End to Start to Epilog

78 13 4
                                    

Musim semi
Ketika mendengar ataupun membaca kata itu pasti selalu terpikir sesuatu yang indah. Contoh terkenal seperti cherry blossom yang mulai bermekaran.

Atau contoh lain yaitu temperatur yang semakin menghangat. Sama hangatnya seperti kenangan yang dulu sempat mekar.

Didunia ini ada dua jenis kenangan, yaitu indah dan buruk. Dan di dunia ini  kenangan ada untuk dikenang atau dilupakan. Tergantung keinginan sang pemilik kenangan.

Namaku adalah Kim Jisoo. Orang - orang mengenalku sebagai 'Kim Jisoo, sang aktris sukses' . Bukan bermaksud sombong namun memang begitu kenyataannya.

Sibuknya keseharian dikota membuatku berakhir duduk disini, didalam mobil pribadi menuju Jinhae.

Siapa yang tidak kenal Jinhae yaitu tempat dengan festival cherry blossom terbesar di Korea Selatan. Kurasa rata-rata orang tau.

Mengambil libur beberapa hari untuk menghabiskan waktu bersama keluarga dengan menikmati mekar hingga gugurnya bunga berwarna pink ini bisa dibilang worth it.

Entah sudah berapa tahun aku menempatkan karir setengah tingkat lebih tinggi dari keluarga. Mungkin ini sudah saatnya aku kembali menyetarakan dua urusan itu.

Seperti yang kukatakan tadi aku sedang duduk menikmati pemandangan dari dalam mobil menuju Jinhae. Kenapa aku pergi jauh-jauh ke Jinhae untuk melihat festival cherry blossom padahal di Incheon juga ada?

Jawabannya adalah, karena nenek dari sisi Ibuku berdomisili disana. Melihat festival sekaligus berkunjung sudah seperti paket lengkap.

"Unni aku mengantuk"

Oh aku lupa memberitau, disisiku ada Jennie. Dia adik kandungku, kami terpaut dua tahun. Aku memberinya sebutan Jendeuki karena dia sangat suka menempel padaku, contohnya seperti sekarang. Setelah bilang mengantuk dia langsung menaruh kepalanya diatas pangkuanku dan tidur menyamping.

Banyak orang yang salah paham dengan adikku ini. Mereka kira dia adalah orang yang judes padahal jika dilihat lebih baik dia itu memiliki hati yang lembut dan rapuh sama seperti wanita kebanyakan.

Jennie juga tak kalah sibuk denganku. Awalnya dia tidak ingin ikut, tapi karena kuseret dia jadi menurut saja. Dia pantas menerima libur beberapa hari, karena itu aku memaksa.

Melihatnya tertidur membuat tanganku secara tidak sadar bergerak untuk mengusap pelan kepalanya.

Disuguhi suasana hening dan pemandangan indah begini membuat pikiranku melayang kembali ke 16 tahun yang lalu. Dimana saat itu aku masih berumur 10 tahun. Waktu dimana kisah diantara kita mulai terukir sempurna...

🌸🌸🌸


Rumah nenek berada dekat dengan objek wisata terkenal saat musim semi, yaitu Yeojwacheon stream. Karena itu aku dapat dengan mudah melihat pemandangan indah tiap musim semi hanya dari balkon rumah.

Hari itu pohon cherry blossom mulai menampakkan kuncupnya. Aku yang baru bangun tidur segera bangun. Lalu dengan tangan kecilku membuka pintu balkon. Senyum lebar menghiasi wajahku begitu melihat bunga kesukaanku yang sebentar lagi akan mekar sempurna.

Aku hanya diam tersenyum dibalkon sambil menatap senang tiap pohon yang berjajar rapi. Bola mataku licin bergulir menjelajahi. Hingga sesaat kemudian mataku berhenti untuk menatap seorang anak laki-laki yang berdiri sendiri dibawah pohon bunga favoritku. Kaki yang pendek memaksaku untuk berjinjit agar dapat melihat anak itu dengan jelas.

Dia hanya diam mendongak disana. Aku sampai berpikir apa lehernya tidak sakit jika terus mendongak begitu. Namun tak lama kemudian dia menunduk dan dengan cepat kepalanya bergerak kearahku. Matanya lurus menatap mataku. Yang kuherankan aku tidak mengalihkan pandangan dan malah balas menatap intens kearahnya. Dia tersenyum dan melambaikan tangan lalu pergi dari sana. Tentu saja aku heran.

Spring MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang