BAB 1

63 6 2
                                    

Happy reading

Aku duduk di taman belakang rumah sambil membaca novel kesukaanku ditemani alunan musik yang kudengarkan menggunakan handsets. Aku merasa sangat nyaman bila berada disini.

Tiba - tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang, seketika aku menoleh dan ternyata itu ayah dengan senyuman khasnya. Kemudian aku membalas senyumannya.
"Ada apa ayah?" Tanyaku.

"Ela sayang, ayah ingin mengatakan sesuatu padamu!"

Aku sedikit mengangkat alisku jarang sekali ayah berbicara se serius ini. "Umm.."

"Ayah sudah memutuskan bahwa kamu, mulai hari senin nanti akan bersekolah di sekolah umum, untuk menambah pengalamanmu di luar sana, dan bersosialisasi bersama teman barumu nanti."

"Aku ngga mau ayah, lagian aku juga sekolah dirumah secara privat. Menurut ku sama saja pelajarannya dengan sekolah lain."

"Beda sayang, bukan pelajarannya tetapi suasana dan rasanya itu. Ah.. pokoknya semuanya beda sayang," kata ayahku sambil menghembuskan nafas kasar.

"Pokoknya aku ngga mau. Sekolah di luar itu mengerikan ayah, aku ngga mau pokoknya."

"Tidak ada yang mengerikan sayang, cobalah mengerti perasaan ayah sayang, ayah ingin sekali putri ayah yang comel nan manis ini bisa bersosialisasi bersama teman barunya nanti," kata ayahku yang sedikit dramatis "tolong...patuhilah perintah ayah satu ini."

"Engga pokoknya engga"

"STOP ELA. AYAH TIDAK MAU PENOLAKAN. POKOKNYA HARI SENIN NANTI KAMU HARUS MASUK SEKOLAH UMUM. DAN KAMU HARUS ILANGIN SEMUA PIKIRAN MASA LALUMU ITU." Kata ayah yang tiba-tiba membentakku.

Aku benar-benar marah dengan ayah. Baru kali ini ia membentakku seperti itu. Dan itu membuat ku sedikit takut.

"Ayah.. kau benar - benar," kataku yang tidak kulanjutkan, dengan sedikit terisak.

Kemudian aku pergi meninggalkan ayah di taman itu sendirian.

"Hikss... Apa yang telah kulakukan pada putriku. Tapi itu juga demi kebaikanmu sayang ."- dengan suara yang lirih dan menahan isak, pak Hounsond mengusap ingusnya yang hampir menetes.

Perdebatan antara ayah dan anak perempuannya tersebut diam-diam disaksikan oleh Reyan. Yang tak lain adalah putra dari pak Hounsond.

~~~

Dikamar Ela menangis segukan sambil mengumpat.
Dia tidak habis fikir dengan ayahnya, kenapa bisa tega membentakknya seperti itu.

Disela sela tangisanya tiba - tiba terdengar ketukan pintu kamar Ela. Namun Ela tak menggubris ketukan tersebut. Sampai akhirnya ketukan pintu tersebut terhenti dan terdengar decitan pintu terbuka.

"Lebay gitu aja nangis" kata orang tersebut secara tiba-tiba, yang menambah kumuh suasana hati Ela.

"Maksud ayah itu juga baik buat kaka. Masa kaka ngga mau gitu punya temen baru.kan enak. Biar kaka ngga sendiri terus kayak gini. Atau ngga kaka bisa dapetin temen cowok gitu itung- itung bisa buat jadi pac-" seketika wajah si Reyan mendapat lemparan benda empuk berisi kapas dari Ela.

"Lo.. BISA DIEM GA SIH..." bentak Ela dengan suarnya yang nyaring.

"Eh..iya iya maaf.btw gue kesini mau kasih ini ke kaka."
Sebuah kotak tissue dan bonekah beruang yang bisa bersuara bila ditekan.

"Ha... buat apa?"

"Ya buat ngehibur kaka aja, bonekahnya, kalau tissuenya buat ngelap ingus kaka."

Seketika Senyum merekah di bibir Ela, karena kelakuan adiknya. Reyan yang terus menekan nekan bonekah tersebut dan mengakibatkan bonekah tersebut mengeluarkan suara yang lucu.

"Udah ga bad mood lagi nih? " tanya reyan pada kakanya, yang direspon Ela dengan senyuman di bibirnya.

"Yaudah kalau gitu kaka mau ya sekolah. Nanti berangkatnya bareng aku deh. Gimana?"

"Mm..tapi aku masih takut yan."

"Tenang aja kak, gausah takut. Kan ada Reyan" kata reyan dengan bangganya.
"Lagian ya kak kasian papa, papa pengen kaka tu jadi seorang yang mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, tapi kaka selalu ngga mau.padahal punya banyak teman itu enak kak. Kalau kaka sayang ayah, tunjukin kak. Dengan kaka mau nuruti permintaan ayah yang satu ini." Jelas reyan panjang lebar.

Kemudian Ela berfikir sejenak dan mencerna kata-kata adiknya tersebut.
"Hm...tapi aku malu, aku ga terbiasa sama orang asing, apalagi aku gak kenal."

"Udahlah kak ngga pa pa, selalu berfikir positif aja." kata reyan dengan senyuman manisnya.

Kemudian Ela menghembuskan nafasnya dalam - dalam "baiklah akan ku coba selama. Jika respon yang kudapatkan tidak enak, maka aku akan keluar dari sekolah itu."

Reyan menghembuskan nafas berat. "Ya..terserah kau saja."

"Ok..akan ku coba" jawab Ela dengan berusaha menyemangati dirinya sendiri.

Reyan yang melihat kelakuan kakanya yang masih kekanak kanakan tersebut hanya tersenyum simpul.

°
°
°
°

Jangan lupa voment

18-05-2019

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GLOW UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang