Gadis Kecil

7 0 0
                                    

''Kenapa bulan ramadhan itu selalu panas kak?''

Kak Milla yang sedang mengaduk sayur sop menghentikan gerakannya. Dan kemudian tertawa.

''Ndak kok, itu mah cuma kamunya aja yang haus'' sambil berusaha menghentikan tawanya kak Milla berkata lagi ''bukanya kurang sejam lagi sayang''

Nitku yang ingin berbuka duluan akhirnya gagal lagi. Seperti biasanya, dan kurasa akan selalau seperti itu. Aku kemudian segera membalikkan badanku dan menjauh dari tempat kak Milla.

***

Melihat pemandangan taman akan melupakan rasa lapar dan haus yang melanda. Wajahku kugembungkan, ini benar-benar menyebalkan dan saat seperti ini hanya peetanyaan itu yang muncul.

Kenapa aku harus berpuasa?

Aku bahkan tidak mengerti apa puasa itu. Ibu berkata bahwa puasa adalah menahan lapar dan haus. Tetapi ketika aku bertanya kenapa buka puasanya harus magrib ibu mengatakan karena Rasulullah melakukannya.

Tetapi jika rasulullah yang melakukannya, kenapa aku juga harus melakukannya. Ketika aku akan bertanya lagi ibu ingin berangkat bekerja.

''Menyebalkan!!'' Kataku sambil menghentak-hentakkan kaki.

''Loh..cucu nenek yang cantik ini krnapa marah-marah'' Kata nenek sambil mengelus kepalaku yang tertutup jilbab khuaus anak kecil.

Aku mendongak ke arah duara itu. Menatap wajah yang penuh keriput tetapi sangat bijak.

''Nenek..''

Beliau memperhatikanku dengan seksama. Tak lupa dengan senyuman yang tersungging di wajah tuanya.

''Ada item-item di wajah nenek''

Mendengar hal tersebut nenek terkejut. Beliau kemudian segera mencari item-item tersebut dengan meraba wajahnya. Tak lupa aku juga ikut membantu menunjukan letaknya.

Setelah noda itu telah hilang, nenek mensejajarkan diri dengan tinggi badanku. Beliau kemudian memegang pundakku dan menatapku dengan lembut.

''Item-itemnya kan udah ilang, sekarang coba cucu nenek cerita kenapa cemberut begitu''

Aku melihat wajah nenek dengan seksama, "Memang benar kalau nenek akan mendengarkanku?"

Nenek kemudian mengangguk.

"Tadi kan dedek kepanasan abis main sama teman-teman, lalu dedek ke dapur mau ambil minum tapi gak boleh sama kak Milla soalnya belum buka. Terus dedek ya tanya kenapa bulan ramadhan panas kak Milla jawab kalo gara-gara dedek yang haus." Ucapku.

Nenek kembali melihatku dan justru tertawa. Melihat hal tersebut aku menggembungkan pipiku. Kelakuanku yang seperti itu justru membuatnya tertawa dan mencubit pipiku.

"Tapi kamu emang pengen minum iya kan." Kata Nenek.

Aku hanya menunjukkan kedua gigi putihku.

"Boleh...." nenek menjeda kalimatnya, "....tapi nanti. Lalu mau tanya apalagi?"

Nenek menyebalkan. Tetapi pertanyaan yang tadi benar-benar menggiurkan.

"Kenapa kita harus puasa, Nek? Padahal kan yang puasa Nabi Muhammad tapi kenapa kita juga harus tiru-tiru? Lalu..lalu, kenapa dedek harus ikut puasa kan dedek masih kecil? Emang puasa ada gunanya juga iya nek?" Tanyaku.

Rasanya benar-benar lega sudah mengeluarkan unek-unek yang kupendam selama puasa. Sekaligus melihat nenek yang terkejut dengan pertanyaanku yang cukup banyak.

"Nenek akan jawab semua pertanyaan dedek. Tapi satu persatu"

Aku mengangguk. Mendengar hal itu aku tersenyum lebar dan kemudian memeluk nenek.

''Makasih nenek''

Sambil memelukku nenek menganggukan kepalanya.

''Dedek inget gak rukun Islam ada berapa?'' Tanya nenek

''Ada lima, Nek!''

''Coba cucu nenek sebutkan.'' Ucapnya.

Aku lalu menghitung menggunakan jari-jariku sambil berucap, ''Mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan salat, melaksanakan puasa, membayar zakat, dan haji bila mampu.''

Aku terkejut, ternyata selama ini ada puasa di rukun Islam. Melihat ekspresiku, nenek tersenyum lembut. Membuatku terlihat kikuk.

''Jadi, bukan ikut-ijkutan iya. Puasa itu memanglah perintah dari Allah SWT.'' Jelas Nenek.

Aku hanya bisa tertawa.

''Kamu tau Dek, jika kebiasaan baik dimulai dari kecil. Insyaallah pasti bermanfaat.''

''Jadi puasa itu kebiasaan baik, Nek?'' Tanyaku.

Nenek mengangguk pasti.

''Lalu manfaat puasa apa nek?''

''Manfaat puasa itu banyak Dek..'' Nenek mengelus kepalaku, ''..mulai dari menjaga kesehatan, melatih kesabaran, dan mengajak kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberi oleh Allah.''

''Wah..manfaatnya keren banget nek.'' Ucapku.

''Iya dong, jadi dedek sekarang janji sama nenek untuk tidak mengeluh lagi saat puasa dan selalu nenjalankan perintah Allah dengan sebaik-baiknya. Oke.'' Kata Nenek sambil menjulurkan jari kelingkingnya.

Aku menyambut uluran jari kelingking nenek. Melihat nenek dengan giginya yang sudah berkurang satu entah mengapa tidak membuatku bosan.

****

Liang lahat yang tertutup itu hanya menyisakan duka. Ibu masih menangis tersedu karena kepergian sang bunda. Kak Milla terus berusaha menenangkan ibu.

Sedangkan aku hanya tersenyum bahagia. Meskipun semua nampak bingung ketika aku menjelaskan alasannya. Akhirnya mereka semua berusaha memaklumi. Mungkin karena mereka merasa aku masih kecil. Meskipun begitu aku tahu pasti ia akan bahagia disana.

''Sampai jumpa di surga, Nenek!''

KUKIRA... [Kumpulan Kisah Ramadhan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang