BAB I

12.6K 1.4K 235
                                    

Seribu Malam Bersama Sang Raja
BAB I
_____________

Raja Al-Rasyid lagi-lagi membunuh selirnya tadi malam.

Pagi itu, seluruh anggota istana seakan telah terbiasa dengan perbincangan para pelayan yang terus terjadi setiap pagi hari tiba di istana Aqmar.

Lagi-lagi sang raja penguasa negeri Aqmar membunuh selirnya.

Raja Al Rasyid. Raja muda Negeri timur yang kini memimpin negeri Aqmar. Tujuh tahun ia memerintah semenjak raja terdahulu, ayahnya meninggal dunia.

Setelah Raja Al Rasyid naik tahkta semua rakyat negeri Aqmar percaya kehebatannya dalam membuat negeri Aqmar mengalami puncak kemakmuran hanya dalam waktu tujuh tahun ia mempimpin. Perdagangan dan lahan yang dikelola dengan baik berhasil membuat negeri Aqmar menjadi negeri yang makmur ditangannya.

Karena itu Raja Al Rasyid disegani dan eluhkan oleh rakyat negerinya.

Hingga kemudian rumor yang berbeda di luar sana tentang raja tersebut beredar.

Penduduk negeri Aqmar juga menyebut Raja Al Rasyid adalah raja yang gila, kejam dan berhati dingin. Tak aneh jika mereka menyebut sang raja manusia kejam, dingin dan gila, karena hampir setiap malam ia membunuh wanita yang menjadi selirnya.

Rumor itu beredar setelah sang raja menyunting wanita dari para bangsawan untuk menjadi selirnya dan setiap malam ia membunuh wanita-wanita tersebut. Hingga rumor itu menyebar diseluruh penjuru negeri Aqmar.

Namun rakyat Aqmar tak pernah tahu apa penyebab Raja Al Rasyid membunuh para selirnya. Seperti malam inipun. Ia membunuh selirnya lagi.

Para pelayan yang pagi ini memasuki ruang tidur raja kembali menemui sekujur tubuh tak bernyawa yang bersimpah darah di karpet tebal dalam ruangan tidur megah tersebut. Mayat seorang gadis.

Gadis itu adalah selir terakhir yang baru saja memasuki ruangan tidur sang raja tadi malam. Ia kehilangan nyawanya dalam keadaan yang cukup mengenaskan. Sebuah luka dari pedang panjang yang menusuk dadanya, meninggalkan goresan luka besar disana.

Ketika para dayang memasuki ruang tidur, mereka bahkan tak berani menatap sang Raja yang berada di ranjangnya yang tertutupi tirai-tirai berbahan kain sutera tipis memandang tajam tanpa belas kasih dengan lingkaran matanya yang menghitam.

Kenyataannya adalah, Raja Al Rasyid tak pernah tertidur sejak ia memimpin Negeri Aqmar tujuh tahun yang lalu. Lingkaran matanya yang menghitam cukup membuat semua orang dalam istana tahu seberapa gila raja ini karena ia tak pernah tertidur.

"Tuanku," suara seorang pria terdengar. Pria itu memasuki kamar tidur sang raja hampir terburu-buru, ia menatap mayat wanita yang kini telah di bawa oleh pelayan istana. Mayat itu tampak terbujur kaku dengan mengenaskan. Dari balik kain panjang yang menutupi tubuhnya, darah segar mengalir begitu saja.

Buru-buru pria itu menjatuhkan tubuhnya untuk berlutut diatas karpet tebal dalam ruangan. "Ampuni saya Tuanku, jika wanita tersebut melakukan tindakan yang tak mengenakan hati anda semalam, Tuanku dapat menghukum saya." Ia semakin menjatuhkan kepalanya ke karpet lebih dalam.

Namun tak ada jawaban langsung dari Raja Rasyid, raja itu hanya beranjak turun dari ranjangnya, seraya mengibaskan jubah tidur hitam keemasan yang ia kenakan pria itu berjalan mengambil pedang panjangnya yang tergeletak di pinggir karpet. Ia lalu mengambil sebuah kain sutera di atas nakas, menghapus sisa darah yang berada diujung pedangnya lalu membuang kain tersebut di atas karpet.

"Bereskan apapun yang menyentuh darahnya. Apapun yang menyentuh tubuhnya. Buang semuanya!" ia memandang dingin kearah Hassan, si kasim kerajaan yang masih menundukkan kepalanya di karpet dengan ketakutan. "Jika kau kembali membawa orang-orang yang semakin membuatku tak bisa tertidur, aku benar-benar akan memengal kepalamu, Hassan." Mata hitamnya menatap dingin, sungguh mengintimidasi dengan lingkaran bawah matanya yang menghitam.

Seribu Malam Bersama Sang RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang