02. Persiapan
Jika usulan Raya tempo hari dianggap sebagai hal gila oleh Gauri, maka kali ini Gauri lebih gila lagi. Karena ia mendatangi rumahnya Khanala untuk menyetujui kencan buta yang ditawarkan wanita itu padanya.
Alasan yang membuat Gauri nekat melakukan kencan buta adalah ia yang sudah terlalu muak saat ditanya tentang pasangan. Baik saat acara kumpul-kumpul keluarga, di acara pernikahan seorang teman, acara reuni yang ia datangi, ataupun secara tak sengaja bertemu dengan teman lama yang sudah lebih dulu menikah.
Nyaris di setiap kesempatan, saat ia terlihat sendirian, semua orang pasti menanyakan tentang pasangannya. Gauri jadi gerah sendiri, seolah-olah tidak ada hal lain yang bisa ditanyakan orang-orang padanya. Padahal Gauri lebih senang menjawab pertanyaan tentang jatuh bangunnya saat membuka cafe, atau tentang prestasi-prestasinya saat masih duduk di bangku sekolah dulu.
"Oke. Jadi, sedikit info tentang cowok yang bakalan lo temui ini. Namanya Zain, umurnya dua puluh sembilan tahun. Dia ini temennya Mas Arkan dari zaman SMA." Khanala melirik Gauri untuk memastikan kalau gadis itu menyimak semua perkataannya. "Selebihnya lo bisa tanya langsung sama dia."
Gauri tampak mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kok gue malah fokus ke umurnya ya? Di umur Mas Arkan yang sekarang ini, dia udah punya lo dan anak kalian." Matanya menatap ke arah balita berparas cantik nan lucu berusia dua tahun lebih yang tengah bermain di atas karpet bulu tak jauh darinya. "Terus Zain itu masih single, yakin nih dia masih single beneran?"
Khanala mau tak mau langsung berdecak gemas karena pertanyaan Gauri barusan. "Sekarang gue tanya, Raya udah mau married di usianya yang sekarang, sedangkan lo—"
"Oke, oke, gue percaya."
Khanala langsung tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Gauri hanya memasang wajah masam.
Awalnya Gauri tak menyangka kalau mantan pacar kakaknya semasa SMA ini malah menikah dengan kakak sepupunya yang bernama Arkan. Arkan adalah anak kedua dari kakak laki-laki ayahnya. Makanya Gauri tidak canggung, apa lagi merasa sungkan kalau bertamu ke rumah ini.
"Jangan lupa dandan yang cantik, bila perlu lo nanti berangkat dari sini aja. Biar gue yang dandani."
"Iya, bawel."
"Memangnya Gauri mau ke mana? Kok kamu semangat gitu mau dandani dia?" Arkan datang dan terlihat segar karena habis mandi, membuat Kannaya langsung menghampirinya dengan antusias. Lalu, balita itu pun masuk ke dalam gendongan ayahnya.
"Ini lho, Mas. Gauri setuju buat ketemu sama Zain akhir pekan ini." Beritahu Khanala yang mengedipkan sebelah matanya.
Arkan terkekeh pelan. "Bagus dong, artinya ada kemajuan. Kalau akhirnya gak jodoh juga gak pa-pa, hitung-hitung nambah kenalan."
Khanala tampak menyetujuinya. Meski begitu, ia tetap berharap banyak dengan pertemuan Gauri dan Zain nanti. Kalau pertemuan itu berlanjut dan membawa kabar baik, ia juga yang akan merasa senang karena sudah menjadi perantara di antara mereka berdua.
Sementara Gauri, ia hanya diam dan menurut saja saat diajak keluarga kecil itu menuju meja makan untuk memulai makan malam.
***
Walaupun tidak berharap banyak pada pertemuannya dengan Zain dua hari lagi, Gauri tetap menyiapkan pakaian yang akan ia gunakan sejak hari ini. Karena salah satu problem yang sering Gauri hadapi saat akan bepergian adalah baju-bajunya di lemari seakan tidak ada yang cocok untuk digunakan. Sehingga ia pun harus berganti pakaian sampai beberapa kali terlebih dahulu, baru siap untuk bepergian.
Pilihan Gauri akhirnya jatuh kepada gaun selutut berwarna baby blue berbahan brokrat yang melebar dari bagian pinggang ke bawah. Gaun itu lantas Gauri gantung di paku yang terdapat di samping meja riasnya.
Saat sedang memisahkan high heels yang akan dipadukannya dengan gaun tadi, pintu kamarnya terdengar diketuk, lalu kepala ibunya menyembul dari celah pintu. "Lagi ngapain?"
"Nyiapin sepatu buat pergi malam Minggu nanti," jawab Gauri dengan berterus terang.
Wajah Yashinta langsung berbinar cerah. Meski selama ini ia tidak pernah bertanya secara gamblang perihal pasangan pada anak gadisnya, tetapi ia tetap merasa was-was tentang hal itu.
"Pergi sama siapa?" tanya Yashinta.
"Sama temen SMA-nya Mas Arkan," ujar Gauri yang kini sedang memilih-milih tas yang akan ia pakai nanti. "Tapi Mama jangan berharap lebih. Soalnya aku gak bisa janji kalau pertemuan ini bakalan berlanjut ke pertemuan berikutnya, karena aku pun gak yakin."
Yashinta hanya setuju-setuju saja. Setidaknya Gauri masih memiliki keinginan untuk mengenal seorang pria. Karena sebenarnya Yashinta sempat khawatir kalau putrinya ini sudah menyimpang, lantaran tidak pernah terlihat dekat dengan pria mana pun sejak tiga tahun belakangan.
"Pake tas yang ini aja," tunjuk Yashinta pada tas selempang kecil berwarna putih yang senada dengan sepatu pilihan Gauri tadi.
"Ya udah, aku pake yang ini."
Sisa malam itu Gauri gunakan untuk kembali memikirkan keputusannya yang akan melakukan kencan buta pada malam minggu nanti.
Apakah keputusannya ini sudah tepat?
Entahlah. Gauri hanya mampu berdoa dari dalam hatinya.
*****
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From The Past
ChickLitKarena terlalu sering ditanyai tentang pasangan, Gauri nekat membuat keputusan gila, yaitu menyetujui tawaran dari istri sepupunya untuk melakukan kencan buta. Tanpa diduga, Gauri malah bertemu dengan seseorang yang pernah mematahkan hatinya di masa...