Percakapan 6 Mei 2018

44 8 0
                                    

Waktu di lokasi akhir Merapi, aku sempat berdialog dengan penjual topi dan kacamata yang ku pakai. Mengikuti logat Yogyakarta yang berbeda jauh dengan logat Sunda. Ternyata, penjual sangat ramah terhadap pembeli, hingga akhirnya aku mulai beraksi dalam bernegosiasi.

"Bu, ada yang harus saya pinta nih dari ibu sebagai penjual." Ujarku sembari tersenyum kearah ibu memakai kerudung berwarna hitam itu.

"Oh, apa mas?" Tanya ibu itu yang memperlihatkan wajah penasarannya.

"Walah, mas." Aku tertawa sembari membalas logat Yogyakarta "saya mau nawar nih, Bu." Kataku, sembari senyum didepan ibu dan disaksikan pengunjung yang menghampiri toko ibu itu.

Ibu itu tertawa sembari menutup mulutnya "boleh-boleh."

"Saya suka topi ini Bu, buat di bawa naik gunung nih. Kacamatanya juga oke nih keliatannya." Ujarku lagi-lagi memberanikan diri memakai logat Yogyakarta. "Berapa ini, Bu?"

Harga, sensor.

Aku dan ibu penjual itu mulai akrab, dan pada akhirnya, ibu itu luluh dengan tawaranku.

"Iya, boleh deh." Ibu itu menyerah, sembari tersenyum.

"Hehe, saya cuma sekali Bu datang kesini." Ujarku.

"Iya-iya."

Akhirnya aku mengambil uang yang berada dalam tas slempang, lalu memberikan uang bayaran kepada ibu penjual.

"Ini, Bu. Makasih ya." Kataku

"Eh, bukannya udah nawar?"tanya ibu penjual yang kebingungan.

"Hehe saya tadi bercanda aja, Bu. Saya dari Bandung, bu."

Ibu itu sekejap melamun.

"Saya duluan ya, Bu. Udah di panggil untuk pulang." Ujarku sembari memakaikan topi dan kacamata itu.

"Makasih, ya mas. Hati-hati. Mampir lagi sini." Seru ibu penjual sembari tersenyum.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum ramah, lalu pergi meninggalkan toko ibu penjual itu.

Catatan MaroonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang