Prolog

36 4 3
                                    

Aida berjalan dikelilingi teman-temannya. Padahal ia baru berumur sepuluh tahun tapi kecantikannya terpancar sempurna, baik, ramah, pintar, belum lagi ayahnya yang merupakan salah satu donator berpengaruh disekolah. Dibandingkan anak lain dia memang mencolok, sehingga banyak guru-guru yang selalu meminta bantuannya, sebagai salah satu cara mencari muka agar naik jabatan.

"Havika kemari," Salah satu guru memanggilnya lagi.

Aida pamit dari temannya. Padahal baru beberapa waktu lalu ia bergabung dengan teman-temannya.

"Iya Bu?," Tanya Aida sambil mengerjabkan matanya. Ingin memberikan kesan imut.

"Kamu bawa ini ke ruang guru, kasih sama Bu Novi, sama bilang kalo ibu gak bisa terima tawarannya," Guru itu menatapnya ramah, sambil tersenyum. Ia sangat gemas dengan anak ini.

"Oke Bu,"

Kebanyakan orang memanggilnya Havika, dan memang hanya orang-orang terdekatnya yang memanggilnya Aida. Nama panggilan spesial dari ayahnya.

Aida pun beranjak dari sana. Kakinya terhenti didekat koridor loker, melihat sekumpulan cowok yang memasukkan kertas-kertas berwarna pink yang berbau parfum tidak sedap baginya. Aida hanya menatap datar mereka. Lalu berlalu dari sana.

Lewat belakang aja deh

***

Gyurr

Di belakang sekolah, seorang anak laki-laki terduduk dengan keadaan basah kuyup, dikelilingi tiga anak laki-laki lain yang berdiri. Salah satu dari mereka menginjak kacamata yang terjatuh.

Krek...

Kacamataku...

Anak laki-laki yang terduduk itu memalingkan pandangannya ke samping. Enggan menatap tiga mahluk dihadapkannya. Hanya karena ayah mereka donatur disekolah ini, mereka sering berlaku seenaknya.

Dasar orang-orang kaya.

Dengan penglihatan rabun ia melihat seseorang yang sedang mengintip.

"Woy! Lihat gua." Salah satu dari mereka mencengkram rahang anak laki-laki basah itu, memaksa menatapnya."Jangan sok banget jadi orang, lo itu cuma anak culun kutu buku. Gak usah belagu, Havika mana mau sama lo. Ambil barang yang lu masukkin di loker Havika. Dan ingat jangan sampai dia tahu!!," Anak laki-laki itu menghempaskan kepala yang ia cengkram dengan kuat sampai membentur dinding yang ada dibelakang. Mereka langsung pergi.

Rasa pening menghampirinya, semuanya terasa berputar, kemudian gelap.

***

Di UKS, seorang anak laki-laki terbaring lemah. Perlahan-lahan matanya terbuka, mengerjab lemah.

"Udah baikan?"Seorang wanita berjas putih. Berjalan mendekati cowok itu lalu mengecek suhu tubuhnya. Anak laki-laki itu hanya diam.

"Saya sudah menghubungi walimu, kamu akan dipulangkan untuk hari ini ," Kata wanita itu yang merupakan dokter sekolah.

Mendengar itu anak itu pun tersenyum sopan.

"Ibu keluar dulu ya, ada urusan," Ujar dokter sekolah, sambil berjalan keluar UKS.

"Huh, menyusahkan. Padahal cuma pingsan nanti juga bangun sendiri gak usah diperiksa, kalua bukan karena tadi ada Havika, aku gak bakalan mau," Bisik dokter sekolah itu.

Kriet...

Pintu UKS terbuka, seorang wanita tampak berjalan mendekatinya lalu memeluknya. Ia tidak bisa melihatnya dengan jelas.

"Jontar, kamu gak papa sayang?" Kata wanita itu.

"Mahh, jangan manggil aku kayak gituuu" Rengek anak laki-laki itu.

Padahal ia baru saja siuman dari pingsan, tapi mamanya bukan mengecek badannya dulu, malah memanggilnya dengan panggilan yang paling ia benci. Untung enggak ada orang lain disini.

"Oh, baik-baik aja rupanya," Kata wanita itu. Ia tersenyum prihatin, anaknya masih bisa mengoceh. Padahal ia baru saja jadi korban bullying

"Ayo pulang, mama udah izinin kamu. kita pesan makanan kesukaan kamu ya?" Kata wanita itu lembut.

"Umm enggak." Anak itu menggeleng didalam pelukan mamanya."Aku mau masakan mama aja, hehe" Kata anak itu Menyengir menunjukkan giginya.

"Yaudah, yuk!" Wanita itupun menuntun tangan anak kesayangannya itu.

***

Vote dan komen ya 😆

Love Senior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang