; canceled schedule ;

7 1 0
                                    

06.15 am

Tring.. tring..

Alice meraih handphone nya yang berada di nakas, menggeser tombol hijau. Ada panggilan masuk.

"Halo?" Alice dengan suara khas orang baru bangun tidur.

"Hei, kau dimana?! Aku didepan rumahmu namun tidak ada tanda-tanda kehidupan!" Oceh seseorang dari seberang sana.

Skakmat.

Alice tidak memberitahu siapapun tentang kejadian tadi malam. "Apa? Kau didepan rumahku?" Alice berpura-pura tidak mengerti, padahal ia kaget sekali mendengar jika temannya ada dirumahnya.

"Iya. Kamu dimana, sih?! Cepat keluar!" Bentak orang itu.

"Na-Natasha maaf, semalam aku habis bertemu dengan temanku, namun karena sudah larut malam, aku menginap dirumahnya." Ucap Alice berasalan. Untung saja otaknya sedang mendukungnya untuk beralasan.

"Aish dasar kau ini! Selalu saja. Aku sudah menunggumu dari tadi."

"Benarkah? Kalau begitu maafkan aku." Alice merasa bersalah.

"Ya baiklah. Namun lain kali kau harus menghubungiku, agar tidak terulang lagi." Ucap orang dari seberang sana, menasehati Alice.

"Iya, sekali lagi ma--"

"ALICE! AYO SARAPAN DULU, AKU SUDAH MEMBUAT MAKANAN!" Teriak Alden dari bawah, suaranya sangat nyaring.

"Ah iya sebentar!" Jawab Alice masih dengan handphone yang ada di telinganya.

"Hei, itu seperti suara laki-laki?" Orang di seberang sana curiga, serta keheranan.

"Itu kakak temanku, sudah ya, aku sarapan dulu." Alice memberitahu.

"Oh, kukira siapa. Yasudah, dah."

Lalu, sambungan telepon diputuskan oleh kedua pihak.

Alice keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga satu per satu, hingga sampailah ia di ruang makan. Dilihatnya Alden sedang menyajikan makanan ke atas meja, Alice yang tak tega melihatnya pun ikut membantu Alden.

"Sini, biar aku bantu, kau yang itu saja." Ucap Alice mengambil alih lauk yang dipegang Alden.

"Oh ok." Alden mengambil dua piring dari rak nya.

Dan mereka pun menyajikan makanan bersama.

"Do I interfere with your activities?" Tanya Alden tiba-tiba.

"Huh?" Alice belum mengerti dengan maksud Alden.

"Kegiatan telpon menelponmu tadi, bersama temanmu." Jelas Alden sambil menatap Alice intens.

"Oh itu, tidak juga." Alice tersenyum sembari menatap Alden balik.

"By the way, ada notifikasi tuh." Alden menunjuk handphone Alice yang bergetar.

"Oh iya, hehe, maaf mengganggu." Alice mengambil handphone nya.

"Apa?!" Alice nampak terkejut.

"Kenapa?" Alden bingung dengan ekspresi Alice.

"A-aku diliburkan hari ini." Alice tampak sangat bahagia, hingga ia tidak bisa menahan rasa bahagianya itu.

"Benarkah?"

"Ya!" Jawab Alice semangat.

"Bagaimana kalau kita ke caffe yang baru dibuka?" Ajak Alden.

"Yang dekat perempatan itu?" Tebak Alice, Alden mengangguk.

"Bagaimana?" Tanya Alden lagi.

"Apakah ramai?" Alice tidak yakin.

"Hm entahlah, tapi semoga saja tidak." Alden berusaha meyakinkan Alice.

"Memangnya kau tidak bekerja?"

"Kerjaku selang seling, senin, rabu, dan jumat. Hehe." Alden tersenyum lebar, entah mengejek Alice atau hanya sebagai tanda kesenangan.

Alice menghembuskan nafas kesal, "dunia tidak adil."

"Oh ya, nanti kau pakai baju kakakku saja, ya." Alden memeberi tahu Alice.

"Oke."

07.05

"Alice, apakah kau sudah siap?" Tanya Alden dari luar kamar Alice.

"Sebentar lagi." Jawab Alice.

"Baiklah, jangan terlalu lama."

"Ya."

Dan tak lama, Alice keluar dari kamarnya, dengan balutan kaos putih polos dan cardigan hitam, serta ripped jeans hitamnya, membuat Alden terpaku untuk beberapa saat.

Mengetahui itu, Alice melambaikan tangannya di depan muka Alden, menyadarkan Alden, "hey bodoh, sadarlah, jangan melamun."

Dan Alden pun sadar, "sial, maafkan aku."

"Sudahlah, ayo." Ajak Alice, Alden jalan duluan dengan yang diikuti Alice dibelakangnya.

Mereka memakai sepatu masing-masing.

"Hey, kenapa kau memakai sepatu yang sama denganku?" Alice sadar bahwa Alden memakai sepatu converse, sama seperti yang dipakai Alice.

"Apa? Ini sepatu favoritku, lagipula, sepatu seperti ini sudah pasaran tahu."

"Ya, terserah." Alice mengalah.

"Kau terlihat cocok memakai baju itu." Puji Alden, tahu raut wajah Alice berbeda dari tadi.

"Ya terimakasih." Jawab Alice datar.

"Oh ayolah, maafkan aku, apakah aku harus mengganti sepatuku?"

"Untuk apa? Tidak usah, waste time. Lagipula aku hanya bercanda, haha." Tawa Alice seperti dibuat-buat, namun Alden hanya menanggapinya dengan baik, berpikir bahwa Alice baik-baik saja.

"Ok, sekarang ayo naik ke dalam mobilku." Alden membukakan pintu mobil untuk Alice.

"Kenapa kau harus repot-repot membukakan pintu mobil untukku? Aku bisa sendiri. But, thanks." Alice tersenyum.

"Ya sama-sama."

Alice masuk kedalam mobil, begitupun dengan Alden.

"Here we go!" Ucap Alden girang.

***

TBC


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐦𝐲𝐬𝐭𝐞𝐫𝐢𝐨𝐮𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang