Bab V

9 2 1
                                    

Setelah ku berkeliling menyusuri toko demi toko, sampai tak sadar sudah 4 kantong besar ada di genggamanku.

Berisi berjilid-jilid kitab dengan berbagai tajuk, tema dan bahasan, dari ilmu bahasa arab, tafsir quran, hadis, fiqih, dan aneka kitab tipis dengan bahasan yang menarikku untuk rela mengeluarkan kocek yang lumayan banyak.

Ku akhiri hunting kitab ini dengan hamdalah "Alhamdulillaah." Langit sudah mulai gelap, pukul 5 sore tepatnya, langsung saja ku menuju jalan raya, aku tidak ke terminal karena terlalu jauh, dan juga karena kitab yang ku bawa ini lumayan banyak, apabila ku pulang dengan bus pasti akan sangat menggangu penumpang lain karena kesempitan.

Jadi, ku putuskan untuk melambaikan taksi guna menghentikan dan menumpanginga untuk ku sampai pulang ke rumah.

"Teksi!." Teriakku kepada sopir taksi yang berlalu di depanku.

"Hatrouh faein?" (Kemana tujuanmu?). Tanya sopir tersebut.

"Ilaa el-hayy el-asyir medinet nasr." (Ke district 10 Medinat nasr)."

"Laa, baid ya shodiq." (Tidak, terlalu jauh). Terpaksa ku cari taksi lain, beberapa menit kemudian dia pun muncul.

"Teksi." "Hatrouh fein?." (Mau pergi kemana kamu?).

"Ilaa el-hayy el-asyir medinet nasr." (Ke district 10 Medinat nasr).

"Masyii, yalla irkab!." (Oke, ayo naik!).

"Bikam ya hustoh?" (Berapa ongkosnya pak sopir?). Tanyaku setelah kulihat argonya tak aktif.

"Bi talatiin ya shodiq." (30 pound).

"Masyii." (Oke).

Ku naikkan kitab-kitab yang sudah terbalut kantong putih kedalam bagasi taksi sebagian, sebagian lagi di bangku penumpang bagian belakang, sedangkan aku duduk di depan bersama sopir.

Di tengah perjalanan yang macet.

"Ismak eih ya „amm?." (Siapa namamu paman?).

"Mustafa, wenta?." (Mustafa, dan kamu?).

"Asyraf."

"Miniin ya Asyraf ?." (Darimana asalmu Asyraf ?).

"Min andunisia ya „amm." (aku dari indonesia).

"Eih royak „an misr?." (Bagaimana pendapatmu tentang mesir?).

"Annas kuwaisy wal gawa helwah, lakin kullu hagah dil waqti gholi, soh?." (Orangorangnya baik, cuaca enak, tapi barang-barang sekarang mahal, benar tidak?).

"Aiwah soh ya Asyraf , zeit wa sukar wa ruzz wa gaz kulluh yerfa." (Ya benar Asyraf , minyak, gula, beras dan bensin dan lainnya naik harganya).

"Leih kedah ya amm?." (Mengapa begitu paman?).

"La tasalni yabni, isal ala el-sisi hahah." (Jangan tanyakan padaku, tanyakan pada el-sisi (presiden mesir kini)).

"Hahahah.. masyii ya „amm." (haha oke paman). Mendengar jawabannya aku tak henti tertawa beberapa menit.

40 menit sudah berlalu, dan sudah panjang lebar obrolanku bersama sang sopir taksi, akhirnya tiba ku di depan gang rumahku, ku hentikan dan turun dari taksi tepat depan rumahku.

Setelah kubayar dan menurunkan kitab-kitabku ku teriaki kawan didalam rumah untuk meminta bantuan, keluarlah beberapa kawanku yang mereka adalah adik kelasku.

"Wiih borong bang?." Tanya seseorang dari mereka.

"Yoii haha." Jawabku.

"Ciyee yang mau pulang haha." Goda yang lain.

"Udah buru bantu angkatin ini." Pintaku.

"Siap komandan." Jawab mereka kompak sambil mengangkat tangan dan menaruh di ujung alis, tanda hormat ala militer.

Setelah kitab sudah di bawa oleh para pekerja paksa dan masuk ke dalam rumah, setelah membuka pintu, aku di sambut adzan magrib, segera ku ajak kawan rumahku yang berjumlah 7 orang untuk berwudhu dan shalat berjamaah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Poelang Kampoeng Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang