[03]

147 21 9
                                    

"Astaga! Ada apa denganmu?"

Sebanyak apapun Riley memikirkan, gambaran kebodohannya memang benar-benar nyata. Bukan hanya sekedar mimpi belaka.

Riley menghela nafas lelah. "Ayo berangkat."

"Tunggu-tunggu," Noah melepas helm yang dikenakannya, "apa-apaan dengan riasan setan dan rambut acak-acakan itu?" ujarnya yang kemudian mengaduh karena Riley menendang tulang keringnya.

"Terimakasih pujiannya, aku sangat tersanjung."

"Aku hanya bertanya, asal kamu tahu."

"Noah, aku tidak punya banyak waktu untuk berkelahi denganmu." Ia memijit kepalanya yang berdenyut.

"Tapi—"

"Cepat jalan, aku belum mengerjakan pr Matematika, bodoh!"

Noah menjalankan kendaraannya sebelum Riley kembali membuat badannya kesakitan. Sesekali melihat gadis itu melalui kaca spion, benar-benar diam tidak bersuara.

Sebenarnya si pemuda Kazama ingin meminta maaf karena tidak membalas semua pesan yang Riley kirim kepadanya kemarin malam. Namun segera urung karena keadaannya terlihat lebih buruk dari kemarin, lebih buruk dari ancaman Klub Atletik yang akan dibubarkan. Tidak perlu dipertanyakan, sudah pasti telah terjadi sesuatu.

"Kamu pulang saja duluan setelah latihan nanti, aku akan meminta salah satu supir di rumah untuk menjemput," katanya setelah mereka sampai di sekolah.

"Tiba-tiba sekali?"

Riley mengangguk.

Noah diam, kemudian mengangguk. "Oke."

"Tapi ingat, rencana kita pada jam istirahat tetap berlaku." Riley melambaikan tangan berjalan menuju kelas meninggalkan Noah yang masih di tempatnya.

Ia berhasil menemukan siapa itu Ace Hwang. Dan permasalahan yang lain kembali muncul. Entah sudah berapa ribu kali Riley merutuki dirinya mengenai Ace Hwang pada pesta pertunangan kemarin malam. Ia bahkan tidak dapat tidur dengan nyenyak. Di tambah dengan bayang-bayang si gadis ketua Klub Cheerleader, Judy Hwang, tatapan tajamnya sungguh melucuti nyalinya.

Bagaimanapun Riley akan tetap menemui si pemuda Hwang. Simpan terlebih dahulu urat malu, ia tidak membutuhkan itu untuk sementara waktu.

Kakinya berbelok memasuki ruang kelas. Sepertinya tidak ada yang memperhatikan penampilan seorang Riley Shin. Lagipula ia bukan Charlotte Lee yang tidak bercelah. Bagus, karena dirinya tidak ingin menjadi pusat perhatian. Tidak, atau mungkin hanya Charlotte seorang yang hampir berteriak karena penampilannya. Mulutnya menganga memandang dari atas hingga ke bawah. Riley tersenyum, lihat, betapa cerahnya wajah si pemandu sorak kebanggaan kelas kita. Kemudian lihatlah sedikit ke samping, kepada si gadis kucal bermulut bar-bar ini.

"Apa kamu depresi, Rils? Astaga aku benar-benar minta maaf karena tidak banyak membantumu."

Riley menatapnya. "Katakan padaku, siapa itu sebenarnya Ace Hwang, Charls."

Charlotte mengernyitkan dahi. "Seorang Pelari dari kelas 2-1?"

"Ck, bukan bagian itu."

"Atlet?"

Riley memutar bola matanya. "Yang aku maksud adalah latar belakangnya, atau siapa yang tahu bahwa dia dan Judy Hwang adalah saudara kembar?"

"Apa yang kamu bicarakan?" Charlotte merapikan rambut panjangnya di depan cermin yang ia bawa.

Riley mendelik kepada Charlotte. "Aku tidak sedang bercanda."

"Tapi, apa maksudmu mengenai dia dan Judy adalah saudara kembar?"

[1] Somewhere Over My HeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang