Prolog

101 7 0
                                    

Malam ini purnama muncul sempurna. Cahaya keemasan dengan titik-titik bintang.

Memesona.

Aku berdiri di salah satu atap gedung dua belas lantai. Purnama menerangi semuanya. Sapuan angin membelai rambut panjangku.

Malam ini sama seperti malam-malam yang lalu, penuh harap semua ini akan segera berakhir. Berharap aku akan menemukannya.

Enam tahun silam sejak kejadian itu aku berusaha bangkit.

Memupuk dendam ini. Menangis tanpa suara. Memutar kenangan-kenangan indah itu. Membujuk hati yang hancur.

Lamat-lamat aku mendengar teriakan. Menyadarkanku dari lamunan itu. Aku menyeringai.

“mangsa pertama..” desisku

Aku melompat mencari asal teriakkan itu. Melompat dari satu gedung ke gedung lain. Teriakan meminta tolong.

Ketemu.

Di salah satu gang sempit seorang gadis –sepertinya gadis penghibur, dengan pria penuh tato yang berusaha mengambil paksa tasnya.

Aku memperhatikan mereka dari atas atap. Gadis itu berteriak minta tolong. Si pria membekapnya. Si gadis memberontak menggigit tangan si pria. Si pria berteriak kesakitan ia menampar gadis itu sampai tersungkur. Sudut bibirnya berdarah. Si gadis memohon agar si pria tidak mengambil tasnya. Si pria dengan tatapan marah hendak menendang muka si gadis.

Aku melesat.
Menikam lehernya.
Tepat dileher belakangnya.

“CRASS!!”

Pria itu tersungkur. Tewas. Tanpa sempat berteriak sekalipun. Aku mencabut pisauku. Darah mengalir.

Aku suka warna darah. Warna paling indah kedua setelah hitam.

Aku berdiri, sejenak melihat ke arah si gadis. Raut mukanya terkejut bercampur takut. Aku mengambil tasnya. Membukanya. Mengambil dompet lalu mengambil beberapa dolar. Memasukkannya kembali dan melemparnya ke arah gadis.

“pergi.” Kataku.
“te-terima kasih” balasnya takut-takut lalu berdiri dengan susah payah. Berusaha lari.

Siapa yang akan berlama-lama dalam situasi seperti ini? Hampir mati karena preman lalu tiba-tiba seorang wanita muncul berpakaian serba-hitam dan bertopeng aneh menikam orang yang ada dihadapannya.

Aku tak peduli kalau ia melaporkan ke pihak keamanan. Toh mereka tak akan bisa menemukanku. Tidak akan mudah.

Aku tersenyum tipis. Aku melirik sebentar mayat pria bertato. Mendekatinya.

“sayang sekali.. pria tampan sepertimu harus mati seperti ini”

Aku menyobek bajunya. Punggung penuh tato. Tak masalah pikirku.

Ku ukir inisial J dipunggungnya.

Lalu aku bersihkan pisau ku seadanya.
Aku berjalan santai kemudian melompat ke atap-atap gedung dan hilang di gelapnya malam.

***

"Don't go to sleep!!"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang