Dia selalu tersenyum kepadaku, seolah-olah tidak akan meninggalkanku. Tapi pada akhirnya, dia tetap pergi.
***Sore ini hujan turun. Suara gemericik air menjadi irama merdu bagi penyuka hujan, aroma hujan menjadi penenang bagi pecandunya, dan ini adalah berkah bagi semua makhluk Tuhan.
Satu persatu tetesan air hujan jatuh ke bumi, segelintir orang tidak peduli masalah hujan, apapun itu. Tapi bagi sebagian orang hujan bisa menjadi penggali kenangan. Orang-orang itu akan meratapi hujan sambil meratapi masa lalu, terkadang hingga menyiksa diri dalam ruang kesedihan.
Banyak pula orang yang bergembira menikmati hujan, mengenang kenangan manis, seraya tersenyum menikmati secangkir coklat panas. Ini adalah suatu kenikmatan yang mesti di syukuri.
Ara masih berdiam diri di halte kampusnya, menunggu taxi online agar dia bisa lekas pulang kerumah. Biasanya Ara memilih ojek online, tapi hujan turun dengan deras. Ponsel Ara mati, dan ia tidak bisa menghubungi taxi online yang ia pesan. Tanpa sadar pikiranya sudah melayang jauh, dengan suasana yang sangat membosankan.
*
Saat itu, dalam hujan Ara sedang menunggu seseorang di Halte sekolahnya. Persetan dengan orang yang sedang bernostalgia ataupun sedang enak-enak minum coklat panas, Ara begitu kecut karena kelamaan menunggu. Rok abu-abu nya setengah basah terkena cipratan air, sudah hampir setengah jam Ara menunggu di Halte sekolah. Namanya Andara Nadila, gadis kelas 3 SMA.
Eza tidak membalas chat dari Ara, mungkin lagi dijalan.
Ara kembali menunggu sambil memainkan game di ponsel nya. Eza sudah bilang OTW dari 20 menit yang lalu dan Ara sudah disini hampir setengah jam, tapi eza belum juga datang. Mungkin Eza neduh dulu? Ini kan hujan. Ah.
Tak lama, Eza datang. Ara bangkit dari tempat duduknya.
Ini Eza, pacar Ara. Sama-sama berseragam abu, hanya saja beda sekolah. Wajah ganteng dan postur tinggi dengan motor matic berwarna hitam. Eza bukan cowok-cowok keren yang naik motor CBR dan sejenisnya, Eza cowok yang sederhana. Tentunya dia sudah sangat keren di mata Ara. Dia adalah pemilik senyum termanis yg Ara miliki.
"Eza lama," Kata Ara. Eza tersenyum di balik helm nya, lalu memberikan jas hujan dan helm kepada Ara.
"Maaf ya," pinta Eza dengan senyumanya. Senyuman yang sangat Ara sukai pada masanya.
"Aku nggak mau pake jas hujan," kata Ara, "Ujan-ujanan aja yuk, Za?" pinta Ara.
"Jangan nanti Mama kamu marah, nanti kamu sakit," Kata Eza.
"Sekali aja Eza, tanggung lagian rok aku udah basah, ya ya ya ya?" Ara terus merajuk.
"Janji dulu tapi, kita sekarang ujan-ujanan tapi Ara gaboleh sakit."
"Iya!" kata Ara senang. Terserah dengan janjinya, emang sakit atau engga bisa direncanain?
Eza pun melepas jas hujan yang dikenakanya dan memasukanya ke dalam bagasi motor.
"Helmnya tetep pake," kata Eza sambil memakaikan helm kepada Ara.
Eza pun membawa Ara mengelilingi kota bersama rintik hujan yang terus berjatuhan. Ini sudah tahun kedua mereka bersama-sama. Tapi kali ini sedikit berbeda, Eza lebih diam dari biasanya. Biasanya selalu saja ada topik yang mereka bicarakan diatas motor, tapi kali ini Eza hanya menanggapi cerita Ara.
"Ara mau kemana lagi?" tanya Eza.
"Kemana ya? Pulang aja deh kayanya, Eza kerumah dulu ya," pinta Ara. Eza diam.
"Za?"
"Ara, aku boleh bilang sesuatu?" kata Eza dengan ekspresi yang aneh. Kemudian Eza menurunkan kecepatan motornya.
"Ada apa?"
"Kalau kita udahan gimana?"
Ara nampak heran dengan Eza, jantungnya berdebar tidak karuan. Ara hanya diam tidak menggubris perkataan Eza.
"Ara, Maaf."
Mendengar kata maaf dari Eza, hati nya semakin tidak karuan. Ara melepaskan tanganya yang sedari tadi ada di saku jaket Eza. Pipinya mulai memanas, padahal dia belum bertanya maksud dari perkataan Eza. Bibirnya tiba-tiba tidak bisa berkata apapun.
"Ara?" panggil eza, sekali lagi.
"Apa? jangan ngomong aneh-aneh!" bentak Ara yang akhirnya membuka suara.
"Ara, kita enggak bisa lanjutin hubungan kita lagi."
"Kenapa?" tanya Ara dengan nada yang sedikit naik, Ara bingung karena dia dan Eza tidak memiliki masalah apapun. So, why?
"Ada suatu hal yang membuat aku enggak bisa lagi sama Ara, maaf."
Matanya mulai memanas dan menjatuhkan airmata, "Apa? jelasin jangan setangah-setengah!"
"Engga bisa Ara, maaf aku belum bisa jelasin ke kamu. Suatu saat kamu akan tahu alasan aku pergi, yang pasti aku enggak mau semakin nyakitin kamu."
Ara semakin tidak bisa menahan tangisnya, dia menangis sepanjang jalan bersama rintikan hujan dan orang yang telah menyakiti hatinya. Ara tidak habis pikir, dia tidak menyangka akan di putuskan oleh Eza dengan alasan yang tidak jelas seperti ini.
"Maaf, aku harus pergi," ucapnya yg terakhir kali.
Eza mengantarkan Ara tepat sampai di rumahnya, Ara membuka helm nya kemudian berlari kedalam rumah. Eza turun dari motornya menghampiri bunda Ara, meminta maaf dan menitipkan sebuah surat.
Jika tau Eza akan pergi, Ara tidak akan pernah mau membuka hatinya.
*
"Mbakk.. " kata seseorang. "Mbakk haloooo..." orang itu kembali melambai-lambaikan tanganya di depan wajah Ara membuat Ara sadar dari pikiranya yang sudah kabur kemana-mana.
Sialan, bayangan itu lagi.
.
.
.
to be continue.
Terimakasih udah mau baca hehe
Sekiranya kamu suka, jangan lupa vote sama comment ya! 💞Love,
Ashiilov
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragu
ChickLit"Diantara ribuan manusia yg lalu lalang di sekitarku, aku cuma pilih kamu. Lantas kenapa kamu masih ragu?"