happy reading~
Seorang pria paruh baya tengah berkutat dengan pekerjaannya dirumah, tepatnya diruang kerja miliknya. Dia nampak sangat fokus dengan pekerjaannya, sampai tidak menyadari bahwa ia sedang di amati oleh kedua anaknya.
Kedua anak itu berdiri didepan pintu sambil melihat ayahnya yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Huh, padahal kan ia sedang dirumah, tapi kenapa masih saja sibuk.
"Ka, masuk yuk! Tira bosan, dari tadi cuma ngeliatin Papah aja," ucap seorang gadis kecil nan cantik yang bernama Tira.
"Hmm," seorang anak laki-laki yang sekilas jika dilihat mirip sekali dengan orang eropa. "Tapi kalo kita masuk, Kaka takut ngeganggu Papah," ujar anak laki-laki itu.
"Yah," desah Tira. "Padahal Tira kangen banget sama Papah. Tira mau meluk Papah, tau!" Tira pun cemberut setelah mengatakan itu. Usia nya yang sekitar 5 tahun-an, membuat wajahnya sangat menggemaskan saat seperti itu.
Leon, kakak nya, mencubit gemas pipi adiknya yang menggemaskan itu. "Yaudah deh, iya, ayo kita masuk."
Wajah Tira yang tadinya cemberut, berubah menjadi antusias dan langsung masuk ke ruang kerja Papah nya yang di ikuti Leon.
"Papah!" ucap Tira dan Leon bersamaan.
Pria paruh baya itu terlonjak kaget saat suara kedua anaknya memanggil. Ia pun langsung tersenyum hangat. Berapa banyak waktu yang telah ia lewatkan. Rasa nya, baru kemarin melihat mereka dalam gendongannya sewaktu masih bayi. Waktu memang berjalan sangat cepat.
"Tira, Leon!" ia pun langsung berhambur ke anaknya. Sejenak meninggalkan pekerjaannya.
Mereka pun duduk dikarpet yang ada diruangan itu.
"Pah, kenapa sih Papah kerja terus, Tira kan kangen mau main sama Papah!" ujar Tira.
Satria pun terkekeh melihat anak nya yang comel, cemberut seperti itu. "Papah baru tau, kalo ada tuan putri yang kangen sama Papah," goda Satria sambil mencolek hidung Tira.
"Leon juga kangen sama Papah," ujar Leon yang langsung memeluk ayahnya.
Satria terkesiap saat anaknya langsung memeluk nya. Seperti rasa rindu yang sudah bertahun-tahun meninggalkan anaknya. Satria juga sadar, bahwa ia terlalu sibuk pada pekerjaannya. Tapi, mau bagaimana lagi, itu adalah jalan satu satunya untuk pelarian pikirannya. Huh, sudahlah.
Senyum hangat kembali terbit diwajahnya saat Tira ikut memeluknya juga. Ia juga sangat rindu momen-momen seperti ini. Saat buah hatinya bisa berpelukan dan bercanda ria dengannya.
Dalam pelukan itu, satria berbicara dengan nada bergurau. "Ternyata bukan cuma tuan putri aja yang kangen, pangeran nya juga ternyata."
Setelah mengucapkan itu, Satria pun terkekeh. Kedua anaknya juga ikut tertawa.
Tak lama, mereka pun melepaskan pelukannya.
"Oh iya Pah, Leon boleh ikut ini ngga?" Leon menyodorkan selembar kertas yang bertuliskan salah satu jenis bela diri, yaitu karate. Entah dari kapan Leon membawa selembaran itu.
"Apa ini? tanya Satria, "Kamu yakin mau ikut karate? kan kamu baru kelas satu sd, Papah takut kamu cedera nantinya."
"Tenang aja Pah, Leon pasti bisa ko ikut karate. Leon janji ngga akan kenapa-kenapa," Leon berusaha membujuk ayahnya. "Kalau Leon ikut karate, kan, Leon bisa jagain Tira kalau Papah lagi sibuk."
Satria pun tersenyum, walau hatinya mengkhawatirkan anaknya. Entah muncul dari mana perasaan itu. Ya sudahlah, apapun itu, akan ia turuti selagi Leon sudah berjanji dan akan menjaga diri. Toh, ia kenal anaknya yang satu ini, selain pandai, anak lelakinya pun tak pernah ingkar janji kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tirta dan Tira
Teen FictionSemua orang punya masalah. Bahkan masalah yang rumit sampai berbelit-belit. Tapi, itu tidak mematahkan harapan Tira, seorang gadis yang kesepian. Tak ada kehangatan lagi seperti yang ia rasakan dulu. Waktu terus berjalan. Apakah semua akan berubah...