Brooklyn

14 4 0
                                    

"Brooklyn!!"
Baru saja aku membuka pintu apartemenku, seseorang berteriak memanggil namaku dengan suara yang keras dan memekakan telinga. Spontan ku tutup telingaku dengan kedua tangan. Siapa lagi yang bisa masuk ke apartemenku seenaknya selain James, adik laki lakiku yang berumur lima tahun lebih muda dariku. Dia sedang duduk disana, di sofa abu abu ruang tengah apartemenku dengan beberapa camilan dan minuman ringan diatas meja.

"Sedang apa kau disini, James?" tanyaku dengan nada datar karena merasa sedikit kurang nyaman dengan kehadiran adik laki lakiku disini.

"Mengunjungi saudaraku satu satunya" dia menjawab sambil tersenyum simpul dan duduk menyilangkan kakinya

Aku meliriknya malas kemudian berjalan menuju ke kamar tanpa menghiraukannya.

"Ayolah brooklyn, kita sudah lama tidak bertemu. Kau tak pernah mau pulang ke rumah" Dia mengikuti langkahku.

Aku berhenti berjalan tanpa aba aba, mengakibatkan dia menabrak punggungku secara tidak sengaja.

Aku berbalik kearahnya "Jangan menggangguku, atau Sebaiknya kau segera kembali ke rumah, James"

"Brookl-..."
Belum sempat dia meneruskan kata katanya, aku sudah masuk ke kamarku dan menutup pintu dengan keras dihadapannya.
+++
Ditengah malam seorang wanita muda sedang berlari dengan anak laki lakinya yang berumur 8 tahun, mereka dikejar beberapa orang berpakaian hitam dengan membawa pistol.
Beberapa kali anak itu terjatuh, wanita itu pun menolong anaknya untuk berdiri dan kembali berlari.

"Dor! Dor!.."  Beberapa tembakan dincarkan dan menembus punggung wanita itu, darah segar mengalir dari luka tembakan pada punggungnya ia tumbang dengan berlutut dan meringis kesakitan. Tubuh anak laki laki yang bersamanya bergetar ketakutan dan menangis melihat ibunya terkena tembakan, ia berusaha menolong ibunya untuk berdiri tetapi tubuh wanita itu sudah terasa sangat lemah dan darah dipunggungnya mengalir semakin deras.

Wanita itu memegang pipi anaknya dengan kedua tangan "B brooklyn tetaplah berlari, pergi dari sini, jangan sampai kau tertangkap, mama akan menghalangi mereka" ia berbicara sambil meringis karena menahan rasa sakit yang menjalari punggungnya.

"Mama.. " ucap anak laki laki itu sambil mengusap air mata yang terjatuh di pipinya

wajah wanita itu terlihat sangat sedih karena ia menyadari setelah semua ini ia tak akan melihat anak laki laki satu satunya lagi, ia berusaha menahan air mata yang akan meluncur dari kedua pelupuk matanya karena tak ingin membuat anaknya semakin sedih dan menangis.

Wanita itu menengok ke belakang dan mendapati orang orang yang mengejar mereka semakin mendekat. Dipeluknya anak itu sebentar lalu ia mengambil sebatang ranting kayu yang tergeletak kemudian berusaha berdiri.

Orang orang jahat itu semakin dekat, hanya tinggal beberapa langkah dibelakang mereka.
"Brooklyn, Lari!! " perintah wanita itu sedikit berteriak pada anak laki lakinya.

Anak itu berlari dengan sangat kencang menuju ke hutan agar orang orang jahat itu tidak dapat menemukannya.

Sang ibu menghadapi tiga orang pria berbaju hitam dan berusaha memukulkan batang kayu yang dipegangnya pada mereka, Ia sadar bahwa ia tak akan bisa menang melawan orang orang jahat itu. ia hanya ingin menghambat mereka agar anaknya bisa berlari lebih jauh.

"dor!.. " bunyi tembakan kembali terdengar dengan nyaring, anak laki laki itu berhenti berlari dan menengok ke belakang. Ia melihat ibunya sudah tergeletak tak bernyawa dengan darah yang melumuri dadanya. Peluru itu berhasil menembus jantung wanita itu. Air mata anak itu terus bercucuran, ia kembali berlari sekuat tenaga.
Orang orang itu tanpa lelah mengejarnya hingga kedalam hutan, beberapa kali tembakan dilancarkan oleh mereka tetapi hanya berhasil menggores lengan anak itu, ia terus berlari dengan nafas terengah engah,kakinya mulai terasa sakit.

Ia berhenti, dihadapannya terdapat jurang yang sangat dalam sehingga tidak dapat berlari lagi. Orang orang itu mendekat secara perlahan dan mengarahkan pistol mereka secara bersamaan pada anak laki laki yang sudah tak berdaya itu. Anak itu ketakutan, ia terus mundur sedikit demi sedikit sehingga tak sengaja kakinya terperosok dan terjatuh ke dalam jurang dibarengi oleh banyak suara tembakan yang sangat memekakan telinga.

"Tidaaak!! " Brooklyn terperanjat bangun dari tidurnya dengan nafas yang terengah engah, ia melirik ke arah jam digital yang berada diatas nakas samping tempat tidurnya, pukul 02.30 pagi. Ia duduk dan bersandar pada kepala tempat tidur. Nafasnya masih terengah engah, diusapnya wajah dan rambutnya yang sedikit basah karena keringat.
Ia memejamkan mata selama beberapa detik lalu menarik nafas dalam dalam, berusaha untuk menenangkan diri. Setelah beberapa saat, ia bangkit dari kasurnya dan berjalan menuju ke dapur.

Apartemen itu sepi dengan lampu yang sudah dimatikan, James sudah pergi beberapa jam yang lalu.

Brooklyn menyalakan lampu dapur dan membuka lemari es untuk mengambil air mineral dingin lalu meminumnya. Ia merasa haus setelah mengalami mimpi buruk yang beberapa minggu ini kembali mengganggu tidur malamnya.
Ia menghembuskan nafas dengan kasar lalu mengacak rambutnya dengan tangan. Pikirannya sangat kacau sehingga membuatnya sakit kepala.

Ia melipat tangan diatas meja lalu menenggelamkan wajahnya diantara lipatan itu.

"Jangan lupakan janjimu, aku mau kau tetap hidup"

"kamu tahu? kamu itu berharga, jadi jangan pernah lakukan hal ini"

Tiba tiba kalimat kalimat itu kembali terngiang ditelinga Brooklyn.
Ia terbayang wajah gadis yang menolongnya, ketika gadis itu tersenyum dan mengatakan bahwa dia ingin brooklyn tetap hidup.

Malikat, gadis itu bagaikan malaikat bagi Brooklyn, ia datang menolong disaat Brooklyn berada pada titik terendahnya.
Mengingat itu semua membuat pikiran kacaunya menjadi jauh lebih tenang.
***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

London and BrooklynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang