Chapter 1

21 3 1
                                    

“ mau kamu itu apa? Semua sudah kuberikan apalagi yang kamu mau?” ucap seorang wanita setengah baya dengan penuh emosi.
“ mau aku kamu ga usah ikut campur urusan aku!” ucap pria setengah baya dengan membentak wanita tersebut.
“ ya! Silahkan urus saja urusan mu itu! Dan ingat aku tidak akan ikut campur lagi!” dengan berlinang air mata wanita itu pergi ke kamarnya dengan membanting pintu hingga menimbulkan suara nyaring.

Pria setengah baya yang melihat wanitanya itu pergi begitu saja hanya menatap kekecewaan dan kesedihan yang hanya dirinya dan tuhan yang tahu. Pria yang menginjak umur 45 tahun keatas itu bingung menatap kaeadaan keluarganya itu. Harus berapa lama lagi dirinya akan bertengkar terus menerus dengan istri nya itu? Haruskah dirinya dan istrinya terus menerus ber-akting di depan anaknya seakan tidak ada masalah? Agar anaknya itu mengira kalau kami keluarga bahagia? Agar anaknya percaya bahwa kami biasa-biasa saja tanpa masalah dan pertengkaran terus menerus?

Mungkin mereka mengira seperti itu tidak dengan Clara, seorang gadis cantik manis dan pintar itu menyembunyikan kesedihannya sendiri. Clara tahu bahwa orang tuanya sering bertengkar mungkin mereka mengira Clara tidak mendengar perdebatan itu? Tidak, Clara tentu mendengarnya bahkan sering ia mendengar perdebatan itu yang menurutnya tidak penting. Clara tidak tahu harus berbuat apa? Ia hanya menangis sepanjang malam. Ingin berontak tapi ia tidak bisa, takut itulah yang Clara rasakan sekarang. Clara benci hidupnya tapi ia tidak bisa melawan takdirnya.

Clara hanya seorang gadis yang dikenal sebagai sosok polos cantik ceria seakan tidak ada masalah yang ia hadapi. Tapi kenyataan tidak seperti yang dibayangkan teman-temannya. Clara penakut,lemah,cengeng? Iya..itu benar. Masalah yang dihadapinya bukan hanya satu tapi lebih. Entah kapan masalah itu akan selesai Clara tidak tahu. Tapi Clara yakin masalah yang ia hadapi akan hilang dan digantikan dengan kebahagian.

"Tuhan sampai kapan ini semua selesai? Aku lelah dengan semua masalah yang harus kuhadapi ini. Aku tidak bisa menyelesaikannya sendiri. Aku lelah tertekan. Tapi aku yakin setelah semua ini selesai kau akan memberikam kebahagian, aku bisa lepas dari ini semua" lirih Clara dengan air mata yang terus membasahi pipinya.

Dengan lemas Clara menaiki kasur itu untuk membaringkan tubuhnya serta mengistirahatkan dirinya karena kepalanya yang terasa pusing akibat terlalu lama menangis. Ya Clara harus istirahat, setidaknya ia harus tidur memasuki alam mimpinya berharap mimpinya akan indah dan jauh dari masalah yang selalu ia hadapi.

----------------------------***--------------------------

Seorang gadis cantik yang telah bangun dari tidurnya kini menatap dirinya dari pantulan cermin yang berada di kamarnya. Menatap dengan sinis kearah dirinya itu.

"kau sangat cantik Clara. Kau baik,polos,ceria,jutek? Kurasa iya. Hmm, tapi ada kekurangan dalam dirimu itu Clara." gadis itu menatap kekecewaan pada dirinya dalam pantulan cermin tersebut.

"kau tahu? Kau itu gadis lemah Clara! Kau itu bodoh! Kau terlalu gampang memaafkan seseorang walaupun dalam dirimu merasa tersakiti. Aku bingung kenapa aku bisa ada dalam dirimu? Kau membuat jiwa ini muncul dalam dirimu."

"Aku bisa merasakan apa yang kau rasakan Clara. kesakitan,kekecewaan,tekanan ohh terlalu banyak jika aku sebutkan bukan? Tapi kau tenang saja Clara, aku memang ada dalam dirimu, aku juga mengendalikan tubuh ini tapi bukan berarti aku juga harus bersikap seperti mu Clara. Aku adalah aku. Aku tidak akan membiarkan orang-orang yang berada di sekitarmu meremehkanmu dan menambahkan beban dalam dirimu lagi. Sudah cukup! Aku Alexy tidak akan membiarkan dirimu seperti yang sudah-sudah." dengan keyakinan serta emosi yang kuat gadis itu berbicara kepada dirinya sendiri untuk melindungi-Nya.

Setelah menatap dirinya pada pantulan cermin tersebut gadis itu kini bersiap untuk pergi ke kampus. Ya gadis itu seorang mahasiswa yang pintar memiliki banyak teman. Setidaknya masih ada beberapa orang yang mensuportnya, setidaknya masih ada orang membuat masalahnya hilang sementara. itu yang membuat Alexy bangga dengan Clara mempunyai sahabat yang menyayanginya.

Gadis itu keluar dari kamarnya dengan pakaian ke kampusnya serta tidak lupa dengan tas yang dibawanya. Make up tipis dan rambut yang terurai panjang membuat dirinya terkesan cantik dan imut, oh Alexy benci jika ia dibilang imut serasa menjijikan baginya.

Clara memang gadis cantik dan imut itulah menurut para lelaki dan perempuan yang ada di kampusnya. Banyak yang mendekatinya karna sosoknya yang polos,baik,ramah walaupun rada jutek kepada lelaki. Alexy suka sikap Clara yang terkesan jutek itu seakan dingin dan tak mudah tersentuh, tapi itu cuman untuk lelaki saja. Karena dari itu banyak yang menyerah untuk mendekatinya. Alexy benci lelaki yang menganggap remeh dirinya atau Clara?

" Clara kau sudah rapi ternyata? Ayo kita sarapan terlebih dahulu, Bunda sudah menyiapkan sarapan kesukaan mu seperti biasa sayang. Ayoo kita sar..."

"tidak. Aku tidak lapar. Kau saja yang makan" ujarnya penuh ketegasan membuat wanita setengah baya itu terkejut dengan respon yang diberikan anaknya itu kepadanya. Jeslyn atau ibu dari Clara tidak menyangka anaknya akan berkata seperti itu karena biasanya Clara selalu menurut dan diam ketika diperintah, ada apa dengan anaknya itu?

"eumm sayang, lebih baik kau sarapam terlebih dahulu kau kan mempunyai magh bunda tidak ingin kau sakit nanti ketika kau dikampus karena tidak sarapan. Setidaknya minumlah susu yang sudah bunda buatkan."

"AKU BILANG AKU TIDAK MAU! APA KAU TULI?"

"CLARA! apa yang telah kau ucapkan kepada bunda mu? Dia itu Bundamu apa pantas seorang anak berperilaku seperti itu?" ucap seorang laki-laki setengah baya saat mendengar anaknya membentak istrinya seperti itu. William tidak menyangka anaknya akan bersikap seperti tidak biasanya.

"Kalian tidak perlu pura-pura peduli terhadap ku. Selesaikan saja masalah kalian itu" balas alexy lalu ia pergi begitu saja meninggalkan kedua orang tuanya itu

"Clara! Clara! Cla.."

"sudahlah mungkin clara sedang ada masalah ia pasti akan balik seperti semula. Lebih baik kau makan saja makananmu aku akan ke kamar" ucap Jeslyn Margaretta lalu meninggalkan suaminya itu. Ia tidak ingin paginya harus beradu argumen dengan suaminya itu. Sedangkan William yang melihat istrinya meninggalkannya juga hanya menatap dengan raut kesedihan. Ia ingin keluarga kecilnya seperti dulu, bahagia tidak ada masalah satupun tapi sekarang... William  Addison hanya berharap bahwa semua ini akan berlalu.

Something in My SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang