Jimin terbangun dengan teriakan di bibirnya,dengan panik ia mengulurkan tangannya ke sisi tempat tidur untuk mencari keberadaan Jungkook. Namun sisi di sebelahnya terlihat kosong dan dingin.
"Tidak_Ya Tuhan",ia mulai menangis,"Tidak,ini semua pasti hanya mimpi. Benar hanya mimpi". Mengusap wajahnya kasar ia terus saja bergumam berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Seharusnya ia tahu,seharusnya ia sadar bahwa mimpi hanyalah mimpi. Dan saat kenyataan mendesak masuk mau tidak mau ia harus menerima. Seandainya masih ada harapan sekecil apapun untuk bisa mengubah kenyataan,ia bersedia menggantungkan seluruh hidupnya pada harapan itu.
"Jimin?",pemuda itu sontak memutar kepalanya, menatap ke arah pintu dan melihat Jungkook berdiri di sana dengan pakaian rapi dan wajahnya terlihat bingung.
Dan benar ini hanya mimpinya,atau awal dari perpisahan.
Beberapa kali ia mengerjapkan matanya,"Apa_apa kau mau pergi?",ujarnya dengan napas tertahan.
"Yah, aku harus-"
"Tidak, tidak, tolong Jungkook jangan pergi,"ia bergegas bangkit dari tempat tidur dengan tergesa hingga tersandung kakinya sendiri. Berlari ke arah Jungkook kemudian menarik yang lebih muda untuk mendekat. "Jung,jangan tinggalkan aku. Kita bisa membicarakan ini,aku mohon padamu. Berjanjilah untuk selalu di sisiku".
Mengerjapkan matanya bingung,yang lebih muda memiringkan kepala dan menatap pemuda di depannya. "Baiklah,aku janji",ujarnya. "Aku akan menunda kepergianku.Tapi katakan padaku apa yang salah?"
"Jungkook_aku baru saja mengalami mimpi yang mengerikan",menyandarkan dahinya di dada sang kekasih Jimin bercerita sambil terisak.
"Saat aku bangun di pagi hari kau sudah pergi dengan membawa semua pakaianmu di tengah malam saat aku tertidur,kau bahkan tidak mengucapkan selamat tinggal dan hanya meninggalkan sebuah catatan di atas meja. Kau menghilang selama setahun,namun tiba-tiba saja kita tidak sengaja bertemu di sebuah kedai dan kau bersama seorang gadis_tunanganmu dan kalian akan menikah. Kau bilang kau membenciku dan_",pemuda itu tersengal. Meremas baju Jungkook dengan kedua tangannya dan semakin terisak,rambutnya berantakan dengan kaos kebesaran yang terlihat melorot dari pundaknya. "Tolong jangan,jangan pergi.Aku mencintaimu Jungkook,sungguh".
"Jimin,aku-"
"Tidak,aku mohon jangan. Jangan pergi,berikan aku kesempatan untuk memperbaiki ini semua",ujarnya pilu pegangannya pada baju Jungkook terlihat semakin erat.
Meletakkan tangannya di bahu yang lebih tua dan mundur selangkah,Jungkook mengambil napas dalam-dalam dan menatapnya."Jimin dengarkan aku_aku tidak akan meninggalkanmu,oke". Ujarnya dengan raut seolah tidak paham tentang konsep itu.
"T-tapi kau baru saja bilang_kau bilang akan pergi".
"Ok, jelas kau tidak ingat karena pertengkaran kita semalam. Tapi kemarin aku sudah memberitahumu",Jungkook mulai menjelaskan dengan tenang."Aku sudah berjanji akan mengantarkan Taehyung ke bandara pagi ini. Aku hanya akan pergi kurang lebih selama satu jam".
"Aku_",yang lebih tua mengerjapkan matanya beberapa kali,mencoba mengingat. Semalam rasa-rasanya seperti dulu sekali, seperti sudah setahun."Aku tidak ingat."
"Tidak apa-apa",Jungkook menariknya dan memeluk erat ."Aku tidak akan meninggalkanmu."
"Tapi semalam aku mengatakan hal-hal yang sangat mengerikan," isaknya lagi. "Aku melakukan hal buruk padamu. Aku terlalu kejam dan bahkan kau terkena serangan panik karena ulahku_ Ya tuhan".
"Jimin",Jungkook menghela nafas. "Kita berdua tahu bahwa semalam bukanlah satu-satunya pertikaian mengerikan yang pernah terjadi di antara kita . Dan ya_mungkin itu juga bukan yang terakhir bagi kita. Tapi aku sangat mencintaimu,benar kau memang menyakitiku,dan aku memang pergi tidur sambil bertanya-tanya apakah kau masih menginginkanku di pagi hari atau tidak,dan akupun bermimpi sama buruknya denganmu. Kau mengusirku dan memberitahuku bahwa kau benar-benar sudah tidak tahan dan ingin berpisah". Jimin mendongak menatap wajah Jungkook,pemuda itu terlihat seperti menahan tangis sangat menjelaskan.
"Tapi kemudian aku bangun",Jungkook tersenyum lembut. "Dan aku melihat wajahmu, dan aku melihat bahwa kita masih saling meringkuk walaupun kita sedang marah,dan itu membuatku berpikir bahwa mungkin itu semua hanya argumen bodoh yang terlontar saat marah.Karena meskipun merasa sakit hati dan masih kesal,rasanya tidak mungkin tiba-tiba saja kau tidak mencintaiku lagi".
"Jung,aku_",Jimin menggelengkan kepalanya. "Aku masih mencintaimu,dan aku sadar telah melontarkan banyak kata yang menyakitimu . Dan mungkin seharusnya justru kau yang tidak mencintaiku lagi sekarang".
"Jangan katakan itu," bisik Jungkook. "Jangan mengatakan hal yang tidak seharusnya".
"Tapi bagaimana bisa,aku bahkan tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri karena membuatmu panik."
"Argumen kita yang memicu itu semua,itu karena kita sedang marah dan lepas kendali".
"Tetap saja,"desah Jimim.
"Nyatanya aku baik-baik saja sekarang".
"Iya,syukurlah aku lega.Mimpi itu terasa begitu nyata. Seperti kau benar-benar membenciku. Seolah aku sudah hidup begitu lama tanpamu".
"Yah secara logis, itu tidak masuk akal",ujar Jungkook. "Maksudku, bagaimana mungkin aku bisa mengepak semua pakaianku dalam satu malam".
"Eoh,ya itu benar".
"Dan hanya satu tahun bagiku untuk bertemu orang lain dan bertunangan?",ujar Jungkook ragu. "itu konyol_Ji, aku bahkan butuh waktu berbulan-bulan untuk meyakinkan diriku bahwa aku juga menyukaimu,dulu kau melakukan pendekatan padaku dengan susah payahkan? Dan hanya setahun untuk menikah? Apa itu benar-benar terdengar seperti aku yang sebenarnya,aku rasa tidak?"
"Iya kau benar",Jimin tersenyum lembut.
"Dan untuk seorang gadis ?" Imbuh Jungkook sambil meringis. "um_kurasa tidak."
"Ya, kau terlalu gay untuk itu",Yang lebih tua terkekeh. "Itu seharusnya bisa menjadi petunjuk.Itu hanyalah mimpi buruk yang mengerikan. Namun saat aku bangun dan tidak ada kau di sampingku,sejenak aku berpikir itu bukan mimpi, bahwa kau benar-benar meninggalkanku. "
"Ji_",Jungkook kembali menghela napas,"aku tidak akan meninggalkanmu.
Kau harus melakukan hal yang jauh lebih buruk untuk bisa mendorongku menjauh. Aku sudah menerima begitu banyak omong kosongmu,jadi mengapa harus berhenti sekarang?""Senang mendengarnya,aku mencintaimu Jungkook".
"Aku juga mencintaimu Jimin".
"Bisakah kau berjanji padaku satu hal?",tanya yang lebih tua.
"Tentu"
"Jangan pernah biarkan aku bangun pagi tanpamu."
Jungkook tersenyum,kemudian mencium pemuda di depannya. Hatinya menghangat,mereka berdua masih saling jatuh cinta. Dan ia berharap agar itu selamanya. Lalu dengan spontan menggendong Jimin membuat yang lebih tua memekik kaget, "Astaga Jung,apa yang kau lakukan?".
"Morning sex sepertinya ide bagus",ujarnya sambil tersenyum nakal.
"Tapi janjimu dengan Taehyung_"
"Taehyung bisa menunggu untuk itu sayang".
Jimin tertawa lemas,pandangannya sayu wajahnya mengernyit merasakan pinggulnya yang kebas saat dia menggerakkan tubuh. Ia lalu menaikkan sedikit kepalanya dan menggigit telinga Jungkook sengaja menggoda.
"Apa? Mau lagi?".
"Coba saja",yang lebih tua menjulurkan lidah kekanakan. "Itupun kalau kau masih kuat".
"Jangan main-main denganku sayang".
"Kalau iya".
Dengan mendadak Jungkook merubah posisi,kembali ia berada di atas Jimin. Meraba-raba pinggulnya dengan ujung privasi yang bermain nakal pada pinggir kerutan Jimin yang berkedut karena rangsang. "Baiklah kalau itu maumu,kau yang memintanya. Dengan senang hati aku akan membuatmu kembali menjerit putus asa".
***
ENDKonten seksual sengaja tidak dijabarkan secara eksplisit,terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
argue
Romance[ SHORT STORY COMPLETED ] Masih seputar Park Jimin dan Jeon Jungkook.