Jakarta pukul 9 pagi sudah mampu membuatku menghela napas berat berkali-kali. Jalanan sudah macat saja, di tambah dengan suara klakson yang saling bersautan akibat pengemudi yang tidak mau sabaran menghadapi lalu lintas seperti ini. Keringat sudah mengucur saja di wajahku karena panasnya udara beserta polusi, bukan hanya aku yang harus banyak sabar, tapi juga driver ojek online yang memboncengku
Setelah beberapa menit mempertebal kesabaran, akhirnya aku sampai di stasiun Sudirman. Setelah memberi sejumlah uang, aku langsung menuju pintu masuk stasiun, menempelkan kartu bersaldoku di pintu masuk lalu menyebrang ke peron sebrang melalui lantai atas stasiun karena peron untuk kereta dengan tujuan Bogor ada di sebrang. Selanjutnya aku menunggu kereta yang akan membawaku ke kampus di tepi peron sambil terkadang mensenandungkan lagu yang baru ku dengar saat sarapan tadi
Nampak kereta di sebrang tiba, menurunkan penumpang lalu kembali melanjutkan perjalanan hingga ke stasiun akhir. Di stasiun, aku selalu berpikir dengan berbagai macam kemungkinan yang terjadi pada manusia bagaikan arah lajunya kereta ataupun setiap gerbong yang terhubung. Dua buah kereta dengan laju yang berlawanan melintas di atas rel yang berbeda, seperti beberapa manusia dengan pola pikiran dan pendapat yang berbeda mampu saling berdampingan, tapi sayangnya manusia pada zaman sekarang kebanyakan bagaikan dua buah kereta dengan laju yang berbeda namun melintasi satu rel yang sama, saling beradu hingga akhirnya hanya menyakiti satu sama lain
Kau tidak pernah tahu kan hidup akan seperti apa? Hidupmu terasa menyebalkan seperti keterlambatan jadwal kereta ataupun sebuah kesalahan yang kau ukir di masa lalu yang menimbulkan sebuah penyesalan tanpa mengingat bahwa antara masa lalu dan masa sekarang ialah sebuah keterkaitan, bagaikan dua buah gerbong yang saling terkait.
Ku mengedarkan pandanganku ke sekeliling, melihat calon penumpang lainnya yang berbagai macam, ada pasangan lanjut usia yang masih saling berpegangan, ada seorang Ibu yang menggenggam erat tangan anaknya, ataupun hanyalah mahasiswa ataupun mahasiswi sepertiku yang berdiri sendirian
Tatapanku tiba-tiba saja jatuh pada sesosok laki-laki yang berdiri tidak jauh dariku, lekaki berkemeja flanel, ia selalu membuatku penasaran dan memusatkan perhatianku padanya. Aku selalu melihatnya di sini, dia pun turun di stasiun yang sama denganku, dan lebih mengejutkannya lagi saat aku tahu bahwa kami satu kampus
Kau tahu siklus hati manusia? Berawal dari penasaran, ketertarikan, rasa suka, hingga cinta. Tapi fase terakhir itu tidak akan ada bila antara kau dan dia tidak pernah ada koneksi sama sekali, seperti obrolan atau sekedar sapaan. Itu menurutku, tapi tidak tahu dengan orang lain.
Kereta yang ku tunggu tiba, aku bersiap naik, aku menaiki gerbong wanita, karena entah kenapa aku selalu merasa aman saat menumpangi gerbong wanita, apa ada yang sama denganku?
Saat sudah di dalam gerbong, ku melihat semua tempat duduk telah penuh, membuatku berdiri sambil berpegangan pada pegangan di atas yang bergantung. Pintu kereta tertutup, lalu seperkian detik selanjutnya kereta melaju meninggalkan stasiun, dan yang ku lakukan di dalam kereta hanya memperhatikan sekeliling sambil berharap di stasiun selanjutnya tidak terlalu banyak penumpang yang naik, atau kereta akan menjadi sangat penuh
Pernah dengar problematika di dalam kereta tentang kursi prioritas? Tentang mereka yang menjadi penumpang prioritas namun tidak mendapatkan haknya. Hal itu sedang terjadi di hadapanku
Di sana, di kursi prioritas, duduk seorang perempuan muda yang sepertinya usianya tidak jauh denganku, ia duduk dengan santainya sambil sibuk dengan gadget-nya tanpa mempedulikan Ibu hamil yang berdiri di sebelahnya
Aku menghela napas lelah, lalu selanjutnya aku melangkahkan kakiku mendekat, kau bisa menebakkan apa yang akan kulakukan?
"Maaf, Mbak, tapi ini kuris prioritas, bisa tolong Mbak berikan tempat duduk ini ke Ibu ini? Dia lagi hamil" Ucapku menegur perempuan itu dengan sesopan mungkin
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Gerbong
Short StoryMungkin hidup bagaikan 2 gerbong yang terpisah ataupun terhubung, mungkin saja. Atau mungkin juga dua buah gerbong kereta dengan laju yang berlawanan Kau tidak pernah tahu ** This short story belongs to join the giveaway by Wulanfadi.