Jaedo - Taedo/Yongyoung - Yudo
Semilir angin malam menyapa helai lembut kedua pemuda yang sedang berdiri di balkon kamar. Menghiraukan dingin yang mulai merasuk kulit menembus sampai ke tulang. Tak ada percakapan sejak keduanya berdiri disana.
Manik hitam mereka menatap deretan gedung tinggi dan pemukiman serta jalan ramai yang terhiasi lampu warna warni.
Mereka masih terdiam. Sejak Jaehyun mengatakan ingin berbicara, Doyoung dengan wajah letihnya mengizinkan sang kekasih masuk ke kamarnya dan Mark. Beruntung Mark sudah tertidur, jadi mereka tak perlu mencari alasan untuk mengusir Mark dari sana.
Doyoung menuntun langkah ke balkon. Selain tak ingin mengganggu Mark dengan percakapan mereka, Doyoung lebih tak ingin Jaehyun melihat tatapan hancur -lelah dan kecewa- saat mereka bicara di tempat terang nanti.
Balkon ini gelap remang-remang. Mengandalkan terpaan cahaya lampu dan bintang untuk menerangi sudut kecil terluar kamar itu.
"Doyoungie... Maafkan aku." Doyoung masih terdiam. Tatapannya tak goyah dari kemerlip lampu dibawah sana.
"Aku... Mungkin tak pantas lagi menerima maafmu. Aku sadar... Aku telah jauh melukaimu." Jaehyun menoleh, menatap wajah rupawan itu dari samping. Siluet terindah yang selalu membuat perutnya menjadi landasan terbang kupu-kupu asmara.
"Tak ada yang perlu dimaafkan. Kau tak salah." Doyoung menghela nafas, "Sejak awal... Memang hubungan ini tak seharusnya ada. Aku terlalu egois hingga memaksamu menjalin hubungan tak sehat ini." Jaehyun menatap was-was pemuda Kim itu. Dari kalimatnya, tentu Jaehyun bisa membaca apa maksud dari perkataan sang kekasih.
Pemuda Jung itu menggeleng lemah. Tidak, dia tak akan mau kehilangan Doyoungnya. Dia tak mau jauh dari Doyoungnya. Tidak selamanya.
"Tidak. Kau salah. Hubungan ini-"
"Kita akhiri saja, Jae. Aku sudah lelah berjuang sendiri. Benar kata Taeyong hyung, aku harus bahagia, meski itu tanpamu."
Shit!
Dia lagi!
"Sayang...." Jaehyun mencengkram kedua bahu sang kekasih. "Aku mencintaimu. Percayalah. Aku benar-benar -" Doyoung menggeleng.
"Kau tak mengerti. Kau mudah mengatakannya. Tapi sejauh ini, bukan cinta yang kau rasakan padaku. Kau hanya nyaman saat aku berada disampingmu." Tidak! Jaehyun tak mau hubungan mereka berakhir. Tidak akan pernah.
Pemuda Jung itu lantas menarik sang kekasih dalam pelukannya. Membisikkan kalimat cinta dan maaf. "Setidaknya, beri aku kesempatan sekali lagi. Aku akan membuktikan kalau aku tak pernah mempermainkan hubungan ini. Aku benar-benar mencintaimu, Kim Doyoung."
Doyoung terisak dalam dekapan Jaehyun. Air mata si kelinci Kim kesayangan beruang Jung itu sudah membasahi kaos bagian dadanya.
"Aku janji tak akan membuat jarak diantara kita lagi. Aku akan lebih memperhatikanmu dan selalu ada disampingmu."
Doyoung terus terisak tanpa menanggapi ucapan sang kekasih. Apakah ini artinya, dia harus mengalah dan menggenggam setianya lagi? Bertahan dengab hubungan transparan ini lagi bersama Jung Jaehyun.
Terkadang, Doyoung iri dengan hubungan Johnny dengan Taeil yang meski terkesan biasa, tapi Johnny begitu memperhatikan Taeil. Atau tipe hubungan seperti Mark dan Haechan atau Jeno dan Jaemin. Mereka bisa dengan leluasa melakukan skinship, pernyataan cinta dan perhatian tanpa takut kamera. Bahkan... Doyoung sering membaca -di SNS- dan melihat begitu banyaknya pendukung Markhyuck/Markchan dan Nomin/Jenjaem. Sementara hubungannya dengan Jaehyun?
Doyoung tak buta. Lebih banyak fans yang menyukai interaksi Jaehyun bersama Taeyong daripada dengannya. Apalagi memang kelihatannya Jaehyun memang lebih nyaman menebar skinship dengan Taeyong daripada dengannya yang noteben.nya adalah kekasih pemuda Jung itu.
Huft. Doyoung mulai lelah. Dia hanya butuh sebuah kepastian. Bukan hubungan dibatas ambang seperti ini.
"Doyoung-ahhh...." Doyoung berjengkit saat mendengar suara aneh dan pelukan dari belakang. Acara memasak ramyeonnya jadi terganggu.
"Hyung! Lepas!" Yuta tertawa kencang melepas pelukannya dari si manis.
"Kau masak apa?" Doyoung malah melirik sinis pada pemuda Jepang itu. "Oh ramyeon! Aku sekalian, my bunny." Doyoung berteriak protes mendengar perkataan Yuta. Pemuda Jepang itu malah tertawa kencang lagi.
Dasar kebiasaan. Dibalik wajah rupawan itu tersimpan kelicikan terpendam. Doyoung jadi kasihan pada Winwin yang menjadi kekasih di pemuda Jepang ini. Apalagi pada fans Yuta yang pasti tertipu dengan wajah tampan dan healing smile si pemuda. Mereka harus melihat siapa Nakamoto Yuta sebenarnya agar mereka sadar siapa yang mereka idolakan.
"Kau kan bisa masak ramyeon sendiri. Bukankah ramyeon masakanmu lebih enak?" Yuta terkekeh.
"Buatkan saja. Jangan banyak protes!" Doyoung mengerucutkan bibirnya kesal. Enak saja dia diperintah-perintah seperti ini. Tidak Yuta atau Taeyong, keduanya suka sekali menyuruhnya memasakkan mereka.
"Kau masak apa, Dottoki?" Doyoung berjengkit lagi. Huft bisa jantungan dia pagi-pagi gegara dua oknum ini.
"Wah... Aku juga sekalian buatkan. Terimakasih, uri ttoki. Muach." Doyoung membola saat merasakan kecupan dipipinya. Dekapan Taeyong juga terlepas setelah pemuda Lee itu menciumnya.
Sementara di depan dapur, Jaehyun mengerang marah. Kedua hyungnya ini seenak jidatnya memeluk sang kekasih. Bahkan Lee Taeyong berani sekali mencium pipi Doyoungnya. Ini tak bisa dibiarkan.
"Ehem!"
Kedua pemuda kelahiran 95 itu menoleh, menatap tanpa dosa pada si Jung. Malah, Jaehyun diajak bergabung sarapan ramyeon buatan Doyoungnya dengan nada menggoda.
Apa-apaan ini!
Dasar! Jaehyun harus memisahkan dua pemuda ini dari Doyoungnya!
Doyoung berbalik, panci tanggung berisi ramyeon di letakkan di tengah meja.
"Oh Jaehyun. Kau mau ikut makan dengan kami?"
Jaehyun mendengus. Kelincinya kenapa polos sekali. Padahal sudah sering dia polosi, tapi kepolosannya tak luntur juga.
END dengan tidak elitnya.
Ini nggak jelas banget!! Mana aneh lagi.
Apa efek dari Youngie yang terlalu maksa nulis???Park Youngie. Kediri. 13 Mei 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Jaedo
FanficKumpulan Oneshoot Jaedo. Ada juga repost dari oneshoot spesial Jaehyunisme di akun @piceboo. Rate random. jangan kaget jika ada rate M nantinya.