1.

1.7K 159 31
                                    

"Chanyeol?" Panggil Nayeon ragu dari kejauhan yang melihat pacarnya bersama perempuan lain. Seminggu ini Nayeon menjalin hubungan dengan Chanyeol, Nayeon baru sadar beginilah badboy nya seorang Chanyeol. Itu Wendy, kakak kelasnya.

"Ngapain ?" Tanya Nayeon dengan menghampiri mereka berdua.

"Lo ngapain di sini?" Tanya Chanyeol balik.

"Lo lupa? Lo pikir Chanyeol sayang beneran sama Lo? Jangan mimpi deh Lo. Udah jelas-jelas gue pacarnya." Jelas Wendy.

Bodoh! Itulah yang ada di otak Nayeon sekarang, mengapa bisa ia terjebak bujuk rayu si raja gombal Chanyeol badboy. Gila. Nayeon memang gila, ia menyesal mengingat itu.

~•~

Sinar di pagi hari cukup membuat Nayeon merasakan kehangatan menghampiri tubuhnya. Kira kira 15 menit ia menunggu Sana di depan gerbang rumah Sana.

Nayeon masih melamun memikirkan apa yang terjadi padanya dan Chanyeol kemarin.

"Nayeon!" Teriak Sana dari belakang Nayeon sukses membuat Nayeon kabur dari lamunannya. Karena posisi Nayeon saat itu adalah membelakangi gerbang dan menghadap matahari.

"Kenapa Lo? Muka Lo kecut gituu." Tanya Sana.

"Enggak, gue gapapa."

Hening, diantara mereka hanya ada suara mobil dan motor berlalu-lalang. Sana sadar akan keadaan ini, Sana yang biasanya cerewetnya kurang ajar, kini menutup mulutnya karena mengetahui raut wajah Nayeon.

"Dahlah, yok berangkat!" Ajak Sana karena di sana bis sudah datang. Nayeon menyusul langkah Sana dengan wajah datarnya.

~•~

"HAIIII! Inces datang!" Teriak Sana begitu sampai di kelas. Begitulah Sana, cerewet, ceria, mudah bergaul, tapi ceroboh.

"Hai Sana! Tumben Lo dateng siangam dikit? Napa Lo?" Tanya Sungjae, wakil ketua kelas mereka.

"Terserah gue lah. Apa urusannya sama lo?" Sana menjawab pertanyaan Sungjae dengan judesnya dan berlalu meninggalkan sahabat bobroknya itu.

Sana duduk di depan bangku Nayeon, dan melihat Nayeon dari tadi hanya menekuk wajahnya. "Lo kenapa?? Cerita sini sama Sana cantik."

Bukannya menjawab, Nayeon malah makin sepet dan membuang mukanya menghadap samping jendela.

"Nayeon! Jawab iih!" Sana terus memaksa Nayeon menjawabnya dengan menggoyangkan meja Nayeon , karena tidak biasanya Nayeon seperti ini. 

"Ntar aja deh, lagi gak pengen ngomong." Nayeon masih mengingat kejadian sore itu.

~•~

Bel istirahat berbunyi, Nayeon segera menarik tangan Sana menuju toilet sebelum Sana berlari ke kantin.

"Lo kenapa??" Tanya Sana penasaran.

"Kesel gue sama Chanyeol." Jelasnya.

Nayeon menceritakan kejadian sore itu, dan Sana tidak bisa menerima perlakuan Chanyeol pada sahabatnya ini. " Kakak kelas kurang ajar emang! Lagian Lo kok mau aja sih sama badboy kaya dia." Umpat Sana.

"Udah deh Sana, kesel gue dengernya." Dengan suara yang memelan Nayeon cukup mengundang keprihatinan Sana.

"Udah deh! Lupain Chanyeol! Lo cuma punya gue sekarang." Ucapan Sana menenangkan hati Nayeon.

Karena istirahat pertama ini hanya 20 menit, mereka hingga melupakan makan di kantin karena terlalu lama berada di toilet.

~•~

"Palingan makanan kantin udah ludes, balik aja deh ayok!" Ucap Nayeon dengan nafas tersengal mengejar Sana berlari menuju kantin.

"Gak gak! Gue laper, Lo gak laper apa? Emang Lo bisa mikir pas ulangan nanti? Matematika loh!" Sana mendengus kesal setelah sampai di depan pintu kantin dan mendapati makanan kantin hanya tersisa gorengan saja.

"Nah, kan? Gue bilang apa? Cuma tinggal gorengan aja, nggak bikin kenyang tau, percuma." Entah kenapa perkataan Nayeon berhasil membuat Sana mengurungkan niatnya makan.

"Tapi kan lumayan daripada nggak makan."

"Lo nggak inget apa kata mama Lo? Kurangin makan gorengan, jangan minum es, nggak baik."

Dengan kesal Sana berjalan menghentakkan kakinya sepanjang jalan menuju kelas.

~•~

Setibanya di kelas, Sana membanting pintu dengan keras dan membuat seluruh mata melihat ke arahnya.

"Sana, kenapa sih? Aneh banget, muka Lo kusut gitu?" Tanya Taeyong, bapak ketua kelas.

Sana tidak menghiraukan perkataan Taeyong dan langsung duduk di bangkunya, dengan tetap menunjukkan wajah datarnya.

"Sana, Lo kenapa? Gue takut ngeliat Lo kayak gini, serem tau, senyum aja deh, bilang aja Lo kenapa?" Sungjae memang ahlinya membuat amarah Sana reda.

Dengan menarik nafas panjang, dan mengeluarkannya perlahan, Sana mencoba menahan emosinya. "Gapapa kok." Jawab Sana dengan senyum yang terpaksakan.

"Eh, pintunya gamau dibuka bangsat, ini kenapa woy? Woy! Denger! Pintunya kekunci bangsat, ANJIR." Teriak Jeonghan yang dari tadi berusaha keras membuka pintu yang terkunci rapat.

Disusul teman teman yang lain, mereka membantu Jeonghan membuka pintu. Suasana kelas saat itu sedang panik, takut, khawatir, ada juga yang senang, edan memang.

"Siapa sih yang terakhir tutup pintu?" Tanya Jennie yang juga khawatir pintunya tidak bisa terbuka.

Sana yang merasa dirinya bersalah, memilih untuk diam dan membungkam mulutnya rapat-rapat.

-anjir, kenapa kok kayak gini sih? Jadi gue kan yang ngerasa salah, bangsul- pikir Sana.

Pikiran Sana kacau, bagaimana bisa perempuan selemah Sana membanting pintu sampai terkunci? Entahlah.

Mereka masih berusaha membuka pintu dan sesekali menampakkan wajah cemas mereka.

"Sana, Lo kan yang tadi banting pintu?" Pertanyaan yang dilontarkan Taehyung pada Sana tentu membuat mereka menatap tajam ke arah Sana.

Sana hanya bisa mematung dan wajahnya menegang.

-goblok sih, gila gila gila. Terus gue gimana?-Sana.

"Kenapa wajah Lo koemik gitu anjir? Ngakak." Itu Sungjae, siapa lagi yang memperlakukan Sana dengan tidak manusiawi.

"Jadi lo? Tapi, kok bisa..." Jennie tidak melanjutkan kalimatnya, lalu dengan kesal menghampiri Sana dan menggebrak meja Sana yang kelihatan ketakutan.

"Terus gimana Lo nyelesain ini? Terus ulangan kita gimana? Hah? Lo tau sendiri kan itu orang killer, tanggung jawab Lo pokoknya." Jennie semakin memojokkan Sana dengan pertanyaan yang membunuh itu.

Bruakk!!

Suara itu berasal dari Jungkook yang memukul keras papan tulis menggunakan penggaris. "Jennie, diem bisa nggak sih?." Ucap Jungkook halus.

"Kayaknya kita juga untung deh kalo kek gini." Lanjut Jungkook.

"Hah? Untung dari mananya?" Tanya Nayeon yang dari tadi hanya memperhatikan mereka.

"Yah, Jungkook bener. Ada untungnya juga kayak gini. Kalo pintunya kekunci kan, killer gabisa masuk, nggak jadi ulangan deh." Sambung Taeyong.

"Lo berdua yaa, pinter pinter tapi gini amat, benci sama ulangan, heran gue."





~~~

Aku udah repub, udah aku revisi, tapi gatau bikin bosen apa engga.

Baca yaa, vote n komen juga.

¹°First° [TaeNay]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang