Upacara

323 86 62
                                    

ㅡ : : ✏ : : ㅡ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅡ : : ✏ : : ㅡ

Seperti biasa, hari Senin menjadi hari yang diwajibkan untuk ber-upacara. Contohnya di pagi ini.

"Anak-anak coba baris yang teratur." Ibu guru menuntun anak-anaknya agar berbaris dengan tertib.

"Daniel, kenapa kamu baris paling depan? Kasihan Sungwoon tidak kelihatan. Kamu bisa mengalah, um?" Dengan lembut ibu guru berbicara pada Daniel.

Daniel mendengus kesal.
"Tapi bu guru, Daniel mau menjadi yang pertama." Kukuh dengan perkataannya, Daniel tetap tidak mau mengalah.

Sesudahnya Daniel merasakan ada yang menarik ujung seragamnya.
"Hei Daniel, kamu mundurlah. Aku tidak bisa melihat lapangan. Mataku terhalang tubuhmu."

"BㅡBaiklah." Daniel akhirnya menggeser tubuhnya dan membiarkan Sungwoon menjadi berbaris paling depan.

Ibu guru terkekeh kecil melihat interaksi muridnya.

"Seluruh barisan, lencang depan gerak!"
Minhyun sebagai ketua kelas mengomandokan seluruh teman sekelasnya.

Satu persatu murid kelas 4A pun berbaris dengan tertib dan teratur. Melihat teman-temannya sudah teratur berbaris Minhyun mengomandokan kembali "Tegap gerak!"

Upacara pun dimulai.

Setelah upacara usai, Para murid kelas 1 sampai 6 langsung bergegas menuju kelasnya masing-masing.

Terkecuali Daniel, ia malah memilih untuk berdiri didepan pintu kelasnya, seperti menunggu seseorang. Tidak lama kemudian, anak kecil sebayanya hendak masuk ke kelas namun ditahan oleh Daniel.

"Hai Woo! Upacara tadi aku tidak melihatmu, kamu kemana?"

Teman sebayanya itu hanya tersenyum kikuk. "Aku ada, di barisan paling belakang hehe."

Daniel mengernyitkan dahinya. "Kenapa dibelakang? Harusnya Woo dekat Daniel."

Bingung. Seongwoo bingung dengan ucapan temannya ini. "Maksudnya apa? Aku tidak mengerti."

Tanpa menjawab pertanyaan Seongwoo, Daniel bergegas menarik tangan Seongwoo agar masuk ke dalam kelas.

"Mulai hari ini Woo duduk dekat Daniel."
Nada bicaranya seperti sebuah paksaan.

Tidak perlu waktu lama, Daniel segera memindahkan tas Jaehwan dan menukarnya dengan tas milik Seongwoo.

Jaehwan yang melihatnya ingin protes. Tapi ia bisa apa? Jangankan protes, melihat badan Daniel saja dia sudah menunduk takut.

Seongwoo makin dibuat heran.
"Tapi, ini tempat duduk Jaehwan."

"Tidak apa-apa, Jaehwan juga rela kok. Iyakan Jaehwan?" Daniel menatap Jaehwan, Seperti ada kilatan cahaya disana. Jika menolak ia bisa dalam bahaya! batin Jaehwan.

Jaehwan menganggukkan kepalanya kaku.
"IㅡIya, tidak apa Woo. Aku bisa duduk di tempatmu."

"Tuh kan, Jaehwan tidak apa-apa. Ayo duduk Woo." Daniel menepuk kursi di sebelahnya.

Dengan terpaksa, Seongwoo akhirnya duduk. Karena kalo tidak menuruti pasti Daniel akan merengek memaksa.

"Woo, Sudah buat pr?"

Seongwoo hanya mengangguk.

"Woo, Daniel tanya, kenapa cuma angguk-angguk begitu."

Daniel menyebalkan.

"Aku sudah mengerjakannya, Daniel. Bagaimana denganmu sudah mengerjakan?" Seongwoo tersenyum manis.

Daniel tersenyum, rentetan gigi kelincinya sedikit menyembul keluar.
"Sudah dong, kalo kata bunda siapa yang rajin mengerjakan pr akan disayang."

Seongwoo mengerjapkan matanya bingung. Memang ada ya seperti itu?

"Makanya Daniel jadi rajin mengerjakan pr, karena mau disayang Seongwoo."

Maksudnya dari perkataan Daniel tadi apa ya? Seongwoo jadi bingung.


©To be continue

Hi guys? hehe

childhood ; ongnielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang