Saat ini rumah Ardi sangat berantakan. banyak sekali bungkus camilan yang berserakan dan tumpukan buku yang sudah tidak beraturan. namun sang pemilik rumah nampak acuh, membiarkan teman-temannya berbuat sesuka hatinya.
"UNO GAME." Seru sebuah suara dengan lantang, seluruh mata memperhatikannya dengan pandangan berbeda-beda, namun yang dipandang nampak acuh dan tetap pada kegiatannya.
"Curang lo? perasaan kalo lo main uno kalah mulu, pasti lo ngumpetin kartu ya, Ayo ngaku." Suara lain menyahut dengan nada jengkel. memutar bola matanya malas, tidak terima dikalahkan.
"Makanya jangan pake perasaan, kalo baper gue ngga bakalan tanggung jawab." Suara pertama menjawab acuh.
"Apaan si lo! Ngga nyambung banget. ngaku deh Mit! Lo curang kan."
"Kalo ngga nyambung ya disambungin aja!" Suara pertama yang tak lain adalah suara Mita menolehkan kepalanya pada Ardi. "Di, lo punya tali ngga, Mika mau minta buat nyambungin ucapan gue. Ada ngga?"
Ardi mengerjapkan matanya bingung, bertanya dengan nada polosnya yang khas, "Emang ucapan bisa disambung pake tali?"
Seluruh penghuni ruangan itu menepuk dahi,sedangkan Mita dan Mika mendengus kesal. Ardi ini kelewat polos atau memang sudah bego? Mau aja dikibulin.
"Di, gue minta karung aja deh." Ardi memandang bingung pada Ridho. "Buat apa?"
"Buat ngarungin lo. Ardiansyah Putra, lagian mana ada ucapan bisa disambung pake tali, pake logika lo!" Geram Ridho.
"Udah-udah jangan ribut." Imam melerai. Memang disaat ada perdebatan Imam lah yang selalu bersikap dewasa.
Mereka kembali pada kegiatannya masing-masing, Ardi yang tadi sempat terganggu aktivitas bermain game online nya karena ulah Mita kembali melanjutkan.
Vio tetap bertahan pada posisinya, mengelus-elus rambut kucing anggora milik Ardi, ia kembali teringat pada Kenan dan berniat menanyakannya pada Ardi.
"Di, kamu tetangganya Kak Kenan?" Tanya Vio dengan suara pelan, namun tidak ada respon apapun dari Ardi.
Vio mengeras kan volume suaranya. namun, Ardi tetap tidak bergeming.
Vio melirik ke arah telinga Ardi. Oh, pantes aja ngga kedengeran dari tadi.
Vio menarik earphone dari telinga Ardi lalu berteriak keras tepat pada daun telingan Ardi.
"ARDI!" Ardi terlonjak kaget, cobaan apa lagi ini ya Allah, tidak bisakah teman-temannya ini membiarkan Ardi tenang? Batin Ardi miris.
Vio terkekeh geli melihat ekspresi nelangsa Ardi, "Kamu tetangganya Kak Kenan?" Vio kembali bertanya.
"Iya." jawab Ardi dengan nada kesal.
"Ardi marah ya ke Vio? jangan marah dong. Vio kan tadi udah manggil-manggil Ardi, tapi Ardinya aja yang ngga denger. Jangan marah ya." Vio menunjukan puppy eyes nya.
Ardi mendengus kesal, "Iya deh gue ngga marah." Ardi tersenyum lebar sambil mengacak-acak rambut Vio.
Tidak ada penolakan dari Vio, gadis itu kembali bertanya, "Sejak kapan Ardi tetangga an sama Kak Kenan?"
"Kira-kira sekitar lima tahun lal--Ehh, lo tau dari mana. gue tetanggaan sama Kak Kenan?" Ardi bertanya dengan nada terkejut.
"Tadi kan pas aku nyampe depan gerbang rumah kamu, Aku sama yang lainnya ngeliat Kak Kenan yang yang lagi buka gerbang rumah bercat coklat yang disebelah rumah kamu. otomatis aku kaget dong, dan yang lebih mengejutkannya lagi--" Vio sengaja menjeda kalimatnya untuk menarik nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secrets and Facts
Teen FictionSunyi, Sepi. Itu yang selalu dirasakan gadis manis berlesung pipi, Vioreen Cheverly. Trauma masa kecil, Kesendirian yang selalu menyiksa, membunuhnya secara perlahan. Tapi itu dulu, tidak dengan sekarang. Semangat hidupnya kembali setelah bertemu de...