Happy reading guys..ALAM menghelai nafas, 2 tahun lalu masih begitu teringat dalam benaknya, semua masih baik baik saja. Manda bahkan begitu dekat dengannya. Seandainya dia tidak datang ke rumah manda mungkin manda tidak akan menjauh sejauh ini sekarang.
Alam bahkan tidak menyangka jika kedatangannya di hari spesial manda malah memperburuk hati manda. Masih ingat jelas bagaimana dia mengetuk pintu rumah manda yang besar, bertemu kedua orang tua manda dan berbincang. Sampai dia tidak sadar bahwa manda menangis di kamarnya sendirian karena keputusannya.
"Bagaimana kamu mau?" suara tegas seorang ayah manda masuk ketelinga dia.
" tapi om, kenapa harus saya? Manda bahkan lebih pintar dari saya." dulu dia tidak sadar bahwa pertanyaan itu membuatnya masuk ke sebuah masalah dengan manda yang sangat di hindarinya.
" Manda terlalu kukuh untuk masuk jurusan ips, saya butuh anak yang benar benar bisa saya andalkan, dan menjamin tidak akan membuat saya malu kedepannya. Sedangkan manda mengambil jurusan ips itu sudah membuat saya malu." masih ingat bagaimana dulu dia menghelai nafas pelan, mencoba untuk tidak terpancing emosi dengan kelakuan dua orang dewasa di depannya.
"Tapi bukankah manda anak om, harusnya om tetap bangga mempunyai anak seperti manda, dia penurut dan manis."
"Saya akan membiayai semua kehidupan kamu, kamu tidak perlu bekerja separuh waktu lagi kalau kamu mau saya perkenalkan sebagai anak saya." dia terdiam, tawaran yang cukup membuat dia terhiptotif sesaat.
Alam mengelengkan kepala, mencoba kembali fokus pada dunia dan kembali fokus pada apa yang diajarkan guru di depannya.
"Cukup sampai disini pelajaran saya, jika ada yang di tanyakan kalian bisa keruangan saya. Dan untuk alam nanti keruangan saya sebentar saat istirahat." alam mengangguk, membuat pak sarno gurunya itu tersenyum lalu beranjak pergi.
"Mau kekantin gak lu lam?" surya sahabatnya itu mendekat ke meja alam, sesaat setelah berfikir akhirnya alam mengeleng.
"Gue mau ke tempat pak sarno."
Surya mengangguk, melangkahkan kakinya pergi ke kantin bersama teman yang lainnya. Setelah sepi baru Alam beranjak dari kursinya, kemana lagi selain ke kantor untuk mendapatkan materi yang sama yang diajarkan tadi oleh pak sarno.
"Alam." pak sarno duduk di kursi depannya dengan tegas, " ada yang kamu gak paham tentang pelajaran tadi?" lanjutnya.
"Enggak pak"
"Saya tau kamu itu paham, tapi apa sudah benar benar paham?"
"Sudah pak, bapak sudah mengajarkan saya materi itu sebulan lalu."
Pak sarno mulai sedikit santai, mengubah posisinya dengan kepalanya yang menempel pada sandaran sofa tempat duduknya.
"Bagus kalau kamu masih ingat, saya tau kamu bosan dengan apa yang saya ajarkan karena kamu sudah lebih awal saya ajari, tapi bertahanlan." kali ini tangan pak sarno menepuk pundak alam, tepukan hangat yang membuat alam merasa mempunyai seorang ayah.
Alam tidak heran jika pak sarno memperlakukannya demikian karena pak sarno yang dititipi untuk mengajari dia saat disekolah oleh ayah, atau ayah manda lebih tepatnya.
"Saya pamit pak, ada urusan." alam berdiri, menunduk hormat lalu beranjak.
"Kalau kamu sedikit senyum kayaknya banyak yang bakal naksir kamu, coba!! Jangan kayak es." suara pak sarno dengan sedikit candaan masuk ke gendang telinga alam, membuat alam mau tak mau menoleh dan mengeluarkan senyum simpulnya begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alamanda
Teen Fiction[On going] Memilih untuk menjadi lebih baik kedepannya itu tidak salah, tapi terkadang takdir memang selalu punya cara bukan? Semua seharusnya bukan seperti sekarang tapi apa yang bisa di harapkan jika hanya melakukan penyesalan. Happy reading guys...