Bagian 4. DAVID

12 7 0
                                    

   Mereka sampai di stadion pada pukul tiga sore. Pertandingan akan dimulai 30 menit lagi.

   Semua pemain diberi pengarahan oleh coach Bima. Sedangkan Ghea, ia langsung menuju ke kamar mandi. Setelah dari kamar mandi, Ghea langsung menghampiri Febry.

   "Kak, " panggilnya,  Febry pun langsung menoleh.  Begitu juga dengan seseorang disampingnya, yang tak lain adalah David.

   "Iya? "

   "Semangat ya, " kata Ghea sambil tersenyum tulus.

   "Pasti dong. Makasih ya. " kata Febry. Ghea pun hanya mengangguk.

   "Wah kamu kapten? " tanya Ghea yang baru menyadari ban kapten melingkar di lengan kanan David.

   "Iya, " jawab David.

   "Wahh hebat. Aku dari dulu pengen jadi kapten loh. " kata Ghea keceplosan. Ia kan sudah tak mau membahas masalalunya lagi.

   "Oh ya? " tanya David antusias. "Terus jadi nggak? "

   "Emm... " Ghea berjanji untuk melupakan semua masalalunya hari ini. Jadi dia tak mau mengingat ingat lagi tentang itu. "Ehh itu kalian nggak ke lapangan? Kayaknya udah mau main deh itu? " tanyanya mengalihkan topik pembicaraan.

   David dan Febry menoleh kearah lapangan. Benar saja, teman temannya sudah siap untuk tanding. Lalu mereka pun langsung menuju kearah lapangan pula.

   "Ghea... " panggil ayahnya.

   Ghea menghampiri ayahnya. "Kamu disini saja! " perintah ayahnya yang membawa Ghea duduk bersama pemain cadangan. "Jangan kemana mana. "

   "Siap ayah, " kata Ghea sambil hormat pada ayahnya.

   Bima mengelus puncak kepala anaknya sejenak sambil tersenyum. Lalu ia menuju ke tepi lapangan yang sudah ada rekan rekannya.

   "Nama kamu siapa? " tanya Ghea memecah keheningan dengan bertanya pada cowok disampingnya.

   Cowok itu mengulurkan tangannya. "Hanif, " ucapnya.

   Ghea membalas uluran tangan cowok itu sambil berkata. "Ghea, "

   Pertandingan dimulai. Entah mengapa Ghea sangat rindu pada ini semua. Ia merindukan sepak bola. Ia ingat bahwa dulu ia sering menonton sepak bola. Ia kembali mengingat masalalunya yang hampir membuat air matanya jatuh.

   'Enggak Ghea. Kamu harus kuat! Kamu nggak boleh cengeng! Kamu udah janji bakalan ngelupain semuanya. Ngelupain masalalu kamu. Kamu nggak boleh lemah. Kamu nggak boleh ke inget sama masalalu kamu lagi. Pokoknya kamu harus kuat Ghe! ' ucap Ghea dalam hati untuk menguatkan dirinya sendiri.

   Ghea sangat antusias menonton pertandingan ini. Ya, dia memang selalu antusias saat menonton sepak bola. Di menit ke lima belas, David berhasil memasukkan bola ke dalam gawang. Entah mengapa rasanya saat itu Ghea senang sekali. Ia langsung melompat dari duduknya, lalu berteriak teriak senang sambil menepuk nepukkan tangannya.

   Hanif melihat cewek disampingnya ini dengan perasaan bingung. 'Aneh'. Pikirnya. 'Kemarin cewek ini nangis gara gara gak dibolehin jadi pemain sepak bola. Katanya dia pingin banget jadi pemain sepak bola. Katanya hatinya sakit saat melihat pemain masukin bola ke gawang. Tapi kenapa sekarang dia girang banget? Bener bener gadis yang aneh'.  Batin Hanif. 

   Tak lama kemudian David kembali memasukkan bola kedalam gawang lagi. Mungkin saat itu masih menit ke tiga puluhan. Ghea pun kembali melompat lompat didepan duduknya. Di menit ke empat puluh tiga, Febry berhasil memasukkan bola ke gawang. Ghea juga sangat senang melihat kakaknya memasukkan bola ke gawang. Empat menit kemudian pertandingan babak pertama selesai. Tim Febry masih unggul dengan skor 3-0.

Cintaku Berawal Dari Tembakan GawangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang