Suara langkah kaki tiba-tiba berhenti ketika mendengar suara. Ya, suara ini seperti suara pisau yang sedang di asah. Suara itu berasal dari dalam kamar changbin. Karna penasaran dan khawatir, hyunjin memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar itu.
Ceklek
Hyunjin mulai membuka pintu dan mengintip secara perlahan. Lalu hyunjin menemukan changbin yang sedang berdiri tegak membelakanginya. Namun suasana dari kamar itu sangat aneh. Gelap, berantakan, dan pengap, seperti itulah kiranya kondisi kamar changbin.
"Hyung, apa kau tak apa-apa?" Tanya hyunjin diiringi langkahnya yang masuk ke dalam kamar.
"Hyunjin bisakah kau mengunci pintu nya?" Perintah changbin yang masih berdiri tegak membelakangin hyunjin
"Kenapa? Biarkan saja pintunya terbuka. Lagi pula disini sangat pengap." Jawab hyunjin
"Aku lebih suka seperti ini, jadi ku mohon kunci pintunya."
Akhirnya hyunjinpun mengunci pintunya dan kemudian berdiri di belakang changbin.
"Hyung, tadi kudengar ada suara pisau yang seperti sedang diasah. Apa kau yang melakukannya?"
"..."
Bukan jawaban yang hyunjin dapat dari hyungnya itu, melainkan gerak-gerik yang mencurigakan.
"Hyung berhentilah seperti itu. Kau membuatku merinding."
Tak lama changbin tertawa kecil
"Kau ingin bermain bersamaku?"
"Bermain? Bermain apa?"
Dan changbin pun berbalik menghadap hyunjin. Ketika changbin berbalik, hyunjin sangat kaget karena hal yang pertama kali dia lihat adalah tangan hyungnya itu mengeluarkan banyak darah segar dan masih mengalir. Sedangkan tangan yang satunya lagi, sedang memegang pisau yang sangat tajam dengan darah di setiap sisinya.
"Kenapa kau melukai tanganmu?" Tanya hyunjin panik. Dan seketika hyunjin kaget untuk kedua kalinya. Karena ia mendapati mata kanan hyungnya itu mengalirkan darah.
Perlahan hyunjin mundur dari hadapan hyungnya itu."Aku tidak melukai tanganku. Aku hanya bermain. Ayo ikutlah bermain bersamaku." Ucap changbin yang perlahan juga mendekati hyunjin dengan pisau yang diarahkan tepat ke arah hyunjin
"Ka..ka..kau sudah gila ya?" Hyunjin yang mulai panik mulai mendekati pintu kamar dan mencoba untuk membuka kuncinya.
Sayangnya, changbin tiba-tiba menancapkan pisau tajam itu di pintu. Membuat hyunjin tidak bisa membuka kunci pintu dengan baik
"Ayo bermain bersamaku."
Dengan sekuat tenaga, hyunjin mendorong changbin. Tapi itu tidak berhasil.
Keringat dingin telah bercucuran di wajahnya hyunjin
Changbi segera menarik lengan hyunjin dengan erat, dan juga menarik pisau yang tertancap tadi.
Changbin tersenyum aneh, berbeda dengan hyunjin. Perlahan, changbin mendekati wajahnya ke wajah hyunjin. Dan itu membuat darah dari mata changbin mengenai kulit wajah hyunjin.
Hyunjin hanya dapat menutup matanya takut.
"Hei, lihatlah ini!" Seru changbin
Hyunjin menggeleng dan masih menutup matanya
"Ku bilang lihat ini!" Seru changbin lagi.
Dan hyunjinpun sedikir membuka matanya. Tapi, seharusnya hyunjin tidak melakukan itu. Karna yang sekarang ia lihat adalah changbin menusuk mata kirinya di hadapan hyunjin.
Hyunjin makin gemetar,
"Aaakkhh" teriak changbin kesakitan
Karna itu, darah kembali lagi mengenai wajah hyunjin.
"Hyunjin-ah, sekarang giliranmu. Walaupun kau tutup mata seperti itu, aku akan tetap melakukannya."
Hyunjin ingin lepas dari genggaman changbin, tapi tidak bisa. Seakan-akan hyunjin tidak punya energi lagi.
Hyunjin bisa merasakan kalau changbin mulai menaikan pisau tajamnya itu dan bersiap untuk menusuk mata hyunjin.
"H..h..hyung, aku minta maaf padamu. To..tolong le..lepaskan aku."
Pinta hyunjinTidak ada balasan dari changbin.
Tanpa aba-aba, dengan cepat changbin mendekatkan pisaunya ke arah mata hyunjin.Dan kemudian,
"Cut!!!"
______________________________________"Waaah, kalian sangat bagus dalam berakting." Puji bangchan
Hyunjin dan changbin pun membungkuk kan badan
"Terima kasih."
"Aku sangat terkejut melihat changbin hyung tadi. Aku merasa seperti tadi itu benarbenar nyata." Ujar jeongin.
"Terima kasih" changbin membungkukkan badannya lagi.
"Karna aktingmu sangat bagus tadi, bagaimana kalau kita sekarang makan. Changbin yang akan mentraktir." Seru bangchan dengan seenak jidatnya
"Kenapa? Kenapa harus aku?" Tanya changbin bingung.
"Sudahlah hyung, kapan lagi kau mentraktir kami semua?" Jawab woojin
Dengan berat hati changbinpun mengiyakan ide bangchan itu.
Skip