Dia dan Senandung Nada

11 2 4
                                    

Diantara banyaknya kenangan, kenapa yg pahit selalu hadir seolah-olah kenangan manis tidak pernah tercipta?
***

"Apaan sih," ketus Ara yang tersadar dari lamunanya. Benar saja, hujan membangkitkan sebuah kenangan. Kenangan dalam hujan di tempat yang hampir sama.

Ara kembali teringat kejadian setahun lalu, di hari terakhir kebersamaanya bersama Eza. Satu hari dimana ia tidak menyangka kalau Eza tidaklah seperti yang ia kenal. Satu hari dimana ia mengetahui Eza-nya yang sangat manis telah berubah.

"Mbak ngapain sih bengong di halte? Mau kesambet?" kata seseorang itu. Seseorang yang tidak Ara kenal. Ara melihat kearah nya sekilas kemudian kembali menatap kedepan memandangi hujan, enggan untuk menjawab pertanyaan orang tersebut.

"Bener nih mbaknya kesambet ya?" katanya, lagi.

"Apaan sih lo." kata Ara yang akhirnya bersuara.

"Saya orang mbak."

"Stop ya, lagipula gue bukan mbak-mbak."

"Mbak nunggu apa sih? Emang ada yang jemput?" kata lelaki itu yang masih saja mengoceh.

"Lo siapa? Maaf ya gue enggak kenal sama lo," jelas Ara.

"Saya tanya lagi nih, Mbak lagi nunggu apa? nunggu pacarnya atau nunggu taxi?"

"Gue nunggu pacar gue. Pergi lo. Gue udah bilang gue enggak kenal sama lo," kata Ara berbohong, moodnya sedang rusak jadi enggak mau ketemu orang.

"Kalo gitu kita kenalan mbak, saya Luthfi."

Ara hanya mendelik ke arah lelaki yang mengaku bernama Luthfi tersebut. Ara ini lagi galau, enggak bisa di ganggu. Kalau di ganggu bisa ngamuk, apalagi diganggu stranger macam Luthfi ini.

"Mbak saya pacar yang mbak tunggu itu."

"Eh?"

"Hp mbak mati, saya tau kok. Mbak bilangnya nunggu pacar ya? cuman mau ngingetin, mbak enggak punya pacar. Mbak pesen taxi online ya tadi?"

Ara diam, bingung sendiri dia.

"Maksud lo? Lo..?" kata Ara.

"Iya mbak, saya Luthfi driver taxi online yang mbak pesen."

Buset, dah gimana ini udah marah-marah.

Ara masih terlihat bingung, malu sih sebenernya bukan bingung. Udah tau Ara yang pesen, tapi dia sendiri yang marah-marah mana bohong lagi. Melihat wajah Ara yang memerah karena malu, Lutfi tertawa kecil sambil menggerakan tanganya sebagai isyarat kepada Ara untuk mengikuti Luthfi ke mobilnya.

"Iya mbak enggak usah malu udah marah-marah ke saya, Ayo."

"Gimana kalau lo jahat? Dari mana gue bisa tau lo bukan orang jahat?" kata Ara yang panik tidak jelas.

"Emang saya keliatan jahat?" kata Luthfi dengan nada jenaka nya.

Ara diam. Diam mulu ya si Ara. Bukan hanya Ara kini Luthfi juga diam menunggu gerakan dari Ara. Mau di cancel kah atau bagaimanakah ini Ara?

Ara berdiri kemudian berjalan menuju mobil luthfi tanpa melihat ke wajah luthfi. "Maaf mas, ayo," kata Ara. Luthfi mengikuti Ara dan segera mengantarkan Ara ke rumah Ara.

Masa lalu itu jahat ya, suka datang tiba-tiba terus ngerusak suasana. Bikin malu pula.

Sepanjang jalan Ara diam sambil mendengarkan alunan lagu dari stereo tape yang ada di mobil. sementara Luthfi yang duduk di depan Ara, tepatnya di kursi kemudi terus bernyanyi tidak jelas mengikuti irama lagu yang terputar. Baru kali ini Ara naik taxi online yang drivernya se-pecicilan ini.

Remember on the day we went to watch the stars
Back then in June when things were
I thought I'd be seeing you again
And wouldn't have to spend my time alone

Ara semakin merindukan Eza saat penggalan lagu milik Isyana terputar. "I thought I'd be seeing you again and wouldn't have to spend my time alone", Ara ingin Eza kembali.

Sudah hampir setahun setelah Eza meninggalkan Ara, mereka tidak pernah lagi berjumpa. Tidak pernah ada lagi sepatah kata yang terucap, Eza benar-benar menghilang.

Pipinya mulai memanas perlahan air matanya mulai jatuh. Ara tidak tahan lagi. Marah, benci, tapi Ara tetap ingin kembali. Luthfi melihat Ara menangis dari kaca, kemudian ia berhenti mengoceh dan mematikan stereo tape mobilnya.

Ara hanya ingin melihat senyum Eza, dan kembali menghabiskan waktu bersama Eza. Itu saja.
.

.

.

to be continue.

Terimakasih udah mau baca hehe
Sekiranya kamu suka, jangan lupa vote sama comment ya! 💞

love, Ashiilov

RaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang