'Fourteen'

755 125 19
                                    

-PLEASE DON'T BE SILENT READER'S-_____________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-PLEASE DON'T BE SILENT READER'S-
_____________

Siklus terus berputar. Menjalani hari-hari seperti biasanya, tak lain dan tak bukan, bersiap-siap ke kampus, kemudian mengikuti kelas, kemudian duduk menyimak materi yang dijelaskan oleh dosen. Kemudian, kemudian, kemudian. Hanya itu.

Ah, tidak. Tidak ada hari yang baik tanpa Soeun yang diganggu.

Seperti itulah sekarang, Soeun sedang mencatat beberapa materi yang dirasanya cukup penting. Ini Bagus, suasana hatinya sedang baik, ia bisa fokus pada materi dan berharap tak seorang pun yang bisa merusaknya. Terutama si lelaki iblis.

"Huuffft!"

Terdengar helaan nafas halus dari mulutnya. Soeun mengamati bukunya kembali, penuh dengan coretan karya tulisan. Akhir-akhir ini materi yang diberikan oleh dosen memang sedikit menumpuk, mungkin karena semester akhir mereka sudah tidak lama lagi.

"Lima menit!"

Helaan napas lega terdengar lagi. Syukurlah, prof. lee memberi jeda, ia mengerakan kecil tangannya, memijat-mijat pelan dan beralih memperbaiki letak kacamatanya kemudian ia kembali membaca ulang salinannya.

Hening...

"Kim Namjoon!!"

Soeun mendonggak, menatap prof. lee yang baru saja memanggil nama itu dengan wajah tersenyum-senyum. Oh ya, hal itu tak perlu menjadi tanda tanya lagi mengingat bahwa Kim Namjoon adalah mahasiswa kebanggaannya.

Dari belakang sana, Namjoon mengangkat tangannya. Ia nampak merapikan sedikit tataan rambut berwarna blondenya dan menyisirnya kebelakang dengan tangan. Kemudian berdiri dari bangku yang didudukinya, tidak lupa dengan gulungan kertas yang dia bawa.

Soeun tidak peduli. Ia memutar bola matanya, kembali membaca apa yang sudah disalinnya karena dia sudah tahu apa yang akan dilakukan lelaki berambut pirang itu saat didepan kelas. Persentase materi prof. Lee. Dari dulu juga begitu, ia akui itu memang terdengar keren.

Masih sama, telinganya selalu mendengar pujian-pujian konyol dari beberapa gadis desebelahnya.

Iri? Tentu saja tidak.

"Keren sekali"

"Tampannya, kau lihat lesung-nya itu?"

"Ah, tidak dia membunuhku"

"Namjoon kembali menjadi dosen kita!"

"Wah!"

"Wah!"

"Wah!"

Dan Blablablabla....... Soeun menghembuskan nafas, "Berlebihan, apanya yang keren dari dia, dasar buta," katanya pelan.

"Kau yang buta. Aku memang selalu keren!"

Soeun tersentak. Ia langsung menoleh kasar mendapati Namjoon yang sudah berada di sampingnya, pria itu menggerakkan kedua alisnya naik dan turun. Setelah mengatakan hal bodoh barusan, ia kembali melangkah menghampiri prof. Lee. Soeun hanya mendengus menatap Namjoon "Tidak tahu diri."

Lunatic Matchmaking ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang