Untuk apa aku membendung air mata? Jika akhirnya akan tumpah membasahi wajah. Untuk apa selama ini aku menahan? Jika semua hanyalah kehendak Tuhan.
Yang ku pinta hanyalah satu. Tolong untuk sedikit lebih lama menunggu. Aku perlu menyembuhkan diri. Tanpa di campuri. Maupun melukai.
Didalam keheningan malam, iris mata itu menyala. Lagi, tanpa di komando, dalam diam aku meminta maaf.
"Sudah cukup sampai disini." ia mengepalkan tangannya. Hingga buku-buku jarinya memutih.
