Chapter 1 | Hari Pertama

1.1K 192 33
                                    

"Seorang yang kau cari terkadang tidak perlu kau temukan. Ia akan datang padamu pada saatnya."

🌼

Malam itu tidak ada satu kebisinganpun yang dapat mengusiknya kecuali angin yang terasa usil menggelitiki leher belakang dan menyusup kedalam sela-sela hoodie hitam tebal yang membalut tubuh seorang remaja laki-laki berambut pirang itu.

Seperti biasanya, setiap lewat tengah malam pemuda dengan mata tajam itu selalu merasa kelaparan. Lapar adalah musuh bebuyutannya, segalanya akan berantakan jika ia tidak dengan segera membunuh hasrat sistem pencernaannya itu. Ia berdecak sebal, menunggu lift yang tidak kunjung turun. Adrenalinnya mulai mengumpat dalam pikirannya.

Memangnya ada apa sih di lantai atas, hey ini dini hari! Memangnya siapa yang menggunakan lift jam segini. Lagi pula ini sudah lima menit lebih aku berdiri di sini. Aneh, padahal hanya selisih satu lantai. Batinnya.

Sekarang, Ia memalingkan pandangan ke arah lorong apartemen di sebelah kanannya. Kosong. Hanya ada lorong yang tak kelihatan ujungnya. Ia sedikit begidik, alisnya terangkat sebelah. Nalarnya mulai terdistorsi oleh perasaan aneh yang timbul karena atmosfir lantai 13 yang tiba-tiba terasa mencekam itu.

Tenanglah, Beomgyu. Ini hanya karena kamu terlalu lapar. Dan lorong ini tidak estetik -lebih tepatnya interior lorong ini terlalu Pop Culture untuk seleraku yang lebih klasik- Hanya itu. Hantu? Yang benar saja. Bahkan dalam kamus Metafisika, zat yang dinamakan hantu terlalu tidak masuk akal. Memangnya unsur mana yang bisa membentuk makhluk hidup tak terlihat, tak ada satupun dalam tabel periodik! Ok aku mulai gila. Ujarnya dalam hati sembari menghembuskan napas lalu tersenyum canggung.

Terdengar suara pintu berderit terbuka. Itu dari apartemen 113. Ia menyadari itu tepat di belakangnya. Sepanjang yang ia ketahui, tidak pernah terlihat satu detikpun pintu itu bergerak selama ia tinggal beberapa tahun di apartemen ini. Malam itu sungguh terasa ganjil.

Waktu terasa berhenti. Keringat dingin tanpa ia sadari sudah membasahi telapak tangannya. Ia bersikeras tak mengindahkan suara pintu terbuka itu. Dan mencoba memfokuskan diri pada pintu lift yang masih tertutup rapat seolah mengunci dalam situasi yang aneh yang tidak pernah ia alami selama 17 tahun ia hidup.

Beberapa detik kemudian terdengar suara benda yang bertubrukan. Pintu apartemen 113 itu ternyata terbentur dinding dibelakangnya ringan. Sekarang pintu berwarna abu-abu gelap itu terbuka total.

"Jesus". Ujar Beomgyu reflek. Ia terpaksa menoleh ke kamar 113, rasa penasaran menggerogotinya. Bulu disekitar pundaknya begidik. Seketika pupil matanya melebar. Otak dalam kepalanya tak bisa mencernah dengan baik kondisi seperti apa sebenarnya ini.

Tampak sosok gadis berambut hitam legam dengan pakaian serba putih berdiri terdiam di ambang pintu itu. Poni nya yang panjang menutupi sebagian wajahnya sehingga membuatnya tampak sangat mistis. Beomgyu merasa arteri oksipitalisnya berdenyut sangat kencang. Membuat tengkuknya berat. Dadanya terasa akan meledak.

Tidak mungkin. Ini pasti halusinasi. Astaga, mana mungkin hantu itu nyata. Gerutunya dalam hati.

Perempuan itu kini mengambil langkah ke arah pemuda berkulit pucat itu. Beomgyu tiba-tiba terhuyung, masih dalam proses mencernah fenomena empiris di depan matanya sendiri itu. Semakin dekat perempuan itu, semakin membuatnya gemetaran. Astaga, ia tidak pernah merasa setakut ini. Sekarang ia terduduk bersandar dinding dekat pintu lift yang masih tertutup rapat itu. Baginya ini bahkan lebih menyeramkan ketimbang Judith beheading Holofernes lukisan karya Caravaggio

"Sesungguhnya aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak uular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu!" Beomgyu meneriakkan injil Lukas 10:19 dengan gelagapan. Sebagai seorang yang masa kecilnya menghabiskan hari-harinya di gereja, setiap mengalami sesuatu ia reflek akan mengucapkan ayat-ayat bible.

Hatred RemedyWhere stories live. Discover now