Sudah enggan rasanya aku menjawab panggilan suara telepon dari siapapun itu. Apalagi sampai berjam - jam stay di telepon. Dulu selalu dengan kamu, berbincang hal yang tidak penting, tentang tebakan dan semua banyak hal, bahkan tidak pernah habis bahan pembicaraan. Bahkan berjam - jam hingga larut tengah malam, kadang pula larut subuh dan tidak terasa. Sampai kita sama sama bingung bagaimana cara mengakhiri telepon itu.
Kadang kala pula aku yang bicara, kamu tertidur. Ya, moment itu adalah saat aku meneleponmu setiap jam 10 pagi ketika sekolah sedang libur. Pasti kamu bangun siang lalu kamu tidur lagi meski aku bicara lewat telepon sendiri. Sampai sampai kamu benar benar tidur dan suara yang kudengar hanya hembusan nafas dari tidur lelapmu.
Semua itu begitu dalam, dan sudah tertenun rapi di palung hati yang paling dalam. Semua itu kusimpul dalam ilusi kepalaku yang ada kalanya menghantui ketika aku mengingat mu.
Namun saat ini kebiasaan telepon itu sudah tidak lagi. Diwaktu terakhir ini, aku sedang membiasakan diri, aku sedang memulihkan kondisi dari awal lagi. Aku tidak mau menerima telepon dari siapapun lagi. Ya, aku trauma!
•MP My Sunshine
Lilis Oktaa | 18/05/2019 |
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Sunshine
Teen FictionIni tentang isyarat dalam hati seseorang yang patah berkali kali lipat yang telah sekian lama ingin di dengar. Bibir tak sampai untuk mengutarakan semua tentang rasa. Hingga pada akhirnya ia merangkai semua kata hatinya lewat tulisan dalam sebuah ra...