Prolog

3 1 0
                                    

Dara baru saja keluar rumah saat driver Gojek berjaket hitam-hijau turun dari tangga rumah depan. Mata Dara memicing, melihat bungkusan hitam yang disangkutkan di pintu rumah depannya. Dara yakin itu pesanan yang habis diantar Gojek yang kini akan menaiki motor maticnya.

Tangannya buru-buru bergerak menutup pintu rumahnya. Menuruni tangga kecil setelah membuang sampah jajan pemberian adiknya.

"Udah dibayar pak?"

Kaget, driver Gojek itu sampai mengelus dada yang dilindungi jaket hijaunya.

"Mbaknya ini." bapaknya menjeda, "Sudah mbak, pake Go-pay."

Perempuan itu mengangguk, "Sip deh, soalnya kalo belum bayar ntar mau saya tombokin." Dara melirik sekilas rumah yang tampak sepi, lalu kembali menatap bapaknya yang sepertinya sudah ingin pergi. Dari tatapannya, seolah ingin memohon agar Dara tak lagi mengajaknya bicara. "Yaudah deh pak, saya mau bangunin pangeran ngorok dulu."

Kan! Bapak itu langsung tersenyum lebar, padahal Dara baru bertanya sekali!

Tanpa menunggu driver tersebut pergi, Dara langsung masuk kerumah Randi, dengan membawa bungkusan hitam tadi tentunya. Tanpa salam, Dara langsung masuk ke dalam, toh tak akan ada yang menjawab, karena hari sabtu adalah hari sibuknya keluarga Randi. Bukan hari sabtu saja sih sebenarnya, hampir setiap hari keluarga Randi sibuk. Kedua orang tuanya sibuk dengan pasien mereka dan Kakaknya, Brian yang sibuk dengan jadwal kuliahnya. Randi yang berstatus pelajar menengah atas, harus menerima kenyataan ketika pulang kerumah, tak ada orang yang menemaninya, kecuali ketika Kakaknya sedang tak ada kuliah. Dan khusus hari sabtu, kakaknya full kuliah dari pagi sampai siang, dan biasanya sehabis itu main sampai malam. Alhasil, Randi biasanya menghabiskan waktunya dengan menyendiri di kamar, menyambangi rumah Dara, atau kadang-kadang pergi bersama teman baiknya.

"Randi! Liat, apa yang bebeb bawa buat Randi?" teriak Dara dari dapur. Kalau Dara boleh menebak, pasti Randi sedang mengeluh sambil menutup wajahnya dengan bantal. Dia tersenyum memikirkannya.

Terus terusan ia memanggil nama Randi, berusaha membuat Randi jengkel.

Dara dengan lihai mengambil dua piring, ia tumpuk dengan piring teratas juga berisi nasi dan prekedel buatan mamanya Randi, untuknya. Piring tersebut ia pegang di tangan kanan dan tangan kirinya ia gunakan untuk membawa kresek hitam berisi nasi padang.

"Lah lah, apa-apaan!" jerit perempuan yang memakai kaus biru pendek dan celana jeans se-lutut. Begitu masuk, ia melihat Randi yang asik menonton TV. Wajah laki-laki itu tampak segar, tak seperti habis tidur seperti dugaannya. Saat masuk tadi, Randi juga tertawa saat melihat adegan di TVnya. Sumpah, rasanya Dara ingin menjambak. Kenapa Randi tak menjawab panggilannya? Paling tidak dia jadi tak berharap kalau Randi akan kesal karena kebrisikannya.

Dara memang usil.

"Kenapa lo nggak jawab panggilan gue?!" masih kesal, dia menaruh piring pada karpet biru di tepi kasur Randi. Dara mengikat rambut yang kini melebihi pundaknya sebelum membuka kertas minyak yang berisi nasi rendang, seperti biasanya. Dia mengambil satu rendang untuknya dan seluruh sambal. Randi memang selalu memesan dua rendang. Entah jika ada Dara atau tidak. Tapi kalau ada pun, Randi tak akan melarang jika Dara mengambilnya.

Randi ditempatnya tak merespon, masih dengan posisi duduk dengan bantal dibawah siku yang ia gunakan untuk menopang dagu. Dara juga tak begitu mempedulikan respon Randi, ia sudah senang dengan adanya nasi prekedel yang ditambah rendang dan sambal.

"Nih," Dara menyodorkan piring yang berisi nasi yang sudah ia pindah dari kertas minyak. "Awas kena kasur, itu minyaknya mbleber kemana-mana."

"Iya," Randi membalas singkat sambil menerima piring yang disodorkan Dara. Saat ingin menyuap, plastik hitam berisi kertas minyak sudah mampir di lengan Randi, hampir membuat Randi ingin menggigit Dara seketika. "Apaan sih?"

"Itu tangan dicuci dulu kek! Jorok amat jadi cowok." Dara berdiri, membuang plastik tersebut ke tempat sampah di dekat pintu

"Nanggung Dar, ini nasinya udah kepegang." Randi mengeluh, namun akhirnya menyerah setelah di tatap tajam oleh Dara.

Dara kemudian mengikuti duduk di kasur. Memakan nasinya tanpa menunggu Randi yang sedang mencuci tangan di kamar mandi kamarnya. Ia terus menonton iklan yang ada sampai akhirnya film tadi tayang kembali, "Home Alone? Bosen."

***

Deng deng!!! Wkwk, setelah banyak pertimbangan, akhirnya cerita ini aku publish.

Iseng doang sih, cuma buat nyalurin hobi nulis aja.

Hobi beda dengan menguasai, kan?

🌹

DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang