part 25

9.9K 264 6
                                    

"Kenapa kamu telat, Danial?"

Danial hanya diam tidak membalas perkataan guru BK tersebut. Tadi pagi Danial bangun kesiangan. Padahal pagi Siska sudah membangunkan Danial beberapa kali. Danial baru bangun pada pukul tujuh karena semalam begadang.

"Ini udah jam delapan, dan kamu baru datang?"

Lagi dan lagi Danial diam membisu dengan wajah datarnya. Bukannya ia takut, hanya saja ia malas membalas perkataan guru BK. Percuma, karena jika ia menjawab pasti akan selalu salah.

Guru BK yang diketahui sudah berumur kepala lima itu menghela nafasnya. Percuma ia berbicara panjang lebar, tidak akan dijawab oleh Danial.

Pak Maman, sebagai guru BK sangat tegas. Ia akan menghukum siapa saja yang melanggar peraturan ataupun telat.

"Saya tau, papa kamu donatur terbesar di sekolah ini. Tapi kamu harus mentaati peraturan sekolah Danial,"ucap pak Maman dengan tegas.

"Jadi, hukumannya?"tanya Danial tanpa basa basi.

Pak Maman menghela nafasnya terlebih dahulu, "hormat tiang bendera sampai istirahat!"

Tanpa menjawab perkataan pak Maman, Danial pergi begitu saja tanpa berpamitan kepada guru BK tersebut. Pak Maman yang melihatnya hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat perilaku Danial.

Danial berjalan menuju lapangan dengan wajah sangat datar. Ia menggendong ranselnya pada salah satu pundaknya saja. Danial meletakkan ranselnya di pinggir lapangan. Setelah itu ia mulai menjalankan hukumannya.

Ini sudah pukul setengah sepuluh kurang, berarti tidak lama lagi bell istirahat akan berbunyi dan hukuman Danial akan segera berakhir. Tetapi, sudah banyak kelas yang keluar karena memang tidak ada guru. Siswi-siswi yang melihat Danial di hukum dengan keringat yang bercucuran di wajah tampannya membuat mereka berteriak histeris.

Kenzo dan Reiki melihat banyak siswi yang mengagumi ketampanan Danial sudah biasa bagi mereka. Kedua sahabat Danial itu sedang mengamati Danial dari jauh. Lima belas menit lagi jam menunjukkan pukul setengah sepuluh.

"Tumben Danial telat,"ucap Kenzo.

"Tacap-tacap dulu mungkin di rumahnya, Ken."celetuk Reiki.

Tak lama bell istirahat pun berbunyi. Segera Danial mengambil ranselnya dan pergi dari lapangan. Danial menghampiri Kenzo dan Reiki yang tak jauh dari lapangan. Terlihat jelas wajah Danial dipenuhi oleh keringat karena memang matahari menyorot kearah Danial yang berdiri dihadapan tiang bendera.

"Lo kenapa telat, Dan?"tanya Kenzo setelah Danial berdiri dihadapannya.

Danial menghendikkan bahunya acuh. Ia mengelap keringat dengan tangannya sendiri. Bahkan seragam bagian belakang Danial sudah sedikit basah. Tetapi itu tidak mengurangi kadar ketampanan Danial. Malah semakin Danial berkeringat, semakin pula ketampanannya bertambah.

"Ini buat kamu,"tiba-tiba Adara datang dengan Della. Adara memberikan sebotol minuman dingin kepada Danial.

Tak lama Kia pun datang dengan bergelayut di lengan Danial. Adara yang melihat itu hanya bisa diam. Sedangkan Della, Kenzo, dan Reiki memutar bola matanya malas melihat Kia.

"Danial kamu pasti capek, ya? Ini aku bawa minuman buat kamu."ucap Kia dengan mengarahkan minuman tersebut kepada Danial.

"Lepasin Kia!"

Kia refleks melepaskan tangannya dari tangan Danial. Kia juga merasa takut mendengar bentakan pertama Danial untuk dirinya. Biasanya, jika Danial marah kepadanya, tidak pernah sedikitpun Danial membentaknya.

"Kamu bentak aku, Dan?"

"Jangan bilang aku kamu lagi sama gue, Kia. Gue jijik dengernya. Lo bukan pacar gue, lagi. Paham?"hardik Danial begitu panjang dan nyelekit.

Danial (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang