Barangkali anak berumur delapan tahun itu melupakan fakta bahwa dirinya benar-benar kehilangan arah tujuan hidup. Ayah adalah orang yang bisa di andalkan. Tidak seperti dirinya yang tidak berguna, tidak bisa membuat mama merasa bangga dengan prestasi, atau dengan nilai A yang sesekali di pamerkan teman-temannya saat pulang sekolah.
Taehyumg cilik bahkan tidak ingat persis mengapa dirinya tidak mampu meraih tangan ayahnya lagi, kenapa mama selalu marah besar jika ia menemui ayah pada tepi Danau Winterwich. Ini tidak seburuk yang di pikirkan orang-orang, pikirnya. Sosok cilik itu kembali merapal pertanyaan, terdengar menghela napas berat sesaat dan mengusap pipi tembamnya yang memerah karena suhu dingin saat berkata, "Bukankah Ayah sudah berjanji untuk menunjukan Utopia? Kenapa berbohong lagi?"
Pria itu menatap mata bulat si cilik dalam satu sekon singkat, mengusap surai anaknya sekali saat membalas dengan nada yang turun satu oktaf, "Danau Winterwich adalah Utopia milikmu, Taehyung. Jangan dengarkan mereka yang mengatakan tanah ini di kutuk. Mereka membual tentang apa pun. Jangan dengarkan mereka." []
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Feet Apart
Fanfiction"The feelings never really go away." Book 1 from Redamancy.