Dulu Sasuke merupakan pribadi pendiam yang irit bicara. Tidak terlalu suka pada keramaian, tidak suka didekati, juga tidak suka mengalami sentuhan sekecil apapun.
Ia pribadi yang angkuh, sombong, anti sosial, atau apalah namanya.
Minat Sasuke pada gitar sudah ada sejak lama. Keahliannya memetik senar dan menciptakan nada yang indah, ia dapatkan dari Itachi. Tapi, hanya sebatas itu. Sementara hobi menyanyinya mulai timbul sekitar dua tahun yang lalu. Namun, bukan berarti Sasuke tidak pernah bernyanyi, ia pernah. Bahkan beberapa kali. Salah satunya ketika sedang menyendiri di dekat gudang. Dan siapa yang sangka, pertemuan mereka terjadi di hari itu.
Namanya Uzumaki Naruto, murid yang tidak terlalu menonjol. Bukan karena ia bodoh, lebih tepatnya karena Naruto terlihat seperti seseorang dari era 80-an. Penampilannya aneh, terkadang sama sekali tidak nyambung. Kacamatanya terlalu tebal dan modelnya kuno, juga rambutnya. Tapi, entah mengapa ketika tersenyum, Sasuke seolah melihat hangatnya sinar mentari pagi di sana.
Naruto tiba-tiba saja datang, menyela permainan musik Sasuke dengan sebuah pujian dan tepuk tangan yang keras.
"Hebat! Suaramu sangat bagus, permainan gitarmu juga sempurna. Kenapa tidak menjadi penyanyi saja?"
Respon Sasuke? Tentu saja dirinya yang dulu akan menjawab dengan tajam dan ketus.
"Siapa kau? Tiba-tiba datang dan mengganggu."
"Oh, maaf. Aku habis dari toilet dan tak sengaja lewat."
"Kalau begitu pergi sana."
Naruto menggaruk kepalanya salah tingkah. Padahal ia tak bermaksud mengganggu, hanya bersikap refleks karena terpukau pada sesuatu yang menurutnya luar biasa. "Begitu, ya? Aku sudah mengganggu? Maaf ..."
"Hn."
Awalnya memang seperti itu. Sasuke tidak terlalu menyukai siapapun, ia lebih suka sendiri. Tak heran ia begitu sulit didekati. Meski ia populer dan memiliki wajah yang sangat tampan, kenyataannya banyak orang yang merasa segan untuk sekedar menyapa.
Di hari berikutnya, Sasuke bertemu lagi dengan Naruto yang sedang mengepel lantai kamar mandi. Di depan pintu, juga ada dua orang pemuda yang nampak terkikik sambil memperhatikannya dengan seksama.
"Jangan ada yang terlewat. Semua harus bersih, mengerti?"
Oh, akhirnya ia paham. Sebenarnya tugas membersihkan kamar mandi bukanlah tugas Naruto, melainkan tugas dua pemuda itu. Si lelaki kuning hanya dipaksa lewat bullyan. Tapi, ini bukan urusan Sasuke juga. Masa bodoh dengan mereka, ia hanya perlu menggunakan salah satu bilik toilet lalu keluar dan bersikap seolah tak tahu apa-apa.
"Hei, jangan masuk ke sana. Aku belum membersihkan lantainya, pasti akan terasa licin jika dipijaki." Suara si kuning menghentikan keinginan Sasuke untuk mengunakan bilik paling ujung. "Kalau kau mau, kau bisa menggunakan yang ini. Aku sudah membersihkannya jadi aman untukmu." Lalu tersenyum seolah ia tak pernah mengalami hari yang buruk dan selalu terlihat bahagia.
Sasuke mendengkus. Naif sekali. Jika memang sekuat itu, lantas kenapa tidak melawan saja saat di bully. Itu kan idiot namanya.
...
Terik matahari mengiringi acara berlari Sasuke menuju Fakultas Musik. Sialnya ia bangun terlambat pagi ini, walau ia masih memiliki waktu 30 menit lagi sebelum materi pertama dimulai, tapi gara-gara berlari dari halte sampai ke Universitas, bajunya sampai setengah basah oleh keringat.
Ini juga karena Itachi yang harus berangkat dini hari menuju luar kota, kalau tidak, Sasuke takkan mengalami hari yang sebegini sulit karena harus menaiki transportasi umum dan berlari seperti orang kesurupan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate or Love (NARUSASU)
FanfictionSemua orang mungkin pernah melakukan kesalahan, tapi Sasuke merasa jika kesalahannya pada lelaki kuning itu terlampau parah sampai ia tak yakin bisa mendapatkan maaf dari orang itu. NSMCC NSMULTYCHALLENGE Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto...