Kosan Chapter 1

69 8 4
                                    



Setitik embun menetes dari ujung daun sebuah pot bunga yang aku pajang didekat jendela, cahaya matahari pagi yang lembut menerpa masuk menembus kamar melalui jendela bagai cahaya malaikat yang menyambut pagiku dengan penuh berkat. Hari ini adalah hari pertamaku menempati kosan baru disebuah rumah yang bisa dibilang kondisinya masih baik, walaupun masih ada beberapa area yang tidak terawat karena tak ada yang mengurusnya, tapi tak masalah, aku bisa membersihkannya nanti saja, akan tetapi pagi ini aku harus bergegas untuk berangkat ke sekolah, jaraknya tidak jauh, hanya sekitar 300 meter dari rumah kost.

Beberapa hari sebelumnya, aku sedang mencari kos-kosan baru diarea dekat sekolahan, sebenarnya aku sudah memiliki tempat kost waktu kelas 10, hanya saja waktu kelas 11 aku pindah dari kost tersebut karena kegiatan prakerin yang berada diluar kota, namun saat masa prakerin sudah selesai, aku kembali ke kost lamaku, hanya saja tempatnya sudah penuh menurutku, walaupun masih tersisa 1 kamar, tetapi kondisinya sudah sangat jauh berbeda dari sebelumnya, banyak sampah bekas makanan yang berceceran diteras, lalu ada banyak bekas puntung rokok yang dibuang sembarangan dan juga tempat sampah yang terlihat baru dibersihkan sekitar satu bulan yang lalu, dan jangan lupakan hewan kecil yang merayap disekitarnya, saat aku mendekatinya mereka akan terbang kesana kemari dengan kilauan khas dari sayapnya yang berwarna kuning kecoklatan, ya benar, itu adalah segerombol kecoa yang sangking banyaknya seperti sebuah koloni lebah, dan saat mereka terbang disanalah kejutannya.

Ada banyak ceceran seperti nasi yang berceceran dengan ukuran yang sedikit lebih besar, jika diperhatikan sekilas tampak biasa saja, namun ketika ada suatu getaran yang mengganggunya, benda itu akan bergerak, bergerak satu bergerak semua, bagai sebuah daun putri malu yang sentuh, benda itu langsung bergerak menggeliat menuju tumpukan sampah yang lainnya, ya benda itu tak lain dan tak bukan adalah gerombolan belatung, tak bisa dibayangkan bagaimana orang-orang dikost ini betah makan disamping tumpukan sampah dengan hiasannya yang menggeliat dan membuat semua orang yang melihatnya seperti akan langsung muntah saat itu juga waktu pertama kali melihatnya.

Setelah kejadian itu, aku memutuskan untuk mencari tempas kost yang baru, memang terdapat banyak didekat area sekolahanku, namun tak mudah mencari kos dengan keadaan yang baik dan juga sosial orang-orangnya yang baik, sebenarnya aku tipe orang yang tak suka dengan asap rokok, jadi sebisa mungkin aku memilih untuk tidak satu kos dengan seorang perokok sekalipun. Butuh waktu sekitar 4 hari untuk mensurvei seluruh tempat kost yang ada diarea dekat sekolah, dan akhirnya aku menemukan sebuah tempat kost yang bisa dibilang ramah bagiku, tak ada sampah yang merusak pandangan dan selera makanku dan juga tak ada perokok disana, namun sayangnya tak ada satupun teman kos yang ada disana.

Kost baruku terlihat seperti sebuah rumah biasa yang bersih, tempatnya berada disebuah gang dibelakang terminal angkot yang sepi penumpang, rumahnya seperti rumah biasa kebanyakan, berwarna cat hijau telur asin dan bagian jendela ataupun pintunya semuanya berwarna putih, suasananya tenang dan sepi, sepertinya aku akan mudah fokus dalam mengerjakan suatu hal, baik itu tugas ataupun yang lainnya. Kost ini sepi karena semua penghuninya sudah lulus sekolah ujar pemilik rumah kost. Pemilik kost memiliki rumah kedua, sehingga ia tak perlu satu kost dengan anak-anak kost, jaraknya tak begitu jauh, hanya sekitar 100 meter dari kosanku. Saat pertama kali mengunjungi kosan ini, aku merasa senang karena bisa melakukan segala aktivitas dan sebebas apapun yang aku mau, dan aku bisa seperti menganggapnya sebagai rumahku sendiri.

Pemilik kosan ini adalah seorang wanita paruh baya dengan usia sekitar 45 tahunan, ia tinggal sendirian dirumahnya, tidak ada yang menemaninya, sebenarnya ia memiliki empat orang anak, hanya saja semua anak-anaknya sudah memiliki keluarga masing-masing yang berada diluar kota, dan juga sekitar lima tahun yang lalu suaminya meninggal, jadi ia terpaksa sendirian tinggal dirumahnya, bagaikan seorang putri tanpa pelayan dan pengikutnya disebuah istana yang besar, mungkin akan sangat sepi baginya, namun ia tak ingin berada satu tempat dengan anak kost, termasuk denganku juga.

Kosan Chapter 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang