Bab I

11 1 4
                                    

Tak terasa hampir 6 tahun aku di negeri orang, guna menuntut ilmu yang memang adalah kewajiban setiap makhluk yang bernafas dan berakal.

Ku pilih negeri yang berjarak kurang lebih 9.359 km dari tanah airku Indonesia, sebuah negeri di benua afrika, yang kering, gersang, tandus namun tetap makmur tenteram di balut dengan asas-asas islam yang kuat.

Negeri yang terdapat didalamnya sungai terpanjang di dunia, yang mengalir melewati hampir 10 negara, namun hanya negeri ini lah sungai itu dapat di nikmati manfaatnya, Nile namanya, sungai yang menjadi saksi bisu di hanyutkan salah satu manusia terbaik oleh orang tuanya, karena takut akan dibunuh raja otoriter yang sampai hati mengaku bahwa dirinya adalah tuhan, namun karena takdir tuhan yang kuasa, bayi itu terhanyut kepada istana sang raja bengis nan angkuh tersebut, dan dipungut oleh sang ratu, dan diangkat menjadi anak oleh sang raja, namun kelak ketika bayi itu tumbuh dewasa, dialah yang akan merobohkan kerajaan raja itu dan menundukkan kesombonganya. Musa As. Namanya, Nabi bagi kaum Islam dan Yahudi.

Dan tak lupa negeri tersebut adalah negeri yang memulai peradaban manusia di bumi, di negeri inilah lahir manusia agung lainnya, yang tercatat didalam al-Quran adalah orang yang arif bijaksana, cerdas dan revolusioner.

Melalui dia manusia bisa mengenal pakaian, mengenal baca dan tulis, dan beberapa ilmu-ilmu kehidupan, Idris As. Al-Quran menyebutnya. Beliau merupakan cucu dari bapaknya manusia Adam As. yang berarti Idris As. Termasuk manusia yang hidup pada masa awal-awal manusia tercipta, maka pantaslah bahwa orang-orang memberikan gelar kepada negeri ini dengan sebutan "Ummu al-dunya" yang memiliki arti Induknya Dunia, yang artinya peradaban mulai muncul berkembang sampai sekarang di mulai dari negeri ini.

Dan negeri ini pula dikenal sebagai negeri para nabi, karena hampir sebagian nabi dan rasul pernah memasuki dan meninggalkan telapak kaki mulia mereka di negeri ini, dan sebagian mereka lahir di tanah tandus ini, termasuk 2 orang luar biasa yang disebutkan tadi, sampai kepada Nabi Muhammad Saw. Pun pernah menginjakkan kakinya di tanah ini, maka tak heran bila orangmenyebutnya sebagai Negeri Para Nabi.

Negeri ini pula berdiri tegak, tak lapuk di telan zaman, sebuah sumber ilmu pengetahuan islam, perguruan islam tertua di dunia, yang dibangun pada dinasti fathimiyah, sebuah dinasti atau kabinet pemerintahan islam yang di ambil dari nama yang mulia, yang lahir dari orang yang mulia, yaitu Fatimah binti Muhammad Saw, perguruan tersebut bernama Al-Azhar Al-Syarif.

Bermula dari sebuah Masjid kemudian meluas menjadi sebuah universitas, bahkan kedudukannya setara dengan pemerintahan negeri ini sendiri, darinya banyak lahir tokoh-tokoh besar islam yang setia mendedikasikan seluruh umurnya untuk memakmurkan islam dan menanamkan nilai-nilai islam ke penjuru dunia, perguruan yang menjadi benteng islam yang moderat, yang tidak membenarkan yang kanan dan tidak menyalahkan yang kiri, tidak menyanjung yang kanan dan tidak memusuhi yang kiri, perguruan yang menjadi pusat studi islam dan jutaan penggiat islam menimba dan meraup ilmu se banyak-banyaknya disini, bahkan ada ungkapan, "Kiblat orang shalat adalah Ka‟bah, Kiblat orang menuntut ilmu adalah Al-Azhar."

Setiap ku dengar cerita tentang negeri ini, bahkan sampai menuliskannya, merinding bulu romaku, gemetar tubuhku, dan berkaca-kaca kedua mataku, mendengar dan menuliskan kisahnya, dari paragraf pertama sampai akhir, tak kunjung reda rasa yang kurasakan itu, karena nikmat kesempatan yang Allah berikan kepadaku seorang yang fakir ilmu, yang hina ini, bisa sampai ke negeri ini.

Ku tapakkan kakiku di negeri yang ditapakkan kaki para Nabi, mengunjungi negeri kelahiran Idris As., menikmati segarnya air dari sungai Nile, dan duduk dibangku yang duduk di atasnya para tokoh besar islam di Al-Azhar, tak hentinya lidahku menyebut "Alhamdulillah" atas nikmat ini.

Poelang Kampoeng Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang