Ku catat kitab apa saja yang akan ku cari di berbagai toko buku, dan juga oleh-oleh yang akan ku beli, karena nanti sore ku berniat untuk menjelajahi toko-toko buku Islam di belakang masjid Al-Azhar.
Waktu menunjukkan pukul 2 siang, setelah memasak ala kadarnya, dan makan bersama penghuni rumah, ku bergegas bersiap untuk berangkat shoping bukubuku yang sudah tercatat rapi di buku catatanku.
Setelah siap, ku langkahkan kaki menuju jalan raya, jarak dari rumahku ke jalan raya kurang lebih 150 meter, dan di sepanjang jalan lurus itu berbaris tokotoko, seperti supermarket, toko sayuran, toko ikan, ayam dan aneka daging, ada juga rumah makan khas Mesir, berjejer rapi di sebalah kanan dan kiri jalan, yang ke semua itu adalah tetanggaku.
"Izayyak ya Asyraf?." (Apa kabar Asyraf). Tegur Abdouh pemilik rumah makan, menanyakan keadaanku.
"Alhamdulillaah kuwaisy ya ammina." (Alhamdulillah baik paman). Jawabku menandakan aku baik-baik saja.
"Rouh fein ya sodiqi?." (Mau kemana kau). Tegur Muhammad pemilik supermarket, menanyakan hendak pergi kemana diriku.
"Ilaa darosah ya amuh muhammad, ilaa maktabat bizhobt." (Ke Darosah paman Muhammad, ke toko buku lebih tepatnya). Jawabku mengaku ingin ke toko buku di daerah kampus.
"Ya Asyraf, yalla nakul ma‟ana." (Asyraf, ayo makan bersama kami). Seru Amuh (paman) Mustafa pemilik toko daging yang sedang makan siang bersama para pegawainya menawariku makan.
"Syukron ya syekh, akaltu alhamdulillaah." (Terima kasih pak, aku sudah makan). Jawabku sambil memegang dada tanda menolak namun tetap berterimakasih atas tawaran tersebut.
"Izayyik ya mama?." (Apa kabar bu?). Tegurku kepada Amah (bibi) Fatmah penjual sayuran.
"Ya habibii ya Asyraf , kuntu fein min zaman? Ana musytaq ilaik wallah, ana kuwaisy bi iznillah." (Hey Asyraf , kemana saja kamu? Demi tuhan aku kangen padamu, aku baik-baik saja atas izin Allah). Jawabnya terkaget karena baru melihatku lagi, dan dia ungkapkan rasa rindunya padaku.
"Heheh ana maugud ya mama, ana harouh ila maktabat ya mama." Jawabku setelah iya menanyakan kemana saja diriku, setelah ku jawab, ku bilang bahwa ku hendak ke toko buku.
"Masyii ya habiibii, allah yukhalik." Pungkasnya mendoakan perjalananku.
Begitulah keseharianku bersama para penduduk sekitar rumahku, mereka ramah bukan main kepadaku, karena masyarakat Mesir sangat menyukai dan menghormati warga asing khususnya Indonesia sepertiku, inilah salah satu yang pasti akan ku rindukan kelak, selain keindahan dan kehangatan suasana Mesir dan kekayaan sejarahnya yaitu keramahan penduduk Mesir.
Sampailah ku di jalan raya yang menghubungkan jalan dari komplek satu ke komplek lain, daerah satu ke daerah lain, ke terminal satu ke terminal lain.
Ku tunggu beberapa menit mobil angkutan berjenis Bus berwarna merah dengan nomor 80/ (delapan puluh coret) bus yang mengangkut penumpangnya dari pemukimanku ini el-Hayy el-Asyir langsung menuju ke lokasi yang ku tuju Darrasah daerah yang berdiri didalamnya komplek kampusku, Al-Azhar University, dengan hanya membayar ongkos 2 pound mesir (2400 rupiah) diganti dengan secarik kertas bukti tanda pembayaran dari sang kondektur, maka sampailah di Darrasah.
Akhirnya yang ditunggu telah tiba, langsung ku naik, setelah membayar, ku bergelantung berdiri dengan penumpang lain karena kursi telah habis di duduki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poelang Kampoeng
AventureKairo, kota tua yang indah di balut sejarah. Bangunan serba cokelat, kotak menjulang tinggi adalah khas dari sejauh mata memandang. Tapi, itu hanya kenangan bagi Asyraf, mahasiswa rantau asal Indonesia. Ia telah menyelesaikan studinya dan bermaksud...