"kau tau. Siapa patah hati terhebatku?" Tanyanya saat kami menikmati senja kala itu.
"Mantanmu?" Jawabku ragu.
"Dia membuatku patah seribu. Tapi dia tak pernah menjadi mantanku. Dia sampai saat ini masih terikat denganku" Jawabnya lemah seraya memeluk lenganku.
"Itu aku?" Dia menggeleng ke arah wajahku. Raut wajahnya tak terdefinisi. Bahagia, namun terlihat sendu. Kuat, namun terlihat tak berdaya.
"Lalu siapa?"
"Ayahku." Jawabnya lugas
"Mengapa?"
"Dia cinta pertamaku, tapi dia tega mematahkanku saat dia mematahkan hati ibuku. Lalu..." Aku melepaskan pelukannya, lalu menatap matanya dalam-dalam.
"Apa?"
"Ibuku membalasnya, rasanya seperti tertusuk dari timur dan barat" jawabnya dengan kepala tertunduk.
"Lalu, apa rasa sakit itu masih ada sampai sekarang?" Tanyaku menyelidik. Ia tersenyum, lalu menggeleng.
"Lukanya masih membekas dan tidak akan pernah hilang. Tapi setidaknya membaik, karena aku punya kau sebagai analgesikku." Aku tersenyum mendengar jawabannya dengan wajah yang lugu.
"Maukah kau berteman dengan rasa sakitku?" Tanyanya lugu.
"Aku benci rasa sakit. Tapi kalau dengan aku berteman dengannya, aku bisa memenangkanmu aku mau bersahabat dengannya." Jawabku mantap.
"Kau bucin!" Serunya sambil tertawa.
"Apa bucin?" Tanyaku penasaran.
"Budak cinta" jawabnya seraya tertawa lepas.
Adzan maghrib berkumandang, kami tunaikan kewajiban atas hak tuhan tuk disembah. Kupandang wajahnya, ia terlalu pintar menutupi tangisnya di hadapanku. Sisa air wudhu masih bertengger di wajahnya, sampai aku tak sadar air di pelupuk matanya bukanlah sisa air wudhu.
Aku memeluknya, mencoba menginduksi sisa aura positif yang kupunya. Setidaknya ia sedikit tenang dengan ini.
Dia bukan orang yang mudah ditebak. Bahkan akupun baru tau dia pernah sehancur itu saat kami menikah. Kami bertemu disebuah acara, temanku yang mengenalkan. Dia dengan segala kekonyolannya sukses membuat pikiranku hampir tak pernah lepas dari bayangnya, sampai akhirnya waktu mengantarkan kami ke jenjang pernikahan.
Syukurnya, pernikahan kami menjadi obat baginya. Setidaknya, fokusnya teralih pada hal baru yang saat ini dia punya. Layaknya senja yang kemudian menghabiskan malamnya menjadi fajar.
---
Dari seorang analgesik bagi hati yang terluka.
![](https://img.wattpad.com/cover/187098255-288-k664742.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjaku Bersama Fajar
Short Storyslice of life "tak melulu senjaku bersama kopi"