ketika alarm berbunyi, seharusnya changbin —at least, menyipitkan mata karena silaunya biasan cahaya dari pintu balkonnya yang transparan.
namun kali ini, ia tak melihat apapun. gelap gulita seperti konsep debutnya.
changbin menyibakkan selimutnya dengan cepat, meraba dinding guna menemukan saklar lampu, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat pintu balkon kamarnya tertutup oleh sebuah kain raksasa. benar-benar membuat kamarnya terlihat seperti backstage.
"tunggu, ini benar kamarku, kan?" siapa tahu changbin masih tersesat di rumah orang lain dalam mimpinya.
setelah beberapa detik mengerjapkan mata, changbin kembali meyakinkan diri sendiri bahwa ia sudah tiba di kenyataan tepat saat pintu kamarnya diketuk berkali-kali.
"changbin hyung! changbin hyung!"
dengan kesal changbin bangkit dan membuka pintu lebar-lebar, menampakkan felix yang menyengir lebar dalam setelah baju sport-casual nya.
"selamat pagi, hyung!"
"lee felix, menurutmu apa yang kau lakukan?" changbin menyingkir agar felix bisa melihat 'kekacauan' yang ada.
tentu saja changbin bakal berpikir felix yang sekurang kerjaan itu menutupi pintu balkonnya, memang siapa lagi? tetangga?
felix melongokkan kepalanya, lalu menggaruknya serba salah. "kurasa pintu balkonmu terlalu terbuka karena kau memasang gorden pada jendelanya saja. bayangkan jika ada orang, atau mungkin penggemar ekstrim yang mengintipmu pakai teleskop, bukankah itu sangat melanggar privasi?"
"perbuatanmu ini saja sudah melanggar privasiku." changbin menahan diri untuk tak menggeplak kepala felix dengan lampu meja. "aku tidak mau tahu, selagi aku mandi aku ingin kau melepas kain hitam itu! sialan, sama saja aku mengijinkanmu keluar-masuk kamarku."
felix meringis karena dikata-katai, lalu kembali tersenyum ceria. "woah, tapi kamar hyung sepuluh kali lebih mewah dari kamarku."
"persetan!"
lima belas menit kemudian, changbin balik dari kamar mandi dan tersenyum saat mendapati kamarnya telah rapi seperti sedia kala. ia mengambil setelan kasual yang berbahan tipis, menyesuaikan dengan pergatian musim semi ke musim panas. saat ia keluar, felix sudah duduk selonjoran di ruang tengah sambil menonton berita.
baru saja changbin ingin melengos pergi tanpa pamit, felix sudah berteriak nyaring.
"hyung, kau pergi kemana? aku harus ikut denganmu!" felix melempar remote tv asal dan mengejar langkah changbin.
"aku hanya pergi ke agensi!" mata changbin memicing, tangannya menunjuk sofa yang tadi ditempati felix. "duduk!"
"sebagai manajer yang baik, aku harus selalu ada untukmu." felix berdeham sok wibawa. "paling tidak, aku harus mengantarmu kemanapun kau pergi, atau menemanimu makan, atau-"
changbin baru ingat kalau felix itu manajernya. bukan anak keterbelakangan mental yang tersesat di apartemennya.
"kau bisa menyetir mobil?"
felix mengangguk antusias, menunjukkan surat ijin mengemudi di balik dompetnya dengan gaya cepat layaknya agen rahasia. "jadi, aku yang mengantar hyung?"
changbin ragu. "tidak. tidak, tidak, tidak. tidak ada yang boleh menyentuh kemudi chevrolet kesayanganku sampai mati," putusnya final.
"baiklah, tapi tunggulah sebentar! sedang seru!" mata felix kembali fokus ke layar televisi yang menayangkan berita mengenai peristiwa penembakan di busan.
KAMU SEDANG MEMBACA
19 [SKZ ; ChangLix]
FanfictionCerita tentang Changbin, seorang artis pendatang baru yang tiba-tiba diterjang isu buruk mengenai masa lalunya, dan Felix, manajer barunya yang sangat menyebalkan. warn : bxb, lowercase, harsh contents such as blood scene, bullying, etc ps : note th...