chapter 2 - Masalah

27 3 2
                                    

Tira mulai memasuki area sekolah. Pemandangan bangunan yang berdiri megah mulai terlihat. Kombinasi warna biru langit dan biru laut menghiasi dinding sekolahnya.

Saat ia melewati gerbang, terdapat Pak Bryan sedang menyeruput kopi hitam kesukaannya. Bagaimana bisa Tira tahu bahwa kopi itu adalah kesukaan Pak bryan?

Selain dekat dengan pembantunya dirumah, Tira juga lumayan dekat dengan penjaga sekolah disini. Ya, Pak Bryan adalah satpam sekolah. Bukan guru ataupun kepala sekolah.

Kenapa namanya keren banget? hahaha. Mungkin dari kalian ada mikir yang seperti itu. Mungkin juga engga, hehe.

Sebenarnya, nama asli penjaga sekolah itu adalah Pak Bidi. Ada yang udah mulai paham?

Pak Bidi itu ngefans banget sama salah satu pemain sinetron, bisa juga di bilang model dan juga aktor. Pak Bidi adalah salah satu penggemar Bryan Elmi Domani.

Pak Bidi ngefans abis sama Bryan Domani. Katanya, nama mereka tuh sama. Soalnya, dulu nama panggung Bryan Domani adalah BD (Bidi). Jadi, ya gitu. Tira rasa, Pak Bidi terlalu PD.

Ada 3 alasan kenapa Pak Bidi Ngefans banget sama Bryan Domani.
1. Bryan itu ganteng abiss, kata Pak Bidi.
2. Wajah nya itu tampan banget mirip sama dia, ini sih ngarep.
3. Dan yang terakhir, Bryan Domani punya ade yang cantik banget. Namanya Megan Domani.

Saat Pak Bryan curhat tentang itu, sebenarnya Tira malas-malasan dengarnya. Itupun sepertinya masih banyak lagi. Yang Tira ingat hanya itu, hehe. Karna, jika Pak Bryan sudah mulai curhat, pasti bakalan lama banget. Bener deh. Jika Tira tidak memotong curhatnya Pak Bryan, pasti ga bakalan berhenti-berhenti. Bukan nya ngga sopan, tapi gimana ngga bosen, dengerin curhatnya itu bisa sampe 3-4 jam. Bayangkan!!!

Sudahlah, kalau ceritain kisah Pak Bryan mah ngga ada habisnya. Yang ada malah pegel tangan author nya ni.

Curhat Thor? -Tira.

Anak kecil ga boleh kepo. -Author.

Iya-iya. Yang kecil mah bisa apa_-Tira.

Next.

Saat Pak Bryan sadar bahwa Tira sudah memasuki gerbang sekolah, ia pun langsung menyapanya.

"Neng Tira,"

Tira yang merasa terpanggil pun langsung menengok ke sumber suara. "Eh, Pak Bidi."

"Pak Bryan Neng, Bryan," ucap Pak Bryan yang menekan kata bryan.

"Eh iya Pak maaf, lupa, hehe," Tira pun menyengir kuda.

"Maaf diterima," Pak Bryan pun mulai berlagak seperti aktor di film-film. Dalam hati Tira, "Gini nih kalau ngga ke terima jadi aktor terus pindah profesi jadi satpam."

"Eh, astagfirullah. Inget dosa, Ra."

"Emm, Pak, Tira masuk ke kelas dulu ya. Mau belajar buat ulangan nanti," Tira tersenyum tanpa dosa. "Dadah Pak Bryan Domanii."

Tira pun langsung berlari ke dalam sekolahnya. Mending cari aman deh. Daripada nanti disuruh dengerin curhatan Pak Bryan. Bukan nya ngga mau sih, tapi Tira sedang tidak mood. Saat dimobil, ia sudah banyak pikiran. Kalau ditambah mendengarkan curhatan Pak Bryan seputar kegiatan Bryan Domani real, pasti bakalan tambah ambruk deh moodnya.

Tuhkan, kalau ngomongin Pak Bryan mah, ga ada ujungnya.

***

Tira sudah di depan pintu kelas. Segera saja dia membuka pintu dan menaruh tas nya.

Saat ia ingin mengeluarkan bahan materi untuk ulangan nanti, Tira mendengar suara aneh dari meja belakang paling pojok.

Ia ingin menghampiri suara aneh itu, tapi itu hanya membuang waktu saja. Mungkin hanya suara angin yang melewati ventilasi atau suara serangga. Tapi, kalau dipikir-pikir ga mungkin sih. Suara itu seperti suara dengkurangan manusia. Seperti orang ngorok.

Tirta dan TiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang