Chapter Eighteen

94 13 3
                                    

Semenjak keluar dari restoran Jihoon diem ajah, ngga ngomong sedikit pun. Kalo Jinyoung ngajak ngomong dia ngga jawab sama sekali, tapi Jinyoung memaklumi nya karena ini juga salah dia.

Sampai didepan rumah pun sama, Jihoon sama sekali ngga membuka mulutnya untuk ngomong satu kata pun.

"Dek-"

"Jelasin" Ucap Jihoon memotong ucapan Jinyoung dan nada bicara Jihoon terdengar dingin.

"Kakak minta maaf, tadi itu refleks keluar dari mulut kakak sendiri. Kakak juga ngga tau kenapa bisa bilang kaya gitu ke nenek." Jinyoung mulai menjelaskan dengan jujur.

"Ya tapi kan ngga usah ngaku-ngaku jadi pacar Jihoon juga!" Ketusnya.

"Ya nama nya juga refleks, maaf."

"Itu juga sama ajah kakak udah ngebohongin nenek sendiri!" Jihoon masih ngambek.

Jinyoung ngga ngehirauin omongan Jihoon, dia malah mengeluarkan sebuah boneka yang dia sempat beli ditaman tanpa sepengetahuan Jihoon.

"Terima ini sebagai permintaan maaf kakak." Sembari menyodorkan sebuah boneka lucu berukuran sedang bewarna merah muda.

"Ngga perlu!" ini yang keluar dari mulut Jihoon.
'ih lucu banget boneka nya" - dalam hati.

"Asal kamu tau dek, ada yang bilang katanya ucapan itu adalah doa." Ujar Jinyoung.

"Terus?"

"Dan kakak berharap apa yang kakak tadi bilang ke nenek itu, suatu saat nanti akan terkabul." Bisik Jinyoung dengan suara berat nya tepat ditelinga Jihoon, dan ucapan Jinyoung itu sukses membuat Jihoon membeku sekaligus meremang.

Setelah bilang kayak gituh, Jinyoung meraih tangan Jihoon supaya Jihoon menerima boneka pemberian nya.

"Maafin kakak dan makasih buat hari ini nya, kakak seneng bisa jalan sama kamu." Sembari mengusak surai lembut Jihoon setelah itu Jinyoung pulang.

Jihoon mendengarkan ucapan Jinyoung tapi dia sadar tidak sadar.

Woojin yang melihat Jihoon berdiri didepan rumah seperti patung, langsung menghampiri sepupunya.

"Hoon." Panggil Woojin, tapi tidak digubris.

"Hoon lo kenapa?" tanya Woojin sambil menguncangkan tubuh Jihoon pelan, dan itu berhasil membuat Jihoon sadar sepenuhnya.

"Eh? kenapa Jin?" tanya Jihoon sembari mengerjapkan matanya polos.

"Kamu yang kenapa Hoon, berdiri didepan rumah seperti patung kaya gitu. Dan itu boneka dari siapa?"

Pertanyaan Woojin yang terakhir itu, membuat Jihoon refleks melihat boneka yang Woojin maksud yang sekarang sudah berada ditangan nya.

Setelah sadar,
"Ish tau ah kakak nyebelin!" Jihoon berjalan masuk sambil mengentak-hentakan kaki mungilnya dan memeluk boneka pemberian dari Jinyoung.

"Dikacangin saudara sendiri, sabar Jin." Ucap Woojin sembari mengelus-elus dada nya dan menyusul Jihoon masuk kedalam rumah.

Gratefully [Winkdeep]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang