2018

15 4 4
                                    


1.TAHUN YANG KEJAM

Menatap cermin, meraih tas.
Menatap cermin lagi, tersenyum.
Membenarkan tali sepatu.
Meraih kertas persegi diatas meja membacanya ulang sejenak mengamati deretan huruf bertinta emas berkilauan.

"Ayok woy! Lama amat ngaca nya, mau ketinggalan acara sepenting ini? "

Berlalu. Menggenggam kertas erat menempelkanya didada tersenyum miris menatap gambar diri dicermin Tersadar. Segera memasukkan undangan ke dalam tas bermotif bunga tertegantung dibahu.

*****

Mendongak. Langit-langit bercat putih berpahatan rapi terukir simetris. Megah.

Tamu-tamu bergerak pelan teratur memasuki ruangan. Memilih tempat. Duduk dan mulai berbincang.

Seperti kami, aku, teman-teman yang termasuk undangan kami duduk berlima mengelilingi meja bundar.

Mengambil alih kursi dari meja lain tiap meja sisipkan empat kursi.
Deri menarik salah satunya dan bergabung dimeja.

"Kita mabuk hari ini" Kesya berbisik nyaring dan cekikikan sediri mengangkat gelas bening kecil diatas meja lengkap bersama botol-botol minuman.

Menurutmu kami dimana, ruangan penuh dekorasi bunga didominasi warna putih begitu megah dengan dua pilar di tengah ruangan, lampu kristal besar dilangit-langit.


"Mau jadi apa kita kalau mabuk" Berdikari Rahel si rambut kriwil bertubuh kecil. Paling tua diantara kami.

"Setidaknya bersikaplah layaknya tamu"

"Bagaimana aku bisa hanya seorang tamu bukanlah ini terasa tidak adil"

"Apanya? "

"Yah acara ini. Apa-apaan menikah tanpa izin ku"kembali meraih botol minuman dan menggenggamnya gemas tersulut emosi

" Memannya kau ini ibunya apa? " Rahel menarik botol yang diacung-acungkan kesya membuat yang lain panik takut kalau-kalau terlepas dan pecah.

Rahel balas menarik dengan agak berlebihan memeluk botol minuman seperti hendak dicuri darinya dan juga bukan miliknya.

"Yah setidaknya aku ini pernah mengincar dia masa, langsung ditinggal kawin aja"Lagi-lagi menampilkan raut kecewa berlebihan, menyeka ujung mata tak berair mata.

" Itu gak seberapa liat, teman kita yang satu ini"Rahel mendaratkan tepukan di bahuku.
"Bukankah harusnya kau yang paling terluka "Setelah Rahel mengatakan kalimat pertanyaan yang seperti peryataan itu semua sorot mata ibah mengarah padaku.

" Nanti ketika mereka lewat injak lah gaun pengantinya "usul kesya berbisik dengan nyaring selalu begitu. Untuk apa berbisik dengan nada nyaring tipe-tipe bisikan yang bisa dengan mudah didengar meja sebelah.

" Untuk apa. Kenapa harus aku? "
Mereka semua menatapku lagi kali ini ekspresi mereka seperti pencopet bersama misi nya.

Rasanya aku ingin tertawa melihat ekpresi saat meyakinkan ku untuk bertindak seperti usulan.

Igin rasanya berdiri dan tertawa sambil memegang perut, melihat ekpresi mereka yang di luar tatakrama berekspresi sebagai tamu diacara paling bahagia "pernikahan"ada rencana keji begitu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CrowdsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang