1

349 36 2
                                    

Happy Reading

Suasana kota Seoul Korea ramai dan cukup hangat karena memasuki musim gugur dimana daun kuning yang berguguran tapi terlihat sangat indah, mungkin beberapa orang juga menyebut jika musim ini musim romantis yang bisa digunakan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga atau pasangan mereka masing-masing.

Tapi beda halnya dengan gadis tidak wanita lebih tepat wanita karena usianya sudah menginjak 35 tahun, wanita bermarga Kim tersebut bugulat dengan setumpuk berkas yang tidak ada habisnya.

"Punggungku benar-benar ingin patah" gumamnya sesekali merenggangkan kedua tangannya dan memijat punggungnya yang cukup kaku karena duduk terlalu lama.

"Aku bahkan ingin menangis, kenapa oppa bisa tahan dengan pekerjaan seperti ini" gumamnya lagi, ia mengambil satu map dan membaca deretan kata dikertas putih tersebut.

Cklek

"Sayang..," wanita bermarga Kim tersebut menoleh pada pria yang baru saja menjubulkan kepalanya.

"Ada apa?" Tanya wanita itu yang tak lain adalah tokoh utama cerita ini -Kim So Eun- wanita yang sudah menikah dan memiliki satu putra.

"Ayo makan, So Bum tidak mau makan jika kau belum ada disana..," jawab pria itu yang sudah memasuki ruang kerja So Eun.

So Eun menghela nafas berat, ia menutup map tadi, dan mendekati suaminya yaitu Kim Sang Bum.

Grep

"Aku butuh pelukanmu" gumam So Eun, ia memeluk Kim Bum cukup erat. Kim Bum pun membalasnya dengan pelukan erat dan sedikit kecupan di kening So Eun.

"Maaf..,"

"Jangan dibahas lagi. Ayo makan, aku yakin oppa juga sudah lapar, Kajja" ajak So Eun dan menggandeng Kim Bum untuk keluar dari ruang kerjanya.

Kim Bum tersenyum sekilas, ia yakin istrinya itu sangat lelah dan dia menambah beban yang seharusnya ia pikul.

So Eun membatu Kim Bum duduk, dan ia duduk ditempat biasa, "hai sayang, bagaimana harimu?" Tanya So Eun pada sang putra yang berusia 15 tahun.

"Buruk" jawab So Bum, ia menatap ibu dan ayahnya yang menunjukan ekspresi yang berbeda, ayah yang tersenyum miris sedang ibunya tersenyum manis.

"Jangan bercanda" balas So Eun, ia mulai mengambil nasi beserta lauk Pauk untuk suami dan anak semata wayangnya.

So Bum menghela nafas panjang, ibunya selalu menutup-nutupi agar ayahnya tidak merasa bersalah. So Bum benci ini.

"Kenapa ibu selalu mengatakan aku bercanda! Itu kenyataan Bu!" Bentak So Bum kesal, bahkan So Eun sudah menatap So Bum dengan mendelik tajam agar putranya itu diam tanpa banyak mengeluh atau bahkan mengeluarkan ucapan yang tidak pantas didengar.

"So Bum jangan membentak ibu" ujar Kim Bum, ia menatap buah hatinya senduh.

"Ini semua karena ayah!" Balas So Bum dan berlalu pergi dari ruang makan menuju kamarnya yang berada dilantai atas.

"Dia pergi?" Tanya Kim Bum, So Eun meletakan piring yang ia genggam dan ia langsung menghambur kepelukan Kim Bum.

"Hiks... maaf, aku akan berusaha membuatnya paham hiks..."

Kim Bum tersenyum, ia melepas pelukan So Eun, dan menangkup wajah cantik So Eun yang selalu ia rindukan, "bukan salahmu sayang, seharusnya aku yang meminta maaf. Aku benar-benar suami yang tidak berguna. Maafkan aku"

So Eun menggelengkan kepalanya cepat, "berhenti mengatakan itu oppa hiks.. kau tidak salah sama sekali. Aku bangga memiliki suami yang bertanggung jawab sepertimu" jawab So Eun, ia kembali memeluk tubuh tegap Kim Bum.

Our eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang