Huan Zhu Ge ge Part 1a

168 2 2
                                    

Judul Asli : Huan Zhu Ge Ge 1: Yin Chuo Yang Cha
Pengarang : Chiung Yao (Qiong Yao)
Penerbit : Crown Publishing Co., Taipei – Thaiwan.

Judul Bahasa Indonesia: Putri Huan Zhu 1: Kesalahan Masa Silam
Alih bahasa : Pangesti A. Bernardus (koordinator), Yasmin Kania Dewi, Tilly Zaman, Wisnu Adi Hartono
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Oktober 1999 (edisi pertama)

I

Tahun ke-25 masa pemerintahan Kaisar Qianlong, Beijing.

Siang itu, kemeriahan terlihat di sebuah rumah besar nan megah. Pemilik rumah, Liang Dinggui, tengah menyelenggarakan pesta pernikahan putranya. Yang menjadi mempelai wanita adalah putri keluarga Zheng. Nona Zheng telah tiba beberapa saat sebelumnya. Dia kini sudah berada di kamar pengantin.

Sesuai tradisi, di kamar pengantin, mempelai wanita duduk manis menunggu pengantin pria selesai menyalami tamu-tamu di luar. Ketika wanita pengiring pengantin dan para dayang telah keluar kamar, tangannya mulai bergerak-gerak gelisah.

Ditiupnya kerudung merah yang menutup wajahnya hingga jatuh ke pangkuan. Seraut wajah rupawan tersingkap. Alisnya tebal dan berjejer rapi terangkat sebelah. Sepasang mata besar dan lincah melirik ke kiri dan kanan. Atmosfer kamar itu benar-benar dipenuhi nuansa pernikahan. Banyak sekali ornamen merah beserta huruf Xuangxi-Kebahagiaan Ganda, tertempel sana-sini.

Di meja bundar depan ranjang, tertata aneka kue dan manisan yang menggoda untuk dicicipi. Tapi mempelai wanita lebih tertarik pada benda-benda yang ada di kamar itu: perabot-perabot mengkilap, vas-vas mahal serta peti-peti berisi pakaian dan perhiasan hadiah pernikahan. Sekilas, dia tersenyum. Keputusan yang dia ambil kemarin malam sungguh tidak salah. Walau agak tergesa-gesa. Dibukanya mahkota phoenix yang menjepit kepalanya. Tak boleh membuang waktu lagi, pikirnya. Saatnya beraksi!

Sementara itu, di luar, dua wanita berpenampilan pria menyeruak di antara para tamu. Mereka adalah Xia Ziwei dan pelayannya, Jinshuo. Ziwei berasal dari Jinan, ibukota propinsi Shandong. Jinan berjarak puluhan kilometer jauhnya di sebelah tenggara Beijing.

Sebulan lalu Ziwei meninggalkan Jinan bersama Jinshuo. Keduanya pergi ke Beijing demi melaksanakan wasiat terakhir Xia Yuhe, ibu Ziwei, yang wafat enam bulan sebelumnya. Di pundak Ziwei terdapat sebuah buntalan kain. Isi buntalan itu merupakan harta amat berharga bagi Ziwei. Dia tidak pernah melepasnya jika berpergian. Pelayannya, Jinshuo, dengan setia mengiringinya.

Susah payah Ziwei dan Jinshuo berdesakan di antara para tamu untuk menemui Liang Dinggui. Pria itu tampak sibuk menerima ucapan selamat bertubi-tubi. Ketika tiba di hadapan Liang Dinggui, Ziwei tak menyia-nyiakan kesempatan lagi.

”Pejabat Liang,” panggil Ziwei sambil menarik-narik lengan jubah pria itu agar diperhatikan. Sesaat, Liang Dinggui hanya kebingungan menatapnya.

”Margaku Xia. Namaku Ziwei,” Ziwei memperkenalkan diri. ”Aku sedang membutuhkan bantuan anda. Bisakah kita menyingkir sejenak untuk membicarakannya, Tuan? Kemarin-kemarin saya sudah coba menemui anda di Kantor Departemen Pertahanan Kerajaan. Tapi anda tidak pernah ada di sana.”

Liang Dinggui tidak terlalu berminat pada Ziwei. Dia segera berpaling ketika dilihatnya seorang tamu penting mendekat ke arahnya.

”Pejabat Liang!” seru Ziwei. Dia dan Jinshuo terdesak oleh kerumunan tamu yang hendak menyalami Liang Dinggui. ”Ternyata setelah sampai di rumah anda pun, saya kesulitan bicara dengan anda. Apakah anda sungguh tidak peduli dengan persoalan rakyat jelata?”

Mendengar perkataan itu, Liang Dinggui mau tak mau kembali melihat Ziwei. Dia khawatir dipermalukan di hadapan tamu-tamu begitu banyak. Ditatapnya kedua ’pria’ yang berdiri di hadapannya itu. Liang Dinggui sedikit terkejut.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 18, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Putri Huan ZhuWhere stories live. Discover now