyumannya sangat tulus, Youra bisa rasakan itu. Semua sudah beres, Taehyung sudah memakai pakaian casual-nya. Saat ingin keluar kamar, ada yang mengetuk pintu. "Taehyung-ah? Kau didalam? Keluarlah, kita akan berlatih 15menit lagi." Teriak lelaki itu. Youra terdiam, "nu-guya?(17)" Youra mendongak kearah Taehyung. "Hoseok hyung. Mian, aku harus pergi. Akan kuantar sampai bawah." Wajah Taehyung kembali mendatar. "Tolong senyum dihadapan fansmu ini. Kau pasti bisa, aku tau itu." Youra menyemangati Taehyung. Akhirnya, Taehyung tersenyum lagi. Tapi tidak setulus tadi. Ia tau ini berat untuk Taehyung.

13 : ibu
14 : salah satu kota di Seoul
15 : paman
16 : "kau mengagetkanku"/tiba-tiba
17 : "siapa itu?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PELAYAN BUTIK || TAEHYUNGXGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang