Gelap hampir lenyap termakan cahaya matahari yang sebentar lagi akan muncul. Siluet gunung-gunung di penuhi cahaya cahaya kecil yang terdiam dan bising suara kendaraan yang mulai sampai menyentuh gendang telinga. Pagi itu seorang laki-laki muda tengah menatap penampilan pagi yang di sajikan alam untuknya. Dia tengah menjuntaikan kakinya di atas atap, tersenyum memandangi cahaya yang akan memenuhi matanya. Udaranya pun menyegarkan untuk badan yang baru saja istirahat dari kelelahannya. Tangannya meraba mencari Smartphone berlayar pecah karena tergilas mobil saat hendak pergi ke masjid agung Ciamis. Alat itu masih bisa digunakan setidaknya untuk berkirim kabar dengan seseorang yang tengah dia tunggu jawabannya. Matanya begitu teduh dan roman wajahnya begitu cerah seperti orang yang tengah mendapatkan kepuasan walau masih belum menerima sebuah pencapaian ataupun jawaban.
Langit mulai jelas terlihat dengan warnanya yang terlukis merah lalu terpudarkan dengan warna kuning gelap yang perlahan menjadi terang. Awan-awan seperti menjiplak dinding gua. Dia melirik, tidak ada pesan yang masuk. Hanya ada notifikasi opera mini yang mengupdate berita. Padahal dia sudah gembira karena wifi asrama sudah diaktifkan lagi beberapa hari yang lalu.
Dia ambil buku percikan hikmah disamping kanannya. Buku itu memang kecil dan berisi pemaparan pendek, tapi dengannya dia merasa tengah berkomunikasi dua arah bersama seorang bijaksana yang selalu memberinya wejangan penggugah jiwa.
Halaman pertama dalam sekejap telah dibacanya. Setelah itu dia pun tersenyum dan merangkai bayangan usaha-usahanya ke depan. Keinginannya selalu bentrok dengan kewajibannya jika menimbang ada orang tua yang harus dia bahagiakan. Kalau saja sewaktu kecil dia tidak di didik agama dengan baik mungkin sekarang dia sudah menjadi kucing garong, atau setan dengan bentuk manusia karena darah keturunannya. Padahal mudah baginya meninggalkan semua itu dan mengikuti keinginannya.
Matahari telah terbit. Kini langit seperti biasa kembali. Dia menuliskan sesuatu dalam kertas lalu melipatnya untuk di masukan ke dalam saku. Waktu aktivitas telah datang, bukan lagi saatnya untuk bermalas-malasan. Dia beranjak dari tempat duduknya menuju kamar untuk bersiap berangkat ke kampus.
" Cu, Ngampus pagi?" tanya ihsan dengan handuk menyampai dibahu
"Iya, gimana mau bareng?" tanyaku sambil memasukan buku ke dalam tas
"Tunggu, mau mandi dulu bentar"
"Makanya jangan mimpi terus"
"Hehe... habis ngantuk banget abis subuh tadi" sahutnya dari WC
Syamsu memegang selebaran les private yang dia dapatkan saat berkunjung ke bapusipda bandung. Dia tertarik mengikuti les musik dan bisnis. Bagi seorang pelajar di perguruan tinggi memanglah harus banyak mencoba berbagai macam agar banyak pengalaman. Syamsu memasukan selebaran itu ke dalam tas.
"Cu, Bentar mau pake baju dulu" tiba tiba ihsan muncul sambil menggosok rambutnya dengan handuk
"iya, tuh.. busa sabun bersihin"
"Eh...hehe... buru buru soalnya"
Keberangkatan mereka terlalu siang sehingga terjebak macet di daerah Cinunuk. Pengendara motor Nmax dibelakang syamsu membunyikan kelaksonnya lalu diikuti oleh yang lain. Tampaknya dia begitu geram dengan kondisi ini. Dia membonceng seorang perempuan yang melingkarkan tangannya pada tubuhnya yang proporsional. Begitu perlahan laju kendaraan hingga bunderan Cibiru, memakan waktu lima puluh menit untuk bisa sampai ke kempus dua UIN Sunan gunung Djati Bandung di jalan Soekarno-Hatta. Setelah melewati gerbang syamsu mengencangkan motornya hingga parkiran. Mereka berdua terkena semprot dosen karena terlambat. Beberapa menit itu begitu lama bagi seorang yang tengah di ceramahi di depan teman-temannya.
***
Syamsu melirik ke arah jam tangannya, memberikan sinyal pada kosma (Koordinator Mahasiswa/Ketua Kelas) agar dia melakukan intrupsi dan menghentikan pembelajaran. Kosma mengangkat tangan.
"Maaf pak, waktunya sudah habis" kata kosma dengan suara agak rendah.
"Oh, iya .. Saya jadi terbawa suasana. Kalau begitu cukup sekian dan jangan lupa untuk diskusi besok bagian kelompok selanjutnya. Persiapkan dengan matang"
"Iya pak" satu kelas serentak menjawab
Kosma langsung maju ke depan dan memberikan pengumuman perihal acara touring ke pantai santolo. Dia menulis siapa saja yang akan ikut konpoi bareng anak kelas, tapi keadaan tidak kondusif. Anak kelas seperti kebingungan dan akhirnya dia memutuskan untuk mendata di grup dan membuat grup khusus orang yang akan ikut kesana. Ihsan menggeser kursinya ke arah syamsu dan mengambil selebaran yang terjatuh dari tas syamsu. Dia memandangi selebaran itu sebentar sebelum dia bertanya.
"Cu,.. mau ikut les private?"
"Oh ya, aku agak tertarik dengan selebaran itu, lagi pula biayannya tidak terlalu mahal. Satu kali pertemuan perminggu untuk seratus ribu"
Ihsan menggedikkan kepala dan menyunggingkan bibirnya ke bawah. Dia memberikan selebaran itu pada syamsu dan saat itu pula syamsu tiba-tiba merasa kepalanya pusing. Tubuhnya mulai gemetar, suhu tubuhnya memanas lalu pandangannya kabur. Dia jatuh pingsan di kelas dan terjatuh dari kursi.
