London, British 23.02
Seorang perempuan berambut panjang dengan setelan cardigan biru tua dan celana jeans memasuki sebuah bus setelah pulang dari kerjanya.
Ia memilih duduk di kursi paling belakang karena ia nyaman berada di tempat paling belakang, entahlah.
Ada seorang pria disampingnya sedang tertidur pulas. Perempuan itu tidak sengaja melihat kearah pria itu, lalu ia memalingkan wajahnya. Memakai headset putih dan memejamkan matanya.
"Hei, hei." Seorang pria mencoba membangunkan seorang perempuan disampingnya yang sedang tertidur, "hei bangunlah."
"Hngh." Perempuan itu masih enggan membuka matanya.
"Hei nona, ini tempat pemberhentian terakhir." Bisiknya masih mencoba membangunkan.
Perempuan itu mencoba membuka matanya, lalu mengambil nafas panjang.
Sadar jika ada seseorang di hadapannya, perempuan itu terlonjak kaget, "k-kau!"
"Tenang, aku tidak bermacam-macam, aku hanya mencoba membangunkan mu." Jelasnya paham akan situasi.
"Hah?" Perempuan itu masih belum mengerti apa yang dimaksud pria yang ada dihadapannya.
"Ini halte terakhir, dan kau tertidur, aku mencoba untuk membangunkan mu." Jelasnya lagi.
"Apa?! Aku ketiduran?! Ini halte terakhir?!" Perempuan itu kaget, sangat kaget.
"Iya." Jawab pria itu santai.
"Luxury Bus Stop sudah lewat?!" Mata perempuan itu melotot.
"Iya."
"Astaga, bagaimana bisa." Perempuan itu mengusap wajahnya frustasi.
"Tenanglah, ayo turun dulu saja." Pria itu mencoba menenangkan perempuan chairmate nya tadi.
Lalu mereka turun dari bus.
"Rumah mu disekitar Luxury Bus Stop ya?" Tanya pria itu disaat sudah turun dari bus.
"Ya, dan aku kelewatan, ini sudah malam dan besok aku harus bekerja!" Perempuan itu tampak menyesal.
Pria asing itu tersenyum dan mengusapkan tangannya pada pundak perempuan itu.
"Aku harus bagaimana." Ucapnya lirih.
"Kau boleh menginap dirumahku malam ini." Usul pria itu.
"Apa?" Perempuan itu memberhentikan langkah, begitupun dengan pria itu.
"Kau bisa menginap dirumahku." Ucapnya lagi.
"Kau gila? Seorang perempuan tinggal dirumah pria berdua yang bahkan notabene nya adalah orang asing yang tidak saling mengenal?" Wajah perempuan itu menjadi datar.
"Kau kan perempuan, tidak baik pulang malam seperti ini, lagipula besok kamu harus kerja. Butuh istirahat." Ucapnya. Ia tidak tega pada perempuan itu. Walaupun orang asing, tapi ia tidak mungkin membiarkannya pulang malam-malam. Takut terjadi sesuatu.
Perempuan itu terdiam sejenak, ia berpikir ada benarnya juga ucapan pria itu. Lalu dia memilih untuk menginap sementara. "Baiklah i will."
Pria itu mengulum senyum nya, sangat menawan.
Lalu mereka berjalan. Pria itu memimpin jalan dan diikuti oleh perempuan itu.
Cklek
"Ayo. Silahkan masuk." Pria itu mempersilahkan perempuan itu untuk masuk, namun perempuan itu enggan masuk.
"Ayo." Suruhnya lagi, namun perempuan itu malah menggeleng, "kenapa tidak?" Dahi pria itu mengerut.
"Kau pemilik rumah, harusnya kau yang yang duluan masuk." Perempuan itu buka suara.
"Baiklah." Pria itu masuk diikuti oleh perempuan itu.
"Tidak usah canggung, anggap saja rumah sendiri." Ucap pria itu yang melihat raut wajah perempuan itu yang tampak tidak enak.
"Kau pandai melihat keadaan, ya." Puji perempuan itu sambil tersenyum pada pria itu.
"Apa?" Tanya nya pura-pura tidak mengerti.
"Tidak, nevermind."
"Dasar. Oh ya, kamar mu disamping kamarku diatas. Kamarku yang pintunya banyak stiker." Ujarnya memberi tahu.
"Baiklah, terima kasih ya."
"Iya."
Perempuan berambut panjang itu naik tangga menuju lantai dua, dan mencari kamarnya. Dan ia menemukan pintu berstiker banyak, dan ada nama Alden.
"Jadi namanya Alden ya?" Gumamnya, entah mengapa ia mengulum seyumnya.
Cklek
Ia masuk ke dalam kamarnya. Bersih dan rapi. Ia sudah menebak kalau pemilik rumah sangat rajin membersihkan rumah.
Ia membaringkan tubuhnya di kasur King Size. Squish, namun ia belum terbiasa, karena itu bukan dirumahnya. Dan ia terduduk, melihat ke langit dinding.
Cklek
Perempuan itu terlonjak kaget ketika pintu terbuka, dan mengelus dada nya saat mengetahui siapa yang membuka pintu.
"Haha, kaget ya?" Sosok yang membuka pintu tertawa melihat reaksi perempuan itu.
"Sialan, untung aku tidak jantungan!" Ujarnya kesal.
"Haha. Apakah kau sudah terbiasa?" Tanya pria yang sedang bersender pada pintu.
"Ini belum ada satu hari, bodoh!" Jawabnya, sepertinya masih kesal.
"Eum iya. Kalau ada apa-apa panggil aku saja ya."
"Iya."
"Baiklah, kalau begitu, aku pergi." Pamitnya, lalu keluar dan menutup pintu.
00.09
Seseorang terbangun dari tidurnya, mengambil nafas panjang lalu menghembuskannya.
Lalu, ia melihat ke jam dinding, meraih handphone nya yang berada di nakas.
"Sudah ganti hari ya."
Perempuan itu keluar dari kamarnya, menutup pintu dengan hati-hati.
Ia turun ke lantai bawah, menuju ruang tamu, dan duduk di sofa ruang tamu.
Entah apa yang dilakukannya, ia hanya terdiam merenung. Menatap ke dinding langit, entah apa yang dilihatnya. Hingga seseorang datang menepuk pundaknya.
"Hei." Sapa pria itu.
"Oh, hai." Jawabnya masih menatap dinding langit.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya nya karena merasa diacuhkan.
"Tidak ada, hanya.."
"Hanya apa?" Pria itu penasaran.
"Ah lupakan." Perempuan itu menatap pria itu.
"Oh baiklah, aku mengerti." Pria itu tersenyum.
"Ya, terimakasih sudah mengerti." Perempuan itu balik tersenyum pada pria itu.
"Apakah kau ingin cemilan malam?" Tanya pria itu. Ia merasa canggung dengan suasana itu.
"Boleh."
"Oke, tunggu sebentar ya, aku akan mengambil cemilannya." Pria itu pergi meninggalkan ruang tamu.
"Ya."
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐦𝐲𝐬𝐭𝐞𝐫𝐢𝐨𝐮𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
Teen Fiction"𝙄 𝙨𝙬𝙚𝙖𝙧, 𝙨𝙝𝙚 𝙞𝙨 𝙨𝙩𝙧𝙖𝙣𝙜𝙚 𝙖𝙣𝙙 𝙢𝙮𝙨𝙩𝙚𝙧𝙞𝙤𝙪𝙨, 𝙗𝙪𝙩 𝙪𝙣𝙞𝙦𝙪𝙚 𝙖𝙣𝙙 𝙘𝙖𝙥𝙩𝙞𝙫𝙖𝙩𝙞𝙣𝙜"