Chapter 1: permulaan

1K 20 3
                                    

Api...

Di mana-mana ada api.

Seorang anak laki-laki berjuang untuk berjalan melewati api.

Api hitam yang melahap segala sesuatu disekitarnya, bagaikan neraka yang telah jatuh ke dunia. Bocah itu terus berjalan, mengabaikan teriakan semua orang disekitarnya. Teriakan yang seakan mengutuk bocah itu karena mengabaikan orang lain disekitarnya.

" Tolong!!" Teriak wanita depannya. Anak itu terus berjalan menjauh dari wanita yang terbakar itu.

"Neraka." pikir anak itu.

Setiap kali dia melangkah, tubuhnya menerima rasa sakit baru. Anak itu terus berjalan menyusuri lapisan lumpur panas yang berada didekatnya. Sampai akhirnya dia berasil menjauh dari lumpur dan menemukan gedung yang terlihat baik-baik saja. Namun walaupun begitu, seolah-olah takdir mengejeknya gedung itu mulai terbakar sebelum anak laki-laki itu sampai kesana.

" Ahhghh.... Panas!!" teriak orang didalam gedung.

Anak itu berdiri menyaksikan orang lain mati didepannya. Sampai dia tersadar bahwa ada seseorang yang menariknya menjauh dari gedung itu.

"Ayo pergi!! " seorang gadis faunus seusianya menyeretnya pergi menjauh. Mereka berjalan sampai gadis itu tiba-tiba jatuh karena luka yang dideritanya.

"Pergi!! Aku tidak bisa berjalan lagi. Tolong pergilah tinggalkan aku di sini." kata gadis itu dengan suara serak.

"Tetapi kamu.. "

"Pergi saja!! Aku.. sudah tidak punya siapa-siapa lagi. " kata gadis itu sambil menangis "Keluargaku sudah mati dibangunan itu. Aku sudah tidak tahan dengan rasa sakit ini. Jadi tolong!! tinggalkan saja aku supaya aku bisa menemui orang tuaku kembali. " Katanya memohon dengan air mata keputusasaan.

Bocah itu akhirnya mengaguk dengan putus asa lalu pergi berjalan dengan kaki yang gemetar meninggalkan gadis itu.

"Seseorang... Tolong selamatkan putraku!!" Mohon seseorang disekitarnya. dia terus mengabaikan mereka. meninggalkan mereka hanya untuk bertahan hidup melalui kobaran api.

"Mengapa? mengapa ini menimpa kami? " Pikirnya dalam hati.

"Grim!!!" Teriak seorang tidak jauh darinya. Sekali lagi nasip seolah-olah mengutuknya lagi, kawanan grim datang untuk membantai orang lain yang selamat dalam neraka ini. anak itu itu melanjutkan perjalanannya sambil menahan rasa sakit diseluruh tubuhnya. Namun setiap kali anak itu melangkah, jiwanya akan semakin terluka dan emosinya semakin redup, hingga akhirnya anak itu kehilangan semangatnya dan jatuh keras tertimpa reruntuhan.

Anak itu telah kehilangan seluruh emosinya dan menjadi cangkang kosong.

Melihat kearah langit, anak itu melihat bulan yang hancur berwarna merah darah sedang dikelilingi oleh asap hitam dan grim yang terbang dilangit. Anak itu mencoba mengulurkan tangan untuk meraih bulan merah diatasnya berdoa kepada dewa apapun di luar sana. Lalu saat dia mencapai batasnya sebuah keajaiban terjadi, tangannya diraih oleh tangan besar tetapi penuh dengan kehangatan. Tangan dari seorang pria yang putus asa untuk mengelamatkan seseorang.

"Dia hidup! Dia hidup!! Terima kasih seseorang masih hidup. " Pria itu menangis ketika menemukan bocah itu. "Terima kasih! Terima kasih!" lalu tersenyum bahagia kepada bocah yang dia temukan seakan hanya dengan menyelamatkan anak itu pria itu yang sebenarnya terselamatkan.

Bagaimana pria itu bisa tersenyum ketika dia menyelamatkannya membuat bocah itu bertanya-tanya. Biasakah dia seperti dia untuk dapat tersenyum seperti itu? 'Kuharap aku bisa seperti itu.' pikir bocah itu iri terhadap orang yang menyelamatkannya. Tubuhnya lelah, sakit ,dan berat. Lalu tiba-tiba kesadarannya menghilang saat cahaya keemasan menyelimuti bocah itu.

Remnant : Forge the path to utopia.Where stories live. Discover now