chapter 1

12 3 3
                                    

  suara ketukan pintu membuat milly mengerutkan kening. siapa yang mengganggu paginya yang tenang?

   milly segera menyelesaikan acara sarapan seadanya dan menyandang tas sekolahnya. milly berjalan membuka pintu.

   "nona, ini dari tuan besar"milly terdiam sebentar menatap amplop yang dipegang seorang lelaki yang selalu datang ke apartemennya setiap bulan.

   "ada titipan lain pak?"tanya milly canggung setelah menerima amplop tersebut.

   "nyonya juga berpesan agar tidak berbuat masalah nona"lelaki tadi menundukkan kepalanya, bersikap hormat. Milly mengangguk.

   "baiklah, sampaikan trimakasih pada mereka"ucap milly masih canggung. setelah lelaki tadi menghilang dari pemandangannya milly masuk kedalam rumahnya.

   milly membuka amplop tersebut, kemudian menghitung jumlah uang didalamnya. jumlahnya selalu sama. Lima juta setiap bulan. termasuk untuk uang sekolah dan jaga-jaga jika terjadi sesuatu.

  setelah mengambil beberapa dan  menyimpan sisanya dikamar, milly mengunci pintu kamarnya dan pintu apartemennya lalu berangkat menuju sekolah.

   itulah kehidupannya. milly tidak pernah ingat bagaimana masa kecilnya. milly bahkan tidak pernah berjumpa dengan orang tuanya.

  satu-satunya hal yang milly tau adalah orang tuanya selalu menyuruh lelaki tadi untuk mendatanginya setiap bulan dan memberikan uang bulanan. utungnya, milly tidak suka membuang uang. sehingga dia bisa menyimpan uangnya mencapai satu juta perbulannya.

  milly juga tau, orang tuanya selalu menyuruh pelayan datang ke apartemennya untuk membersihkan rumah dan menyiapkan makanan sehari. pelayan itu akan datang setelah milly pergi dan pulang sebelum milly menginjakkan kakinya di apartemen miliknya.

awalnya milly tidak tau, tapi setelah sebuah surat ada disamping tudung saji yang didalamnya sudah ada makanan yang sudah tersaji, milly akhirnya mengerti dan membuat surat yang sama agar pelayan atau siapapun itu tidak memasuki kamarnya.

   Dari dulu, milly selalu merasa diawasi. satu-satunya tempat yang dirasa aman untuknya hanya kamarnya. maka dari itu, milly tidak pernah ingin kamarnya dimasuki siapapun.

  Milly mengakhiri lamunannya saat bis yang akan membawanya kesekolah sudah tiba. milly segera naik dan mengambil tempat yang paling sepi. milly canggung duduk berdempetan dengan orang lain.

   perjalanan ke sekolahnya milly habiskan dengan menatap jalan raya melalui jendela bis tersebut. sesekali milly menunduk saat merasa ada orang yang menatapnya.

  Tak sampai lima belas menit, milly sudah turun dari bis tersebut dan berjalan masuk kesekolahnya.

  suasana pagi itu sangat cocok untuk milly. sepi. milly segera berjalan menuju kelasnya.

  kelasnya pun sama. hanya satu dua orang yang sudah datang. milly menundukkan kepalanya dan berjalan menuju tempat duduknya yang ada diujung.
 

  sesekali milly membenarkan letak kacamatanya. posisi tempat duduknya yang berada diujung dan disamping jendela membuatnya dengan mudah bisa melihat lapangan sekolah dari lantai dua.

  Milly suka menatap sekitar, tapi milly tidak suka ditatap oleh sekitarnya. yahh.. milly memang aneh.

  brakk..

  milly terperanjat saat ada orang yang menggebrak mejanya. lebih kaget lagi saat mejanya sudah dikeliling tiga perempuan yang memandang sinis dirinya. milly menunduk.

  pandangan menghakimi dan meremehkan terpancar jelas dari tiga perempuan tersebut.

   "huft.. hari ini gue lagi males gangguin lo"milly sedikit bernafas lega mendengar si ketua geng-alana- berkata seperti itu.

   "tapi lo harus ngerjain tugas kita!"temannya -friska- membanting buku fisika mereka bertiga diatas mejanya. milly menghela nafas. selalu seperti itu. temannya yang lain pun, memilih tak peduli. dari pada mereka yang dijadikan sasaran bully alana. lebih baik mereka diam. egois sekali.

   "hari ini, pak sandi masuk jam kelima. sebelum istirahat. tugas ini harus udah selesai. awas lo!" ucap teman alana yang lain, diana.

milly hanya bisa menunduk sambil menganggukkan kepalanya. setelah mereka pergi. milly segera membuka buku latihan mereka dan mulai mengerjakan tugas tersebut.

   tentu saja, milly pintar. hanya saja, dia terlalu takut mengajukan pendapat ataupun melakukan presentasi sehingga dia tidak pernah meraih peringkat pertama dikelasnya.

  Tapi nilai tertulisnya tidak pernah mengecewakan. hal itu termasuk salah satu nilai plus darinya.

   milly dengan cepat membaca soal tersebut dan menjawabnya. hanya itu caranya agar bebas dari bully-an alana dan teman-temannya. jika mereka ada tugas, alana akan menyerahkan tugasnya kepada milly. imbalannya? milly bebas hari itu. alana tidak akan menganggunya seharian dan milly bisa bernafas lega.
.
.
.
  Waktu istirahat, disaat semua orang sudah pergi ke kantin dan kelasnya kosong. milly meletakkan tugas mereka dimeja mereka masing-masing, lalu kembali ke mejanya. milly menghela nafasnya.

   Tidak ingin menyia-nyiakan waktu, milly segera menuju perpustakaan. Rasa-rasanya milly rindu kebiasaannya berlama-lama menatap pujaan hatinya. bagas daniswara. mengingat namanya saja sudah membuat milly merona.
.
.
.
  Disinilah milly sekarang, sedang mengunyah roti yang dibawanya dari rumah sambil menatap lelaki yang berjarak 500 meter darinya.

  Bagas tidak berubah. masih dingin. dengan earphone ditelinganya, bagas asyik membaca buku yang selalu menjadi favoritnya. Anatomi tumbuh-tumbuhan.

  tentu saja milly tau buku yang bagas baca. kan dia selalu mengamati pemuda itu.

   apa dia berencana menjadi pakar tumbuh-tumbuhan? Milly berpikir kembali melihat bagas yang nampaknya sangat nyaman dengan kesendiriannya itu.

   Bagas daniswara, XI-IPA2. berbeda dengan milly yang XI-IPA1. Bagas termasuk populer di sekolahnya. wajahnya yang putih dengan hidung mancung dan bibir menawannya itu selalu menjadi perbincangan kaum hawa sekolah itu. mulai dari senior hingga junior pun mengaguminya dan menatapnya dengan pandangan memuja.

  Bagas itu tidak tersentuh. sifat dingin dan ketusnya justru menjadi daya tarik tersendiri dan membuat banyak perempuan merasa tertantang untuk membuatnya bertekuk lutut.

  tapi hingga sekarang, belum ada satu orangpun yang bisa membuatnya bertekuk lutut. salahkan saja wajah tampannya. milly saja tidak bisa berkata apapun.

  milly kembali asyik mengamati bagas sambil sesekali membaca atau menguyah rotinya.
.
.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

03:00 AMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang